4.8

1.8K 145 7
                                    

"Pergilah kemanapun sesukamu, jangan menatapku ke belakang karena aku selalu disisimu"


Kau pergi begitu saja meninggalkan Yoongi yang masih dengan setia memanggil namamu. Kau tidak tuli, kau mendengarnya dengan jelas namun hatimu terasa kebal dengan suara penghianat itu. Ini mungkin tidak adil bagi Yoongi, karena dia belum memberikan secuilpun alasan  untuk kau dengar.

Langit yang gelap ini bahkan tidak ada satupun cahaya yang menemanimu, lampu juga cahaya bintang entah kemana malam ini. Balkon dorm selalu jadi tempat yang pas untuk membuatmu tenang, kau ingat betul setiap tangis yang kau keluarkan selalu berakhir disini. Cuaca yang begitu dingin ini bahkan terasa merusak kulitmu.

Air mata juga lamunan ini akan menjadi saksi bagaimana kau terluka dan ingin segera mengakhiri semuanya. Kau seorang diri di luar balkon dorm, bahkan tanpa penerangan juga penghangat apapun, how you dare.

Mungkin saat kau menyatakan sedang sendirian, kau sedikit keliru. Tepat di belakangmu ada tubuh yang mendekapmu erat, ia menempelkan dagunya pada bahumu. Kau terkejut bukan main, pasalnya saat kau masuk kesini kau tidak melihat atau merasakan ada orang selain dirimu. Ingin meloncat saja rasanya.

"Kenapa tidak pakai penghangat huum? kau akan terkena demam Hara-yah" Suara ini benar-benar tidak asing bagimu dan saat kau mendengar ucapannya kau bisa bernafas lega.

"Kookie kau kah itu?" Kau tersenyum dalam dekapan bayi besar kesayanganmu itu,kau dapat merasakan bagaimana tubuh kekarnya mendekapmu damai.

"Yaaak bagaimana mungkin kau bisa menebakku?" Kookie melepaskan dekapannya dan membalikkan tubuhmu agar menatapnya.

"I know you so well, sudah dari tadi disini?" Senyumannya hilang entah kemana, dia seperti habis mengingat sesuatu hingga menghilangkan senyumnya.

"Aku melihatmu berlari ke balkon jadi aku mengikutimu. Kau tahu sebenarnya aku sudah disini dari sore saat ku lari dari kamar inapmu?, hanya saat pukul sembilan malam udaranya jadi sangat dingin jadi ku putuskan untuk masuk kamar" Dia menatapmu hambar, benar-benar bukan tatapan ceria yang biasa Jungkook lakukan padamu.

"Balkon adalah tempat terbaik untuk meluapkan rasa, aku bahkan sudah bisa menebak jika kau akan berlari kesini dari rumah sakit tadi sore." Kau mengangkat sebelah alismu dan tersenyum bangga saat kau merasa mengenal Jungkook dengan baik.

"Kau benar-benar akan pulang ke Indonesia?" Jungkook menatapmu lekat yang saat ini sedang menatap ke arah luar dan membelakanginya.

"Sepertinya iya, mungkin penerbangan siang hari. Kau harus membelikanku kenang-kenangan yaa karena mungkin aku tidak akan pernah bertemu denganmu lagi." Ucapmu tercekat meski begitu kau tetap menunjukan senyumanmu.

Jungkook hanya diam setelah mendengar ucapanmu, tidak ada lagi yang berbicara hanya sayup suara angin yang menerpa tubuh kalian berdua. Matamu hanya menatap lurus tanpa melirik sedikitpun ke arah Jungkook, kau terlalu takut untuk menatapnya dan mengucapkan selamat tinggal ataupun salam perpisahan.

"Ternyata kau benar-benar akan pergi secepat ini dari kami Hara-yah, aku benar-benar belum siap untuk mengucapkan selamat tinggal padamu. Aku tidak akan menahanmu untuk lebih lama lagi bersama kami, karena jika ku paksakan kau bisa terluka dan aku benci melihatmu terluka. Silahkan pergi esok hari, aku tidak akan menahanmu lagi"

Ucapan Jungkook benar-benar membuatmu tertohok, ini terlalu mengejutkan untukmu mendengar ucapan semanis itu keluar dari mulut seorang Jeon Jungkook. Kali ini kau bisa kembali menatapnya, tatapan haru sekaligus tidak percaya.

"Tidur bersamaku ya? Aku tidak akan berbuat apapun percayalah" Jungkook menarik pergelangan tanganmu dengan tidak begitu kuat. Kau hanya diam dan menggelengkan kepalamu, bagaimanapun kau tidak suka tidur bersama seorang namja. (Pengecualian untuk Min Yoongi)

Distracted●Min Yoongi [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang