Part 33

1.4K 151 26
                                    

Malam hari...

Raya telah kembali ke rumah Ramon dan kini ia sedang duduk bersandar diatas  kasurnya. Ia tengah memikirkan tak menyangka dirinya akan mengandung anak Mondy. Padahal, pernikahan mereka ini saja, diluar keinginan mereka. Walau akhirnya Raya mencintai Mondy sendiri.

Cklekkk

Pintu kamar pun terbuka. Masuklah Mondy dengan segelas susu hangat ditangannya. Ia pun menghampiri Raya dan duduk disampingnya.

"Kata Mama, ibu hamil bagus lho minum susu ini. Habisin ya," ucap Mondy sambil memberikan susu itu pada Raya.

Raya hanya mengangguk seraya tersenyum. Ia pun meminum susu itu.

"Gimana keadaan lo? Gak ada yang sakit kan?" Tanya Mondy.

"Gak kok," jawab Raya singkat. Lalu ia pun menyimpan gelasnya diatas meja samping tempat tidurnya.

"Lapar gak? Atau mau gue ambilin sesuatu?" Tawar Mondy.

"Gak usah," tolak Raya singkat.

Mendengar jawaban Raya yang selalu singkat, membuat Mondy merasa Raya terpaksa kembali padanya.
"Ray. Lo gak suka ya kita balikan?" Tanya Mondy.

"Hah? Nggak kok."

"Abis, dari tadi lo jawabnya singkat mulu. Kalau lo gak suka, kita bisa tetep cerai kok," ucap Mondy.

"Nggak, Mon. Gue gak papa."

"Iya. Kalau seandainya lo mau kita tetap cerai, gue gak papa kok. Beneran," ucap Mondy.

"Oh jadi kali ini lo yang mau kita cerai?" Tanya Raya.

"Lho? Kok gitu? Ya nggaklah," jawab Mondy.

"Nggak gak papa jujur aja kalau lo mau kita cerai," ucap Raya.

"Nggak, Ray. Lo ngomong apa sih?" ucap Mondy.

"Gue bisa urus kok surat perceraiannya. Lo bisa andelin gue," ucap Raya mantap.

"Nggak, Ray. Gue gak mau pisah," ucap Mondy berusaha mencegah Raya.
"Ck! Salah ngomong gue duhh," ucap Mondy pelan.

Namun masih dapat Raya dengar. Membuat Raya tertawa kecil mendengarnya.

"Nah. Ketawa dia."

"Nggak. Gue becanda kok." ucap Raya.

"Hufft.. untung aja. Becanda lo ngeri, Ray." ucap Mondy lega.

Raya tertawa melihat ekspresi wajah Mondy. Namn tak lama kemudian ia menghentikan tawanya. Dan terlihat ragu.
"Emm.. Mon."

"Iya?"

Raya menatap Mondy. Kemudian ia menggelengkan kepalanya. "Nggak kok," jawab Raya. Tentu saja membuat Mondy bingung.

"Ada apa? Ada pertanyaan?" Tanya Mondy.

"Nggak kok. Gak ada," jawab Raya. Namun ucapannya tak cocok dengan eskpresi wajahnya.

"Ada apa? Jujur aja. Jangan pendam semua yang ingin lo tau," ucap Mondy yang seakan paham Raya ingin bertanya.

Raya mengangguk. "Yaudah. Emm.. kenapa lo gak mau kita pisah?" Tanya Raya. Walau ia ragu dengan pertanyaannya sendiri.

"Oh. Lo belum ngerti ternyata," ucap Mondy. Lalu Ia pun duduk tegak menghadap Raya. "Gue tau gue udah nyakitin lo. Dan pada saat yang sama, lo kehilangan bokap lo. Itu buat gue semakin merasa bersalah. Dan gue inget sama permintaan terakhir bokap lo. Untuk terus sama lo. Mungkin cuma ini yang bisa gue lakuin buat menebus kesalahan gue. Walaupun luka di hati lo akan tetap ada. Dan juga, gue pengen jaga lo dan anak kita nanti," jelas Mondy.

Love Comes Too Late [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang