5.2

1.8K 137 10
                                    

Kerap kali perpisahan itu membuatmu terluka. Kau yang akan berubah setelah ditinggalkan, keadaan yang sama sekali tidak mendukungmu untuk tetap sama seperti sedia kala. Tidak apa, itu wajar. Kau hanya harus membiasakannya, dan perlahan akan ada kebahagiaan baru yang akan menyambut pagimu. Percayalah,kau harus tangguh.


Hari ini mungkin adalah hari paling banyak kau mengumpat dalam hati. Bagaimana tidak? Jika seorang pria yang kau benci ternyata duduk di sampingmu saat ini. Kalian akan menjadi partner teman kelas untuk dua tahun ke depan.

Kau hanya fokus dengan materi yang dijelaskan oleh dosenmu di depan kelas. Berbeda dengan pria tampan yang di sebelahmu, dia hanya menatap kosong padamu. Sialan, jika tidak ada dosen di hadapanmu mungkin dia sudah habis di tanganmu.

Lama-lama kau mulai merasa risih dengan tatapannya. Demi Tuhan ini sangat mengganggu konsentrasimu. Kau masih berusaha menahan semuanya padahal ingin sekali kau melemparkan sepatumu ke wajahnya.

"pstt..." Kau berusaha tidak menyadari jika itu adalah suara Radit yang berusaha memanggilmu. Tapi tetap saja akhirnya kau menatap ke arahnya sebagai respon.

Dia hanya tersenyum di bangkunya saat kau menatapnya dengan sinis. Benar-benar dia tidak mengatakan sepatah katapun, dia hanya menatapmu dan tersenyum. Ini adalah senyuman yang sama saat terakhir kau melihatnya.

"Baiklah karena saya ada keperluan mendadak, kegiatan pembelajaran saya sudahi. Untuk modul pembelajaran saya akan kirim pada penanggung jawab mata kuliah ini" Setelah itu Bu Sari dengan sepatu heels 10 sentimeter miliknya pergi keluar kelas.

Semua mahasiswa di kelas itu hanya memasukan alat tulis juga binder ke dalam tas dan segera pergi keluar kelas. Karena hari ini sudah tidak ada mata kuliah kau bisa pulang dengan cepat. Kau sudah membayangkan betapa nikmatnya makan mie instant di depan laptop dengan tayangan drama korea favoritmu.

"Harr, aku antar pulang ya?" Radit dengan cekatan menarik lenganmu agar mengikuti langkahnya. Kau hanya menatapnya sinis dengan lenganmu yang masih ditarik olehnya.

"Tidak usah aku bisa pulang send..." Ucapmu terhenti saat Radit membalikkan tubuhnya jadi menatapmu. Walaupun sudah lama,kau masih saja gugup saat bertatapan langsung dengan mata indahnya.

"Kasih aku alasan logis kenapa kamu nolak aku" Dia masih menatap wajahmu dengan detail padahal kau berusaha setengah mati untuk tidak menatapnya.

"Huh? kasih juga aku alasan logis kenapa aku harus menyetujuinya? Sudahlah Radit aku malas berbicara denganmu" Kamu segera menyambar tottebag peach mu dan segera pergi ke luar kelas. Bajingan sekali orang itu.

Kamu hanya bernafas lega saat menyadari jika Radit tidak mengikutimu. Kau segera menyalakan mesin motormu dan segera pergi dari lingkungan kampus. Sepanjang jalan kau hanya melamun, mengingat masa lalu mu yang menderita bersama Radit. Ahh, itu terlalu jahat terdengarnya. Radit, dia pria yang baik kok -pada awalnya. Entahlah setelah berhubungan lama dengannya sifat-sifat buruk itu begitu mendominasi. Radit yang posesif, yang ingin menang sendiri, yang selalu menyalahkan orang lain.

Kau benar-benar melamun hingga tidak menyadari jika didepan sedang lampu merah, untung saja sempat mengeremnya. Sialan memang Radit Pratama. Entah mengapa rasanya lampu merah ini lama sekali,mau tidak mau lamunan itu kembali hadir diingatanmu.

***Flashback On***

"Harr, kita jalan-jalan yuk?" Radit dia berdiri di hadapanmu yang sedang merebahkan badan di sofa appartement miliknya. Kamu hanya menatapnya malas, pertanda kau tidak mau menyetujuinya.

Distracted●Min Yoongi [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang