Part 30

1.5K 163 46
                                    

"Dorr!!"

Raya terkejut. Lamunannya buyar seketika saat Reva tiba-tiba mengagetkannya. Wajahnya langsung terlihat kesal. "Duh, Reva! Lo datang-datang ngagetin aja deh!" ucapnya dengan nada jengkel.

"Maaf, maaf. Soalnya lo kelihatan galau mulu," jawab Reva sambil duduk di samping kasur Raya.

"Nggak kok!" elak Raya, meskipun jelas dari ekspresinya bahwa ia sedang berbohong.

"Emm... iya deh," Reva tersenyum kecil, membiarkan Raya menyembunyikan perasaannya.

"Jadi? Ada apa? Tumben lo ke sini tanpa dipanggil?" tanya Raya, mencoba mengalihkan topik.

"Dih, gitu banget ngomongnya. Gue kan mau jenguk lo, mau lihat keadaan lo. Nggak mau apa dijenguk?" balas Reva sedikit kesal.

"Iya, iya, maaf," ucap Raya, lalu ia duduk lebih dekat pada Reva. "Re, kok perut lo belum buncit-buncit ya?" tanyanya penasaran.

"Ih, Raya! Belum juga sebulan, ya perutnya belum gede lah. Gimana sih lo?" jawab Reva sambil tertawa kecil.

"Iya sih, hehe... terus, udah kerasa ada kontraksi belum? Kayak bayinya nendang gitu?" tanya Raya dengan antusias.

"Ya ampun, Ray. Kehamilan gue belum sebulaa udah nanya soal bayinya nendang-nendang," jawab Reva sambil menggeleng.

"Hmm... iya juga ya, hehe. Terus, lo sering ngidam?" lanjut Raya.

"Enggak, nggak juga sih," jawab Reva santai. "Kenapa? Lo juga mau punya anak? Makanya cepetan nyusul," ucap Reva menggoda.

"Dih, nggak kok! Gue cuma nanya doang," jawab Raya sambil tertawa. Namun, tawa itu perlahan meredup. "Enak ya jadi lo, Re," ucapnya tiba-tiba sambil berdiri dan berjalan ke arah jendela. "Gak kayak gue. Dikit-dikit ada aja yang bikin gue kesel, geram, bahkan nangis," sambungnya pelan, matanya menatap jauh keluar jendela.

Reva terdiam, mencoba meresapi perasaan sahabatnya. "Gak juga, Ray. Kadang gue juga gak suka sama diri gue sendiri," ucap Reva lembut, mencoba memberikan pengertian.

Raya tetap diam, matanya masih fokus pada pandangan di luar jendela. Reva kemudian bangkit, berjalan mendekat ke arah Raya.

"Ray, gue boleh tanya sesuatu?" tanya Reva hati-hati.

Raya menoleh. "Apa?"

"Udah seminggu leboh, lo tinggal di sini, dan gue denger lo berusaha menghindar dari Mondy. Kenapa?" tanya Reva pelan namun penuh perhatian.

Raya kembali menatap keluar, seolah mencari jawaban di langit. "Mungkin Boy tau. Emang dia gak cerita?" balas Raya dengan nada datar.

"Nggak tuh," jawab Reva sambil menggeleng pelan. "Lo mau cerita?"

Raya terdiam lama, seolah menimbang-nimbang. Setelah beberapa saat, ia akhirnya memutuskan. "Iya, gue akan cerita," ucapnya pelan. Dan perlahan, Raya mulai membuka perasaannya, menceritakan semua yang selama ini ia pendam. Bercerita pada Reva membuatnya merasa sedikit lebih tenang, seolah beban berat di pundaknya mulai sedikit terangkat.

..

"Terus, sekarang lo mau gimana?" Tanya Reva.

"Gak tau, Re. Tapi sempat terlintas dipikiran gue buat pisah aja sama Mondy. Tapi gue juga gak tau caranya gimana," jawab Raya.

"Kenapa lo berpikir mau pisah sama Mondy?" Tanya Reva.

Mendengarnya Raya langsung menatap Reva. "Ya kan dia gak suka sama gue, Re. Lagi pula, kalau pernikahan ini terus berlanjut, semuanya akan berantakan, Re. Yang ada gue makin disakiti lagi sama dia. Secara, Mondy masih cinta sama Megan. Dia gak bahagia sama gue. Mungkin bahagianya sama Megan," jawab Raya.

Love Comes Too Late [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang