Part 39

1.2K 141 32
                                    

Keesokan harinya...

Raya berjalan perlahan menuju meja makan, tempat Mondy sedang menikmati sarapannya dengan tenang. Suara langkah kakinya hampir tak terdengar, tetapi Mondy tetap menyadari kehadirannya. Raya menarik napas dalam-dalam, berusaha menyusun kata-kata yang tepat. Hari ini ia bertekad untuk mencari tahu, mengapa Mondy tampak begitu berbeda setiap kali Megan dibicarakan. Sesampainya di hadapan Mondy, Raya memberanikan diri duduk di seberangnya, menatap wajahnya yang serius.

"Mon..." panggil Raya. Mondy hanya menatap Raya, menunggu apa yang ia katakan selanjutnya.

"Tunggu. Kalau dia suka sama cewek lain, sama siapa coba? Apa Jangan-Jangan, sekretarisnya? Hah? Ah Nggak mungkin sih. Eh tapi bisa jadi. Soalnya dia cantik, baik, dan Mondy juga kayaknya deket sama dia,"  pikir Raya.

Keheningan yang tercipta justru membuat suasana semakin canggung. Mondy, yang sudah menunggu cukup lama, mulai terlihat kesal karena Raya tak juga bicara. Ia menghela napas panjang, melirik Raya sekilas dengan tatapan yang penuh ketidaksabaran, lalu memutuskan untuk mengabaikannya. Tanpa berkata apa-apa, Mondy kembali fokus pada sarapannya, seolah-olah kehadiran Raya tak ada di sana.

"Seenggaknya gue tanya dulu deh sama dia. Biar dia gak diam-diam deket sama cewek lain. Nanti sakit hatinya malah tambah parah kalau gue tau Mondy diam-diam punya cewek lain. Mending tau sekarang. Walaupun sama-sama akan sakit hati sih," batin Raya.

Raya pun memantapkan niatnya untuk bertanya pada Mondy.
"Mon!" panggil Raya. Lagi. Dan Mondy hanya menoleh kembali.

Namun lagi-lagi Raya terdiam. Mondy yang sedang tak ingin berdebat pun mengabaikannya lagi.

"Oh iya! Nanti kalau dia tanya apa hak gue menanyakan hal itu, gue harus jawab apa? Masa gue jawab jujur biar gak sakit hati lagi kayak waktu dulu? Aaa gak mungkin gue jawab gitu. Terus gimana? Please.. gue butuh jawaban. Kira-kira apa ya? Duuhh.. ah iya! Gue jawab aja karna gue istri dia. Iya. Pasti dia jawab jujur. Oke. Gue akan coba," batin Raya.

"Mon..!" Panggil Raya. Lagi. Membuat Mondy kesal dengan Raya.

"Apasih, Ray? Dari tadi Man Mon Man Mon. Kalau gak mau ngomong yaudah jangan ganggu gue," ucap Mondy kesal.

"Diiih.. jawabnya gitu amat. Kayak gak ada jawaban lain aja," ucap Raya.

"Yaudah apa? Mau ngomong? Ngomong apa?" Tanya Mondy dengan sabar.

"Nyari Megan yuk! No Megan kan udah gak bisa dihubungi, terus keluarganya juga udah pindah. Bukan cuma lo aja yang kangen sama dia. Gue pengen ketemu dia," jawab Raya.

Mendengarnya Mondy menatap Raya tanpa berkedip. Bibirnya tak sedikitpun mengukir senyuman.

"Ke..napa?" Tanya Raya sedikit takut. Mondy langsung mengalihkan pandangannya.

"Nggak!" jawab Mondy singkat. Lalu Mondy pun berdiri. Lalu ia mendekatkan wajahnya pada Raya yang terlihat sedikit ketakutan. "Pagi-pagi udah bikin badmood aja," ucap Mondy dengan nada pelan.

"Lho? Emangnya salah?" Tanya Raya.

Mondy mendekatkan wajahnya pada telinga Raya dan berbisik "Tch! Jangan sebut nama dia lagi. Proses gue lupain dia udah 75%. Jangan bikin usaha gue gagal. Karna saat ini dan ke depannya, akan hanya ada kita, dan anak kita," bisik Mondy.

Tanpa menunggu jawaban dari Raya, Mondy pun bergegas pergi dari hadapan Raya.

Raya diam mematung mendengarnya. Matanya membulat karna kaget.
"Tuh kan. Berarti dia lagi suka sama cewek lain. Ck argh! Kenapa gue gak tanya dia siapa sih?" batin Raya menggerutu.

...

"Eh tunggu!!" Mondy menghentikan langkah kakinya ketika ia menyadari sesuatu.

"Kok gue tadi bilang gitu ya?" Bingung Mondy. Ia pun terlihat berpikir "Emm.. ah bodo amat lah," ucap Mondy. Lalu ia pun pergi dan melanjutkan langkah kakinya menuju kamar mandi.

Love Comes Too Late [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang