"Tetaplah disini walau aku bukan lagi seseorang yang berharga untukmu, setidaknya aku merasa senang melihatmu berbahagia."
"PARK JIMIN?" Kehadirannya tepat di hadapanmu itu membuatmu tidak dapat bernafas dengan baik, jantungmu seolah berhenti berdetak tadi. Siapa yang tidak terkejut jika tiba-tiba idola mu memelukmu dan kini sedang berada di dalam kamarmu.
"Hehe kau masih mengingat aku?" Jimin dengan senyuman canggungnya memperlihatkan gigi barisan depannya, matanya yang minimalis itu nampak hilang saat tersenyum tadi.
"Yaaa apakah kau bodoh Park Jimin? Bagaimana bisa aku tidak mengingatmu, jika kau adalah biasku sendiri?" Kamu mendumel kembali gara-gara pertanyaan bodoh dari seorang Park Jimin, sementara dia hanya terkekeh.
"Sebenarnya ada apa sih? Mengapa tadi ribut-ribut di luar?" Kini kalian sedang duduk di sofa berwarna maroon menghadap ke luar.
"Tidak...tadi itu...hmm... hanya" Jimin tiba-tiba menjadi gugup di depanmu, raut wajahnya menunjukkan kecemasan.
"It's okay Jimin-ahh jika mau kau bisa berbagi cerita dengan ku, aku bisa menjaga rahasia dengan baik" Senyuman tersungging dari bibir kecilmu, tanganmu dengan sigap meraih tangan Jimin. Bukan, ini bukan mencari kesempatan, kamu hanya berusaha menenangkannya.
"Hara-ssi tadi ada siapp..." Nalla yang hanya dibalut oleh kain handuk terkejut melihat kehadiran Jimin di hadapannya.
1...
2...
3...
"AAAHHHHHH..." Kalian bertiga dengan kompak berteriak terkejut seperti di kejar seekor anjing. Tanganmu dengan sigap menutupi kedua mata Jimin dan Nalla kembali berlari menuju kamar mandi.Kini kalian sudah duduk berdekatan, Jimin di sofa tadi, kau di sebelah Jimin dan Nalla yang sudah mengenakan pakain duduk di kasur. Pada awalnya kalian hanya diam dan saling pandang namun lama kelamaan kalian saling berbincang, tak banyak kok hanya memperkenalkan diri.
"Iya jadi kenapa di luar kamarku bisa ribut sekali?" Kamu kembali ingat tujuan berbincang dengan mochi ini untuk menanyakan hal ganjil tadi.
"Aisshh ku kira kau sudah lupa" Jimin terlihat menggaruk tengkuk lehernya juga tatapan cemas itu kembali hadir di wajahnya.
"Ada beberapa sasaeng-fans yang menemuiku tadi, mereka menanyakan hubunganku dengan Seulgi, aku tidak mau menjawabnya, jadi aku lari tapi mereka mengejarku" jelas Jimin di selingi nafas panjang nya, lelah sepertinya dia.
"Ohh seperti itu? Tapi kalau menurutku kau tidak usah lari, kau cukup menjawab 'tidak' lalu mereka akan pergi, simpel bukan?" Kamu hanya mengerutkan dahimu karena bingung mengapa Jimin harus berlari.
"Anniiyaaa, aku tidak bisa" Jimin menundukkan kepalanya seolah ada rahasia besar yang ia sembunyikan.
"Kenapa? Apa alasannya?" Kini Nalla yang dibuat bingung oleh ucapan Jimin.
"Karena kau dan Seulgi benar memiliki hubungan ya?" Seolah sudah jelas bagimu, kau menebaknya dan ini membuat Jimin juga sahabatmu terkejut.
"Aanniii, tidak hmm" Dia menyanggah ucapan mu tatapannya seolah menyetujuinya, dia lagi-lagi hanya menundukan kepalanya.
"MWO? BENARKAH?" Nalla dengan matanya yang membulat semakin mendekat ke arah Jimin.
"Kau tidak usah berbohong, bukan maksudku, kau tidak usah membohongi dirimu sendiri Park Jimin, it's okay jika itu benar, kau harus mengakuinya lagipula itu bukan kabar buruk kan?" Kamu berusaha menasihati Jimin dengan senyumanmu yang melemah, mau tidak mau kamu harus mendengar pengakuannya secara langsung dari mulutnya.
"Itu buruk Hara-ssi, pasti akan ada banyak orang yang tidak menyukai itu dan itu semua akan berdampak pada ke-populeritasan ku juga BTS, aku tidak akan mengakuinya sampai kapanpun" Jimin kini mampu mengangkat pandangannya, dia memandangimu juga Nalla secara bergiliran.
Tunggu sebentar, apa barusan Jimin mengakui hubungannya secara tidak langsung di hadapanmu? DI HADAPANMU? Kamu benar-benar terkejut dengan ucapan Jimin barusan, rasanya sangat menyesakkan dada namun ya bagaimana lagi? Orangnya sudah mengaku di hadapanmu.
"Yaa aku jadi menangis Jimin-ahh, hahaha ini memalukan" Kamu menghentikan ucapanmu lalu dengan cepat menghapus air mata yang benar-benar tidak dapat kau kontrol itu.
"Ehemm begini, aku tahu pasti rasanya sulit sekali bagimu, kau adalah seorang idola yang memiliki jutaan fans dan kau diharuskan untuk tidak boleh membuat para fansmu terluka, karena jika mereka terluka kau akan ditinggalkan, tentu itu buruk untukmu tapi di lain sisi kau tetap seorang namja berusia 24tahun yang wajar saja jika memiliki kekasih" ucapanmu terhenti lagi, kau harus kembali menghentikan air matamu yang entah mengapa jadi semakin deras, Nalla juga saat ini sedang menangis sampai sesegukan.
"Jadi apa yang harus aku lakukan?" Jimin menatapmu iba sesekali dia menatap langit-langit kamar hotel, entah berpikir atau menahan tangis.
"Kau harus mengakuinya" Nalla dengan sekuat hati menjawab pertanyaan tersulit bagi Jimin untuk saat ini.
"Iya, betul, kau harus mengakuinya suatu saat nanti, lagipula Jimin-ahh, memang itu akan melukai hati army terutama para stan-mu tapi kau tidak boleh menyembunyikannya terus menerus, tidakkah hatimu sakit Park Jimin?, tidakkah kau letih berpura-pura? Berjanjilah padaku, pada kita, suatu saat nanti kau harus jujur dengan dirimu sendiri Jimin-ahh" Jimin menatapmu iba karena sedari tadi kau berbicara dengan suara yang bergetar menahan tangis, kadang kau harus menggigit bibir bawahmu saking sulitnya menahan tangis.
"Apa aku menyakiti kalian?" Jimin dengan tatapan bersalahnya menatapmu juga Nalla bergantian.
"Tidak kok hehe" Bisa bisanya Nalla menjawab seperti itu dengan air mata yang terus menerus mengalir.
"Iya itu sangat menyakiti hatiku, Jimin-ahh. Kau tahu, kau adalah alasan utamaku belajar bahasa Korea juga alasanku sampai datang kemari tapi sekarang kau malah...huaaa" kau menangis lagi kali ini dengan suaramu yang parau, kau kecewa sekali saat ini tapi tidak tahu siapa dan apa yang salah.
Jimin menarik badanmu mendekat ke arahnya, dia mendekapmu erat sembari sesekali membelai halus puncak kepalamu, kau yang diperlakulan seistimewa itu malah jadi kuat menangis.
"Maafkan aku maaf" Jimin berulang kali meminta maaf dengan posisi masih mendekapmu.
"Sudah, ku tidak bisa bernafas" Kamu dengan teramat bodoh melepaskan pelukannya, dengan senyuman terpalsumu kamu menatapnya.
"It's okay, itu memang melukai ku tapi aku harus belajar melepasmu Jimin-ahh dan mungkin saat ini adalah waktunya" Terdengar sangat drama bukan? Ya memang itu sengaja kau ucapkan agar Jimin tertawa.
"Jinjja?" Jimin kembali menatapmu tak yakin dan kau hanya mengangguk.
"Aku serius Jimin-ahh" ucapmu yakin
"Ya sudah kalau begitu aku harus kembali ke kamarku, kalian janji ya jangan beri tahu siapapun" Jimin mulai bangkit dari sofa dan berjalan menuju pintu.
"Nee oppa" ucapmu dan Nalla bersamaan, Jimin terkekeh sesaat.
"Aku akan sering menemui kalian sepertinya" Dia tersenyum lalu menutup pintu hotel dengan tangan kanannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Distracted●Min Yoongi [COMPLETED]
FanfictionBagaimana jadinya jika idol seperti Min Yoongi kecanduan berada di dekat seorang fansnya? Hara, gadis cantik dari Indonesia yang punya kesempatan untuk menjadi asisten BTS itu dijebak untuk selalu berada di dekat Min Yoongi yang sedang depresi. Akan...