Part 49

1.2K 143 44
                                    

Sore itu, sinar matahari mulai meredup di balik jendela, memberi nuansa hangat di ruang keluarga. Raya sibuk melipat baju di sudut ruangan, sementara Viola asyik menonton acara favoritnya di televisi. Ada semangat yang berbeda di wajah Raya sore itu. Akhir pekan yang ditunggu-tunggu segera tiba, saat di mana Mondy akan libur dari rutinitas kantornya. Ini adalah momen bagi mereka untuk bersama, tanpa gangguan pekerjaan.

Drrtt Drrtt Drrtt

Suara getar handphone memecah keheningan sejenak. Raya melirik ke arah meja, melihat panggilan masuk dari Haykal. Ia segera mengangkatnya.

"Iya, Kal?"

"Hai, Ray. Gimana kabar lo?" tanya Haykal dengan suara ceria.

"Baik kok. Ada apa nih? Tumben nelpon?" Raya tertawa kecil.

"Hehe, iya nih. Besok lo ada acara gak?"

"Besok?"

"Iya. Yang lain ngajakin kumpul di basecamp. Lo sama Mondy bisa datang gak?"

Wajah Raya langsung cerah. "Wah, kebetulan banget! Yaudah, besok gue sama Mondy datang deh."

"Sip, kita tunggu ya," ucap Haykal sebelum panggilan diakhiri.

Raya tersenyum sambil melanjutkan pekerjaannya, namun suara kecil dari arah sofa membuatnya menoleh.

"Ciapa?" tanya Viola dengan penasaran.

"Hm? Yang nelpon tadi? Itu Om Haykal," jawab Raya sambil tersenyum.

"Jadi Bunda mau pegi cama Om itu?" tanya Viola polos. Raya sempat bingung, tapi kemudian tersadar bahwa Viola mungkin mendengar percakapannya tadi.

"Vio juga ikut dong. vio Mau nemenin Bunda?" jawab Raya sambil membelai kepala putrinya.

Viola mengangguk semangat. "Cusu," ucapnya pelan.

"Vio mau susu? Yaudah, tunggu ya, Bunda buatin dulu," ucap Raya sambil menuju dapur, meninggalkan Viola yang kembali duduk di sofa.

Tak lama kemudian, suara langkah kaki terdengar di depan pintu. Mondy pulang dari kantor, dan langsung menghampiri Viola dengan senyum di wajahnya.

"Hai sayang," sapanya sambil menciumi pipi Viola. Tapi anehnya, tangan satunya ia sembunyikan di balik punggung.

"Coba tebak, Ayah bawa apa buat kamu?" tanyanya penuh misteri.

"Bawa apa?" tanya Viola penasaran.

"Ayah bawa sesuatu buat kamu. Coba deh Vio tebak," Mondy menggoda, namun Viola hanya menggeleng dengan malu.

"Nda mau," jawab Viola sambil tersenyum kecil.

"Yah, gak mau nebak? Yaudah, tutup mata kamu deh," ucap Mondy dengan nada penuh semangat. Viola menurut, menutup matanya sambil tersenyum malu. Mondy dengan cepat menyiapkan boneka beruang putih di depan wajahnya.

"Okay, sekarang buka mata," pinta Mondy.

Viola membuka matanya perlahan. Ketika ia melihat boneka beruang itu, matanya berbinar senang. Ia segera meraih boneka tersebut.

"Buat Vio?" tanyanya dengan tatapan polos.

"Iya dong. Masa buat Bunda," jawab Mondy sambil tertawa kecil.

"Mataciih," ucap Viola pelan, memeluk bonekanya erat-erat.

Mondy tersenyum lebar. "Kamu suka gak?"

Viola mengangguk, sibuk bermain dengan bonekanya. Lalu, dengan polos ia bertanya, "Ayah uga itut?"

Mondy bingung. "Ikut kemana?"

"Itut Bunda," jawab Viola.

Mondy tertawa kecil, namun langsung mengerutkan dahi. "Bunda mau kemana?" tanyanya lagi yang bary tersadar.

Love Comes Too Late [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang