Part 26

1.4K 145 17
                                    

Mondy perlahan membuka matanya karena merasakan silau dari cahaya yang masuk lewat celah jendela. Ia mencoba mengucek matanya untuk memperjelas penglihatannya.

"Hmm.. mesti ke kantor ya? Ah Males banget.." gumam Mondy dengan suara serak khas bangun tidur. Lalu ia merubah posisinya menjadi tengkurap dan kembali memejamkan matanya.

"Tunggu!!" Mondy tiba tiba membulatkan matanya kaget. "Kok dingin ya?" Lalu ia pun bangun dan duduk. Dan ia tak sengaja melihat Raya yang masih tertidur di sampingnya.

"Lho? Ni anak kok tidur disini?" Bingung Mondy. "Eh tunggu! Ini bukan kamar gua. Kok kita bisa ada disini?" Mondy benar benar kaget namun juga bingung. Mengapa ia bisa tidur satu ranjang bersama Raya? Ia pun segera menyadari bahwa kini dirinya dalam keadaan bertelanjang bulat.

"ASTAGA!!! APA-APAAN INI???" Mondy kaget. Lalu perlahan ia melihat Raya. Ia melihat punggung Raya yang polos tanpa sehelai kain. Yang bisa ia simpulkan, bahwa Raya juga tak mengenakan pakaiannya.

"Apa yang gua lakuin semalam?" Mondy meremas rambutnya mengingat kejadian semalam.

"Jangan-Jangan? Semalam kita abis..?? Waaahh parah ini parah. Gua harus cepet cepet pergi dari sini sebelum ni singa satu bangun." Mondy pun mengedarkan pandangannya mencari sesuatu yang bisa ia pakai untuk menutupi auratnya.

Sampai ia mendapati pakaian yang semalam ia kenakan, berserakan di lantai bersama pakaian Raya.
"Astoge!! Ternyata bener. Mondy lo semalam kenapa sih kok bisa ngelakuin ini? Argh..."

Ia pun mengambil pakaiannya dan segera memakainya dengan buru-buru. Lantas ia pun berlari pergi meninggalkan Raya yang masih terlelap.

...

"Gawat ini gawaaatt.. ntar kalau dia bangun, bakalan ngamuk gak ya? Marah gak ya?" Ntahlah. Mondy jadi seperti ketakutan. Ini pertama kalinya Mondy merasa takut terhadap Raya.

Mondy berjalan ke depan sambil sesekali melihat ke belakang. Memastikan bahwa Raya tak mengikutinya.

"Mond!! Lagi ngapain sih?" Tanya Boy yang tiba tiba ada di depan Mondy.

"Sstttt!! Jangan berisik!" ucap Mondy sambil meletakkan jari telunjuk di depan bibirnya.

"Kenapa sih?" Tanya Boy bingung.

"Pokoknya jangan berisik. Ntar dia bangun." jawab Mondy dengan nada rendah.

"Aneh lu! Dia siapa sih?"

"Ya Raya lah. Siapa lagi coba." jawab Mondy.

"Terus, kenapa gak boleh berisik coba? Dia lagi semedi?"

"Ck! Ya lagi tidurlah. Tapi ni ya, kalau dia bangun, tamatlah sudah riwayat gua!!"  jawab Mondy dengan nada ketakutan.

"Aneh lu pada." ucap Boy yang tak mengerti.

"Udah. Pokoknya, jangan berisik. Btw ada apa pagi pagi kesini? Ganggu aja! Mana nyelonong masuk lagi." Mondy melipat kedua tangannya didada.

"Oh iya. Tadi gua ketemu sama Om Adit. Dia nyuruh gua bawa lo ke kantornya." jawab Boy.

"Kok tiba-tiba ya? Terus mau ngapain ya?" Mondy malah terlihat berpikir.

"Kayaknya bokap lo bakalan ngamuk tuh." jawab Boy.

"Pergi gak ya? Emm.. Ah males ah." ucap Mondy menolak. "Eh tapi,, kayaknya gua pergi deh. Dari pada disini sih.." Sambungnya.

"Yaudah ayo.." ajak Boy.

"Iya deh."

"Eh bentar!" Boy menghentikan Mondy dengan kedua tangannya.

"Kenapa?"

Love Comes Too Late [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang