5.0

1.9K 130 21
                                    

Nyatanya bintangku jatuh, saat melintasi langit yang lebih indah. Semoga bintangku tetap bersinar dikala gelap.


Pukul delapan malam, kamu baru sampai di rumahmu. Cuacanya amat berbeda dengan Seoul, ini lebih hangat. Meskipun Bandung adalah kota yang dingin, tapi tidak sedingin kota Seoul. Saat pertama kali kau menginjakkan kaki di rumah, Ibu adalah orang pertama yang kau lihat. Pakaian tidur yang dipakainya, terlihat tidak berbeda dengan yang terakhir kau lihat.

Dia tersenyum melihatmu membuka pintu, dengan lelah juga rasa kantuk kau menghampirinya yang sedang duduk di sofa memperhatikanmu. Ah kau rindu sekali dengan wanita kebangganmu ini, ingin segera mendekat dan mendekap.

"Capek banget kelihatannya" Goda ibu padamu yang terlihat menekuk wajahmu lelah.

"Anniiyaa... eh tidak kok Bu" Kau tersenyum canggung karena tidak sengaja berbicara dengan menggunakan bahasa Korea.

"Mentang-mentang tiga bulan disana jadi lupa gimana ngomong pake bahasa Indonesia" Ibu tersenyum dengan tangannya yang membelai puncak kepalamu.

"Kenapa jarang hubungin Ibu waktu kemarin-kemarin? Ibu khawatir tahu"  Ibu menyilangkan tangannya di dadanya, seolah anak kecil sedang merajuk.

"Maaf Ibu, kerjaan aku sibuk banget, jadi lupa ngabarin deh" Kau mendekap Ibumu erat, rindu sekali kau dengan dekapan seperti ini.

Kau menatap langit malam Bandung dari balkon kamarmu, kau ingin lebih lama lagi sebenarnya berbincang dengan Ibumu namun waktu sudah begitu malam. Saat kau masih di Korea kau rindu dengan suasana di Indonesia, dan setelah kau pulang kau malah merindukan Korea-tidak maksudmu adalah bayi-bayi besarmu.

Ponselmu berdering dan sedikit membuatmu terekejut. Panggilan masuk dari aplikasi Kakao talk tersebut benar-benar mengejutkanmu, apalagi setelah membaca nama yang muncul dari layar kaca ponselmu.

Jimin. Nama yang indah saat kau membacanya bukan? Kau terlalu rindu dengan orang itu hingga membuatmu terdiam sejenak. Ponselmu terus berdering dan kau masih terdiam menatap nama yang tertera.

"Yeobboseyeo, Park Hara"

"Nee, seenaknya saja memberiku nama Park Hara"

"Hehe, mengapa? bukannya kau suka huum?"

"Yaakk suka apa"

"Suka denganku hahaha"

"Iyalah aku menyukaimu, kau kan biasku. Sudahlah ada apa menelponku?"

"Anniiyo aku merindukanmu. Bagaimana penerbanganmu tadi?"

Kau merasa sinar matahari itu menerobos masuk mengenai wajahmu. tsk kau mendecak kesal karena gara-gara silau kau harus terbangun dari tidurmu. Kau menatap ponsel yang tergeletak di ujung bantalmu. Kau hanya ingat mengobrol dengan Jimin dan kau benar-benar tidak kuat menahan kantukmu.

Hari ini kau kembali ke kampusmu setelah libur semester selama tiga bulan. Celana jeans abu-abu dengan kaos hitam bertuliskan FG yang kebesaran di badanmu, kau rasa cukup untuk style pergi kuliah. Kau memakai baju itu hari ini, baju pemberian Yoongi.

Kau menjumpai Ibu yang sedang menonton televisi di lantai bawah, dan ayah- aku benar-benar tidak melihatnya dari semalam. Ayahmu seringkali pergi ke luar kota untuk urusan pekerjaan jadi kau merasa biasa saja saat tidak ada Ayah di rumah.

"Harra, jangan lupa makan sarapan" teriak Ibu saat melihatmu yang baru saja turun ke lantai bawah, melewati meja makan dan mengambil satu buah sandwich buatan Ibu.

Distracted●Min Yoongi [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang