Semoga kita dapat berbahagia. Walau kita sudah berbeda arah dan tujuan, tapi kita pernah memiliki cerita indah untuk menghiasi hari-hari selama ini. Kita boleh saja saling melupa, tapi kurasa semua kenangan indah bukan hal sepele yang bisa dilupakan begitu saja.
Bekerja itu sangat melelahkan jika boleh jujur. Kau harus datang pukul delapan pagi sampai jam enam sore. Belum lagi menjadi seorang psikolog itu dituntut untuk memberikan solusi yang terbaik, tidak peduli bagaimana moodmu hari itu.
Setelah tiga bulan bekerja di sana, kau sudah mulai terbiasa dengan pekerjaanmu. Semua rekan kerjamu disana sangat terbuka dan berbaik hati padamu. Apalagi pamannya Nessie.
Hari ini tepat tiga bulan kau bekerja disini, sekarang kau akan mendapatkan gaji bulananmu, kau segera pamit pulang darisana. Lelah rasanya ingin segera beristirahat di kasurmu.
"Nala aku pulang" Kau berteriak saat baru saja sampai. Kau segera membukakan pintu dan masuk ke dalam.
"Ceria sekali Nyonya psikolog huum" Candaan Nala mampu meloloskan seutas senyuman dari bibirmu.
Dia selalu pulang lebih awal darimu. Padahal gaji-nya tidak jauh berbeda darimu. Tapi kau tetap nyaman melakukannya, dan selalu bahagia setelah sukses dengan kerjaanmu.
"Hari ini kau dapat berapa pasien?" Tanya Nala. Dia selalu bertanya tentang pekerjaanmu hari ini. Karena dia sangat paham, bekerja menjadi psikolog sangatlah sulit dan melelahkan.
Kau mengernyitkan alismu. Mengingat kembali berapa pasien yang kau tangani hari ini. Tidak begitu banyak, hanya tujuh seingatmu.
"Tujuh, tapi itu kasus yang berat. Ada pasien yang terkena bipollar dan harus segera ditangani psikiater. Padahal dia terlihat sangat baik." Seingatmu begitu. Ada seorang pria dewasa yang datang dan tidak mau menerima jika dirinya terkena bipollar.
Nala merebut dengan paksa dua buah keresek belanjaanmu. Dia segera membukanya, dan memeriksa barang apa saja yang telah kau beli. Kau hanya tersenyum dan segera masuk ke dalam kamar mandi untuk bebersih diri.
Saat kau selesai dari kamar mandi, Nala sudah duduk santai di depan televisi. Dia membuatkan dua mangkuk jjajangmyeon beserta menyimpan dua kaleng soda.
"Baik sekali sahabatku ini" Kau duduk di sampingnya dan segera mengangkat mangkuk makananmu.
"Tidak akan pulang ke Indonesia?" Tanya Nala memulai pembicaraan. Kau yang sedang asik dengan makananmu jadi memikirkan ucapannya.
"Baru saja tiga bulan bekerja sudah ingin ambil cuti liburan" Jawabmu lalu kembali fokus dengan makananmu.
Sebenarnya bukan tidak ingin pulang dan menemui Ibu juga adikmu. Kau hanya terlalu takut jika Ibumu tahu yang sebenarnya, tahu tentang Yoongi. Beliau pasti akan menanyakan jaminannya, dan kau pasti akan kelabakan mencari alasan.
Tidak, jangan dulu pulang bulan ini.
"Hara-yah semenjak siang ada yang menerorku dengan telpon. Nomor ini terus saja menelponku tapi saat aku mengangkatnya dia hanya bilang 'Katakan Hara dimana?' Aku jadi takut kau kenapa-kenapa"
Nala menunjukan sebuah nomor di ponselnya. Terlihat nomor tersebut terus saja menelpon Nala, padahal sudah beberapa kali dia menolak panggilannya.
Kau sudah menduganya jika itu adalah perbuatan staff BigHit atau Jaehyun mungkin. Kau tidak begitu peduli, kau masih merasakan aman tinggal di Daegu selama ini.
"Blokir saja nomornya" Ucapmu enteng lalu menyendok makananmu kembali.
Aktivitas kalian terhenti saat suara presenter di televisi membacakan berita. Kau sangat terkejut saat melihat judul berita tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Distracted●Min Yoongi [COMPLETED]
FanfictionBagaimana jadinya jika idol seperti Min Yoongi kecanduan berada di dekat seorang fansnya? Hara, gadis cantik dari Indonesia yang punya kesempatan untuk menjadi asisten BTS itu dijebak untuk selalu berada di dekat Min Yoongi yang sedang depresi. Akan...