{Prolog}

253 13 8
                                    

''Selalu ada angka nggak berguna dalam sebuah hitungan statistik

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

''Selalu ada angka nggak berguna dalam sebuah hitungan statistik. Untuk setiap detik di dunia akan ada 4,8 milyar orang dilahirkan dan 1,8 milyar meninggal.

Maka, setiap saat mengedipkan mata, dua orang baru saja meninggal dan empat orang akan terlahir.

Kehidupan dan kematian adalah sesuatu hal yang paling mudah terjadi. Semua saling melengkapi dan menjadi keseimbangan bumi.

Namun, bagaimana jika kita manusia berada di tengah-tengah itu?

Apa yang akan terjadi?''

----

29 Februari 2016 pukul 24:30.

Di jembatan, angin berembus kencang. Kegelapan seolah mengikat jiwa-jiwa malang yang tersesat saat itu. Keputusasaan nggak bisa terlepas tersebab hidup hanya berisi kekecewaan semata.

Gadis itu, langkah terseoknya nyaris terhenti akibat tersandung kaki sendiri.

Kuat, ia mengucek benih-benih cairan sialan yang nggak pernah berhenti menetes. Satu tangan lainnya memegang sebuah kue ulang tahun yang lilinnya sudah padam. Dengan satu kali tarikan napas, ia membuang kue itu ke dalam sungai yang dalamnya nggak pernah terkira. Bisa saja, di bawa sana sudah menelan jiwa-jiwa malang seperti dirinya. Lalu, dengan sigap ia naik ke atas pegangan jembatan.

Sementara itu, di sebuah rumah sakit, seorang wanita dilarikan ke ruang IGD untuk ditangani secepat mungkin.

Gadis itu mengeraskan rahang, wajah tanpa ekspresinya nggak menunjukkan tanda-tanda penyesalan, malah tersirat jika kematian adalah satu-satunya jalan untuk si gadis malang.

"Ini menjadi hadiah terakhirku di ulang tahun ini."

Gadis itu merentangkan tangan, meremas kuat satu bungkus permen di tangan kanan. Sejenak ia merasakan kesejukan ketika angin malam membelai si tengkuk.

"Maafkan aku, Ma. Maafkan aku, Dek." Bibir keringnya bergumam. Sekali lagi ia menarik napas, menengadah ke langit dan menutup mata. "aku ingin mati sebagai hadiah terakhirku. Selamat ulang tahun untukku yang ke tujuh belas."

Bersamaan, gadis itu pun melompat, membiarkan air dingin itu menelan tubuhnya perlahan-lahan. Gadis itu, ia benar-benar bunuh diri.

"Iya, Sust. Saya akan segera ke sana dan tolong siapkan peralatan secepatnya.''

Setelah itu, sambungan telepon pun terputus disusul oleh suara derap langkah kaki terdengar menapak lantai. Sesosok wanita berkemeja lusu itu bergerak dengan cepat, langkah kakinya terburu-buru sesekali mengecek ponsel untuk melihat beberapa panggilan yang baru masuk.

Ia bergidik, baru saja ia ingin membaringkan tubuh barang sebentar, nyatanya harus gagal ketika dering di ponselnya kembali berbunyi memaksa wanita itu bergerak sesekali berlari kecil ke tempat yang menjadi tujuan.

Suara petir menggema mengiringi langkah wanita itu, memekakkan telinga bagi mereka yang mendengar juga. Hujan semakin deras menghujam bumi pertiwi, mengguyur semesta alam sebagai bentuk ciptaan Tuhan. Udara malam terasa menusuk ketika denting jam menunjukkan pukul 24:30 dini hari. Jalanan di luar semakin basah mengakibatkan air menggenang di mana-mana. Licin, tentu saja! Cepat wanita itu melangkah, sesekali menggeligi karena dingin.

Ia berkilah setelah sampai di ruang bertuliskan IGD itu. ''Bagaimana keadaan pasien ini, Sust? Apa keluarganya sudah dihubungi?'' tanya wanita tersebut. Buru-buru ia mengecek detakan jatung si gadis yang penjadi pasiennya hari ini: sangat lemah, bahkan nyaris terhenti.

Beda dengan si gadis tadi, wanita yang sekarang sedang di tangani nggak pernah berhenti memohon untuk diselamatkan. Tentu harapan itu hanya terekam di otak. Dan sialnya, ia sekarang berada pada fase di mana seluruh masa lalunya terputar bak film dokumenter. Kata mereka, jika sedang mengalami hal tersebut, maka hanya ada satu kemungkinan, yaitu sudah nggak ada harapan atau berakhir kematian.

Angin berembus, kilat kian menyambar.

''GCS-nya 4, Dok. Semi-coma dengan derajat cedera kepala berat terbuka. Mengalami fraktur pada femur di sinistra-nya, terdapat luka lecet di wajah juga di beberapa bagian tubuh lain. Sementara ini saya sudah melakukan tindakan RJP dan memberikan dosis obat sesuai instruksi dokter barusan untuk mencegah syok hipovolemik-nya akibat pendarahan pasien.

Pasien atas nama Nona Andyra, mengalami KLL beberapa menit yang lalu dengan pendarahan yang cukup banyak. Juga keluarga pasien sementara ada di jalan,'' balas sang suster menjelaskan, sambil terus melakukan tindakan penge-dep-an pada luka dengan kasa steril-cara untuk menghentikan perdarahan dengan menekan luka kuat menggunakan kain bersih atau kasa steril-setelah memasankan collar neck untuk memastikan kepala dan leher pasien tetap dalam keadaan lurus.

Wanita yang dipanggil dokter itu mengangguk, ia melihat kinerja suster tersebut sangat baik. Lalu, ia kembali memastikan kesadaran pasien itu dengan menyentuh atau menggoyangkan bahu pasien dengan lembut dan mantap, sambil memanggil-manggilnya sesekali setelah memperbaiki posisi si pasien agar lurus sehingga mencegah terjadinya komplikasi lebih parah.

"Nona, Nona ... hey, Nona. Nona bisa dengar suara saya?'' tanya sang dokter, tetapi sama sekali nggak ada respons.

Berpaling, sang dokter menatap si suster dengan harap-harap cemas, tetapi tegas. Alisnya menukik ketika ia mengatakan.

''Suster, tolong segera hubungi tim yang berjaga di ICU. Bilang kepada tim di sana jika di IGD sedang ada pasien yang akan dirujuk ke ICU sekarang.''

Suster itu mengangguk, cepat ia beranjak menghubungi tim ICU. Sedang sang dokter sudah berkali-kali menyeru setelah injeksi anti biotik itu berhasil masuk ke pembuluh darah dari wanita yang belum membuka matanya sama sekali. Hingga nggak perlu menunggu lama, pasien itu pun dilarikan ke ruang ICU untuk segera mendapatkan perawatan yang lebih intensif.

"Untuk pertama kalinya saya ingin hadiah di hari ulang tahun saya," harap wanita itu tanpa suara.

"Saya benar-benar ingin hidup. Itu saja."

Duar!

Kilat kembali menyambar, pada saat itu juga waktu berhenti sejenak.

Enggak peduli pada dimensi manapun, jika ada orang hidup dalam terang, maka akan ada orang yang hidup dalam kegelapan. Itu adalah aturan Tuhan untuk keseimbangan dunia.

Duar!

Jam di dinding sudah kembali, waktu sudah berjalan sesuai urutan. Jika bertanya kenapa? Karena hidup adalah aturan itu sendiri.

-----

-----

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Si Penitisan!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang