Setelah menelpon Gavin, Gilang kembali ke ruang IGD.
"Nak Gavin beneran belum pulang ke Indo?" Tanya Silvi memastikan dan dibalas anggukan oleh Gilang.
"Kak Gavin udah perjalaan pulang ke Indo kok tan, nanti kalo kak Gavin udah sampe dia pasti langsung ke sini dan tante bisa minta kejelasan sama dia langsung" ucap Gilang, Silvi pun membalas dengan anggukan.
Hari mulai sore, Gilang pun mulai gerah dan ingin mandi. Tetapi dokter yang menangani Delia keluar, menghalangi niatnya untuk pulang.
"Keluarga pasien yang bernama Delia?" Tanya dokter perempuan yang masih muda itu.
Silvi dan Davira beranjak berdiri dari kursi dan mengangguk. "Bagaimana keadaan anak saya dok?" Tanya Silvi dengan bekas air mata dipipinya. Pasalnya sedari tadi ia tak henti-hentinya menangis dan mendoakan kesembuhan Delia dalam hati.
"Anak ibu koma, karena tadi sempat mengalami benturan yang lumayan keras. Tetapi doakan saja semoga pasien bisa melewati masa kritisnya dan setelah sadar nanti tidak mengalami amnesia atau lupa ingatan" ujar sang dokter.
"Oh iya, apakah tadi sebelum masuk IGD, pasien sempat sadar?" Tanya dokter itu.
Gilang mengangguk. "Iya dok, tadi pasien sempat sadar sebentar dan memanggil nama saya"
"Mungkin rasa shock yang membuat keadaannya semakin memburuk" ucap dokter itu.
"Baiklah kalau begitu saya permisi ya bu, semuanya" pamitnya.
"Terima kasih dok" balas Silvi dan Davira.
Silvi kembali terduduk dikursi samping ruangan IGD.
"Vira...mamah takut adik kamu kenapa-kenapa" ucapnya lirih dengan air mata yang turun satu persatu dari pelupuk matanya.
"Engga mah, Delia bakal sembuh dan baik-baik aja seperti semula" Davira meyakinkan sang mama.
Gilang tersenyum hambar melihat kejadian ini ia masih bingung dengan keadaan ini. 'Apakah dibalik semua yang terjadi ini, ada dalangnya?' Batin Gilang.
"Tante, kak Vira... Gilang pamit pulang dulu ya. Hari udah sore soalnya, kasian Acha harus mandi dan Luna juga harus pulang" pamit Gilang sopan.
"Iya nak Gilang, terima kasih ya kalo ga ada kamu tante ga tau akan bagaimana semua ini"
Gilang mengangguk dan tersenyum. "Ini juga berkat Luna kok tante"
Silvi menoleh kearah Luna sembari tersenyum ramah. "Makasih ya sayang, kamu udah mau ngasih tau plat mobil dan warna mobilnya" Silvi menarik Luna kepelukannya.
Luna membalas pelukan Silvi. "Sama-sama kok tante. Oh iya aku bolehkan kesini lagi buat jenguk kakak cantik?"
"Boleh kok sayang" balas Silvi. Setelah itu Achapun mencium punggung tangan Silvi dan berpamitan pada Silvi dan Davira. Mereka bertigapun menuju parkiran rumah sakit.
🗼🗼🗼
"Ini rumah kamu?" Tanya Gilang setelah mereka sampai didepan sebuah rumah.Luna mengangguk. "Terima kasih ya kak" ucapnya.
"Iya sama-sama. Oh iya, nanti kalau kamu mau jenguk kak Delia, bareng sama kakak aja ya"
"Iya kak, tapi gimana aku mau tau kalo nanti kakak ngajakin aku buat ke rumah sakit?"
Gilang berfikir sebentar dan melirik ke handphone yang ada ditangan Luna. "Kakak boleh minta nomer handphone kamu? Biar lebih gampang ngasih tau"
"Oh iya boleh kok" Luna memberikan nomor handphonenya pada Gilang.
Setelah selesai menyalin nomor handphone Luna ke handpohone milikya, Gilang pun mengembalikannya. Setelah itu Luna pun turun dari mobil Gilang dan melambaikan tangannya pada Acha dan Gilang, Acha membalas lambaian itu dan Gilangpun membalas dengan senyuman. Senyuman hangat seperti biasanya. Setelah itu ia segera melajukan mobilnya menuju rumah.
🚘🚘🚘Gelisah. Satu kata yang menggambarkan perasaan Gavin. Ia khawatir dengan keadaan Delia. Saat ini ia sedang berada didalam pesawat, pesawat yang akan membawanya menuju negara tercinta. Perjalanan yang cukup lama, membuat Gavin tertidur.
Hingga beberapa jam setelah berada diawan, Gavinpun akhirnya sampai di Indonesia, negara kelahirannya.
Gavin segera menelpon Gilang untuk menjemputnya.
"Hallo assalamualaikum"
"Waalaikumsalam, napa kak?"
"Jemput gue, gue udah dibandara nih"
"Pagi-pagi gini?"
"Engga. Besok. Cepetan sebelum lo berangkat sekolah!"
"Kan hari ini gue libur"
"Yaudah pokoknya cepetan. Gue mau langsung ke rumah sakit"
"Iye-iye tunggu setengah jam lagi gue sampe"
Gavin menutup telponnya. Menunggu Gilang setengah jam bukan waktu yang singkat bagi Gavin saat ini. Tetapi tidak apa, ia memilih mencari sarapan pagi terlebih dahulu.
Setengah jam kemudian...
Gilang tiba di bandara, ia mencari-cari keberadaan kakaknya itu.
"Nah itu dia" ucap Gilang. Gilang pun segera menghampiri Gavin.
"Yuk pulang" ajak Gilang.
"Astghfirullah ngagetin aja lu" ucap Gavin.
Gilang cengengesan. "Hayuk cepetan, katanya mau kerumah sakit"
Gavin segera bangkit dari duduknya dan menuntun kopernya. Mereka segera menuju tempat Gilang memarkirkan mobilnya. Dan segera menuju kerumah sakit.
Diperjalanan menuju kerumah sakit, Gavin tak henti-hentinya menanyakan kabar Delia. Entah untuk keberapa kalinya ia menanyakan hal yang sama. Gilang yang sedang mengemudi hampir pusing mendengar Gavin berceloteh dengan alasan khawatir.
"Kita berdoa aja kak,biar kak Del cepet sadar dan ga amnesia" ucap Gilang lagi.
"Tapi gue khawatir Lang"
"Udah-udah lo tenang dulu"
"Mamah sama papah ga marah kan gue balik ke sini?" Tanya Gavin, ia takut Reina dan Firman akan marah.
"Engga kok, sans ae... Gue udah jelasin semuanya sama papah dan mamah, biar ga terjadi kesalahpahaman" jawab Gilang.
"Bagus. Lo emang adik yang bisa diandalkan"
"Oh ya, lo harus jelasin sama tante Silvi yang sebenarnya" ucap Gilang.
"Maksud lo?" Gavin masih tak mengerti kata-kata Gilang.
"Nanti deh, lo pasti tau sendiri kalo udah ketemu tante Silvi" jawab Gilang.
Gavin masih mencerna kata-kata Gilang. Menjelaskan kepada Silvi? Apa maksudnya. Entahlah Gavin masih mengkhawatirkan keadaan Delia dan bercampur dengan lelahnya ia dalam perjalanan.
- - -
- - - -Holla update gaiss🤗
Maaf mungkin dipart ini semuanya belum terjawab, tapi daripada ga update ya kaan..
Sebelumnya aku mau ngucapin
Happy New Year 2020
Semoga semuanya lebih baik dari tahun ini
Aamiin...
Dan semoga DELVIN makin banyak yang suka ya❤
.
.
.
Jangan lupa vote⭐
KAMU SEDANG MEMBACA
DELVIN [COMPLETED]
Teen Fiction#1 on Delia {22.07.2020} "Permisi, saya boleh minta tanda tangannya ga kak?" tanya Delia. Lelaki itu pun langsung menoleh, "Lo bukannya yang bengong tadi? " tanya Gavin sang ketua OSIS itu kepada Delia. Delia hanya cengengesan tak jelas. Lalu Gavi...