Part 4

1.6K 94 5
                                    

"Ray...."

"Gue mohon,Mon. Hanya lo yang bisa bantu gue saat ini" ucap Raya penuh harap masih dengan tangannya yang memohon.

"Seandainya gue bisa bantu lo. Tapi maaf gue gak bisa nikah sama lo. Gue gak mau nikah sama orang yang bahkan baru gue temui beberapa kali" ucap Mondy. Raya kaget.

Lalu Raya terlihat Marah. Ia pun memegang kedua kerah jaket Mondy.

"Kenapa orang sejahat lo ada didunia ini? BOKAP GUE UMURNYA UDAH GAK LAMA LAGI. Dia cuma minta Kita nikah. Dan lo bisa2nya NOLAK permintaan dia. Jika ada pilihan lain selain nikah sama lo, gue pasti akan lakuin itu. Karna gue juga gak mau nikah sama lo" Ucap Raya dengan menekankan beberapa kalimatnya.

"Lo lupa sesuatu,Ray. Menikah. Itu bukan sesuatu yang gampang dilakuin. Itu bukan cuma sekedar kata. Tapi nikah juga harus didasari dengan Cinta. Bukan keterpaksaan. Dan jug--"

"Oke!!" Lalu Raya melepaskan kerah jaket Mondy dengan sedikit mendorongnya kesal.
"Oke. Terserah lo mau apa. Gue gak peduli. Yang gue tau lo cuma SEORANG PRIA YANG GAK PUNYA HATI! Bagaimana bisa lo menolak permintaan orang Tua lo dan seseorang yang bahkan umurnya udah gak lama lagi" Lalu Raya berbalik dan melangkah ingin masuk kedalam Rumahnya sambil menghapus Air matanya.

"Eh.. Ra.. Ray.." Mondy berusaha memanggil Raya. Ia tidak ingin dimarahi Orang tuanya karna Raya menangis. Itu juga kalau orang Tua Raya memberi tahu orang Tua Mondy.

"Ray!! Ck!! Yaudah gue terima!" Jelas sekali dari nada dan kata2 Mondy bahwa ia terpaksa. Rayapun berhenti

"Gue terima Perjodohan ini. Gue setuju" Ucap Mondy. Terdengar berat dari nada bicaranya.

Rayapun berbalik. Melihat Mondy.

"Tapi gue gak bisa terima gitu aja. Ada beberapa Syarat yang harus lo setujui" Ucap Mondy.

"Apa?"

"Gue gak bisa kasih tau sekarang. Karna gue harus pikirin baik2 syarat yang harus gue buat. 1 hari sebelum kita menikah, gue akan kasih tau lo syaratnya apa. Karna jujur sekarang gue gak tau mau ngasih syarat Apa" ucap Mondy.

"Oke. Makasih udah mau nurutin permintaan bokap gue" ucap Raya. Raya juga terlihat berat menerima ini semua. Tapi ini semua harus ia terima.

Tak lama kemudian Mama Raya menghampiri Raya dan Mondy.

"Kok ngobrolnya disini sih? Pantesan ruang tamu kayak sepi gitu" ucap Mama Raya. Tiba2 Raya teringat sesuatu.

"Emm.. sekalian cari angin,tan" jawab Mondy.

"Ray? Kamu nangis?" Tanya Mama Raya dengan sedikit khawatir.

"Em... Nggak papa, mah. Ini... Em..." Raya bingung menjawab pertanyaan Mamanya.

"Raya terhura, tan. Dia gak nyangka bisa menikahi pria setampan Mondy" jawab Mondy ngasal.

Membuat Mama Raya tertawa kecil. Nampaknya calon menantunya ini asik. Sedangkan Raya? Ia malah bergidik ngeri.

"Mah.. kayaknya Raya harus pergi sekarang. Gak papa kan?" Pamit Raya.

"Hah? Sekarang? Sekarang banget?"

"Iya,mah. Sebenarnya ini udah telat dikit sih" ucap Raya.

"Perginya sama Mondy?" Tanya Mama Raya. Membuat keduanya kaget.

"Hah? Eng.. engg--"

"Oh yaudah kalau sama Mondy mah pergi aja. Mondy tante titip Raya yah" ucap Mama Raya.

Lalu Raya melihat kearah Mondy. Berniat meminta Mondy mengatakan sesuatu untuk menyangkalnya. Namun Mondy malah terlihat Pasrah begitu saja.

"Iya,tante. Kalau begitu kita Pergi dulu" ucap Mondy lalu menghampiri Mama Raya dan segera mencium punggung tangan Mama Raya. Sementara Raya kaget dengan ucapan Mondy.

Love Comes Too Late [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang