Sesampainya dirumah Delia dikejutkan dengan 2 orang perempuan, bukan mamanya ataupun pembantu rumah tangga dirumah Delia, melainkan Rissa dan Viola.
"DOORR!!" teriak Rissa dan Viola yang bermaksud mengagetkan Delia.
"Astaghfirullah lo berdua, ga ada kerjaan lain Apa!?" tanya Delia.
"Yaah ga kaget deh" Vio cemberut karena ide untuk mengagetkan Delia gagal.
"Hahaha, gue pikir lo bakalan pingsan Del. Udah gitu si Vio teriaknya kenceng lagi, sampe pengang nih kuping gue" ucap Rissa sambil meniup-niup telinganya.
"Enak aja, gue mah ga bakalan kaget kalo sama hal yang kek gini" ucap Delia.
"Mama gue mana?" tanya Delia.
"Tadi tante Silvi pergi, katanya ada arisan dirumah temennya dan sampe malam,terus bokap lo katanya lembur jadi pulangnya malam juga. Jadi tante Silvi minta gue sama Rissa buat nemenin lo" ujar Viola panjang lebar.
"Kak Vira mana?" tanya Delia
"Tadi sih kerumah temennya, palingan bentar lagi juga pulang, dan ngumpul bareng kita" jawab Rissa.
"Jadi kalian sampe malem gitu disini?" tanya Delia lagi
"Iy-ya ga sampe malem-malem amat sih" jawab Vio.
"Nanya mulu lo Del, tamu bukannya disuruh duduk kek, dikasih makan kek, minum kek. Lo pikir kita narasumber Apa?!" Rissa sedikit emosi.
"Sabar Bu Boss, kan tuan rumahnya baru dateng" ucap Vio
"Tau lo ga sabaran banget sih" timpal Delia.
"Walaupun gue ga nyuruh kalian buat duduk, ataupun nyediain makanan buat kalian, kalian juga pasti duduk sendiri, ke dapur sendiri" cibir Delia.
Rissa dan Viola kompak cengengesan.
"Jadi gimana?" tanya Delia
"Apanya?" Viola menatap Delia sebentar kemudian kembali fokus ke cemilannya.
"Astaga ini bocah, kalo udah makan aja lupa semuanya. Maksudnya Delia itu, tentang sepupu lo OGEB!" satu jitakan mendarat dikepala Viola.
"Aduh sakit tau!" Viola langsung mengelus-elus kepalanya.
"Udah-udah, gue pengen serius" ucap Delia.
"Ok. Jadi gini semalem gue Whatsapp-an sama tante Mirna, mamanya kak Izza. Terus tante Mirna bilang, kalo dulu ada seorang anak kecil, perempuan, yang sering main sama aku dan kak Izza. Dan kami sering memanggilnya dengan sebutan Lia. Aku dan kak Izza udah menganggap Lia seperti saudara kami sendiri, hingga suatu saat Lia harus terpisah dari kami, karena dia harus ikut orang tuanya. Dan... Ya sampai saat ini kak Izza selalu mengharapkan bertemu Lia, karena kak Izza bilang Lia adalah cinta pertamanya kak Izza" jelas Viola panjang lebar.
"Tapi yang bikin gue penasaran itu Lia" celetuk Rissa
"Sebenernya Lia itu siapa sih?" Rissa kembali bersuara.
"Haduh ini anak. Kalo gue tau Lia itu siapa, buat apa gue sama Delia nyelidikin ini?" geram Viola.
"Kok firasat gue nunjuknya ke elo ya Del?" selidik Rissa.
"Ke-kenapa gue?" tanya Delia gugup.
"Ya ga ada sih. Cuma nama lo kan Delia tuh, bisa jadi waktu lo kecil keluarga lo manggil lo Lia, atau mungkin Vio sama si kak Izza itu yang manggil lo dengan sebutan Lia" ujar Rissa.
Delia tampak berfikir, kemudian
"Mmm, iya juga sih. Tapi setau gue keluarga gue ga pernah manggil gue dengan nama Lia" ucap Delia."Udah-udah nanti aja bahas kak Izza, gue laper nih Del" ucap Viola sambil memegangi perutnya, ia memang sudah dari tadi menahan lapar, itu sebabnya ia tak begitu banyak bicara setelah ia menjelaskan semua informasi yang ia dapat.
"Yaudah yuk kita bikin nasi goreng" ajak Delia.
"Emang bisa?" tanya Viola.
"Ya bisa dong" jawab Delia dengan PD-nya.
Delia dan Viola saling melempar pandang melihat Rissa yang tak sibuk saat mendengar makanan.
"Woy Riss, lo kenapa? Tumben lo diem kalo urusan makan" ucap Delia sambil melemparkan bantal tepat diatas kepala Rissa.
"Auuwh, aduh kepala gue. Jadi elo Del pelakunya" ucap Rissa.
"Ya soalnya baru kali ini lo ga heboh kalo disebutin tentang makanan" jawab Delia dengan memasang watadosnya.
"Haduh malah berantem lagi, ayo cepetan! Gue udah laper ini" ucap Viola.
Rissa dan Delia pun segera beranjak menuju dapur.
"Sabar-sabar" ucap Rissa.
"Kagak ada yang namanya Sabar di sini" jawab Viola, Rissa pun hanya menghela nafas kasar.
🐝🐝🐝
Setelah semalam ia menghabiskan waktu bersama para sahabatnya, kini Delia sudah sampai disekolah bersama Gavin.
Seperti biasa, setelah mengantar Delia kekelas, Gavin pun segera menuju kelasnya.
Ini adalah kali pertamanya Gavin melihat Yuda dan Reno berkutat dengan buku se pagi ini.
"WOOY" teriak Gavin tepat ditelinga Yuda dan Reno.
"Astaga"
"Eh kodok, kodok, kodok, prok, prok, prok eh prok. Njiir, ngangetin aja lu tong" ucap Reno.
Ya kebiasaan latah Reno memang belum hilang.
"Tumben pagi banget pegang buku" ucap Gavin sembari mendudukan bokongnya dikursi.
"Iya gue lupa kalo ada PR" jawab Yuda.
"Sama" ucap Reno.
"Yee si Nopal, ikut-ikutan aja" ucap Yuda sambil menoyor kepala Reno.
"Nama gue bukan Noval, Bambank" jawab Reno.
"Fikri mau pindah kesini" ucap Gavin tiba-tiba.
Fikri adalah sepupu Gavin yang dulu pernah bersekolah di SMA TUNAS BANGSA, tetapi Fikri sempat pindah karena harus ikut mengurus perusahaan sang papa.
Yuda dan Reno berhenti berdebat, mereka menganga, benar-benar menganga. Jika saja Gavin punya satu lembar kertas ditangannya, akan ia masukkan kedalam mulut Reno dan Yuda.
"Jangan mangap ogeb" ucap Gavin.
Mereka pun tersadar, dan menutup mulut masing-masing.
"Gue ga salah dengerkan?" tanya Yuda.
"Fikri pindah kesini lagi?, atau cuma jalan-jalan?" tanya Reno.
"Lo ga salah denger, dan Fikri akan pindah lagi kesini. Dia juga bakalan menetap disini" ucap Gavin.
"Gue takut dia nyalahin kita karena kita ga gabung lagi sama Alif dan yang lain, cuma gara -gara basket" ucap Reno, Yuda pun mengangguk.
"Ga bakalan. Lo tau kan Fikri ga gampang marah, dia bakalan menyelidiki yang sebenarnya terlebih dahulu" jawab Gavin.
Tak lama bel pun berbunyi, baik kelas Delia maupun kelas Gavin sudah memulai kegiatan belajar mengajar seperti biasa.
Maaf jika ceritanya kurang berkenan, karena saya masih dalam tahap pembelajaran🙏
KAMU SEDANG MEMBACA
DELVIN [COMPLETED]
Teen Fiction#1 on Delia {22.07.2020} "Permisi, saya boleh minta tanda tangannya ga kak?" tanya Delia. Lelaki itu pun langsung menoleh, "Lo bukannya yang bengong tadi? " tanya Gavin sang ketua OSIS itu kepada Delia. Delia hanya cengengesan tak jelas. Lalu Gavi...