Raya pun berjalan menuju tempat dimana Mondy duduk. Raya berjalan sambil sedikit menundukkan kepalanya. Menyembunyikan raut wajah kecewa maupun marahnya.
Setiap langkah terasa berat, namun Raya terus maju. Hatinya penuh pertanyaan, tapi bibirnya terkatup rapat.
"Raya??" Mondy juga benar-benar terkejut dengan kehadiran Raya. Begitu pula dengan Megan.
Mondy berdiri dari duduknya lantas menatap Raya dengan perasaan campur aduk, antara takut, terkejut, dan menyesal. "Ra.. Ray, ini gak seperti apa yang lo lihat. Gue bis--"
Byuurrr
Semua orang terkejut saat melihat Raya menyiram kepala Mondy dengan minuman yang Mondy pesan. Termasuk pelanggan di sana serta para pelayan yang menjadikan mereka pusat perhatian.
"APA APAAN INI??" Orang yang bisa Raya tebak dia adalah teman Mondy, juga terlihat marah dan malu dengan tindakan Raya.
Namun, Raya tetap tak mengucapkan sepatah kata pun. Tatapannya terkunci pada Mondy, rahangnya mengeras seakan menahan sesuatu yang tak terkatakan. Hening yang mencekam menggantung di antara mereks hanya menyisakan ketegangan
"Raya. Gue bisa jelasin semuanya, Ray," ucap Mondy lalu memegang kedua pundak Raya. Namun tak lama kemudian Raya tepis. Lantas Raya pun pergi meninggalkan kafe itu tanpa mengucapkan apa pun. Ia benar-benar kecewa pada suaminya.
Tindakan Raya membuat semua orang di kafe itu menjadikan Mondy pusat perhatian. Tapi Mondy tak mempedulikan itu.
"Mondy! Siapa dia? Berani beraninya nyiram lo di tempat kayak gini. Gak ada kata maaf lagi," ucap teman Mondy.
Mondy tak menjawab. Ia langsung lari mengejar Raya tanpa memikirkan Megan ataupun temannya.
"Mondy! Mondy!" Megan hanya berusaha untuk menghentikan Mondy. Namun gagal. Mondy tak mendengarkannya.
Saat ini, yang terlintas di benak Mondy hanyalah satu hal: bagaimana cara membuat Raya mendengarkan penjelasannya. Semua kata-kata yang ingin ia ucapkan terjebak di tenggorokannya, mengingat tatapan Raya yang tajam dan dingin. Mondy merasakan detak jantungnya yang semakin cepat, khawatir jika ia gagal menyampaikan perasaannya. Ia mencoba merangkai kalimat dalam pikirannya, berharap bisa menemukan cara untuk menembus dinding ketidakpercayaan yang terbentuk di antara mereka.
...
"Ray tunggu, Ray!" Mondy berhasil mencegat Raya. Ia pun memegang kedua pundak Raya. Namun Raya masih diam dengan tatapan dingin.
"Maaf. Seharusnya gue ngasih tau lo selama ini tentang hubungan gue sama Megan. Maafin gue, Ray," ucap Mondy. Diam. Raya masih tak menjawab.
Raya menatap Mondy dengan lekat, membuat Mondy kaget dan merasa bersalah. Air mata mengalir di pipi Raya, membasahi wajahnya yang manis. Melihat kesedihan itu, hati Mondy serasa diremukkan.
"Mondy..." panggil Raya pelan, suaranya nyaris tak terdengar. "Kalau lo gak suka sama pernikahan kita, kalau lo gak suka sama gue, dan kalau lo masih cinta sama dia..." kata-katanya menggantung, terdengar lirih dan penuh kesedihan. Setiap suku kata itu menembus hati Mondy, membuatnya terdiam.
"SETIDAKNYA JANGAN BUAT GUE CINTA SAMA LO!!"
Plakkk!
Setelah membentak, Raya menampar Mondy dan pergi meninggalkannya dalam kebingungan. Kata-kata itu terus terngiang di telinga Mondy, membuatnya diam tak bergeming. Bahkan tamparan Raya yang cukup keras pun seakan tak dirasakannya karena ia tenggelam dalam rasa bersalah.
"Setidaknya jangan buat gue cinta sama lo"
"Cinta?"
Mondy hendak mengejar Raya. Namun percuma. Mondy melihat Raya yang masuk ke dalam taksi lalu taksi itu pergi membawa Raya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Comes Too Late [TAMAT]
FanfictionCast : ~Mondy Caesar Hito ~Raya Nurfitri Rahmadiana ~Revalina Putri ~Boy Wirawan ~Haykal ~Cindy ~Melly ~Megan ~Iyan Perhatian : Bisa saja muncul pemain baru dalam cerita. Punya pertanyaan? Anda bisa melontarkannya lewat kolom komentar pada salah sat...