Part 69

693 77 20
                                    

"kamu telat,Ray. Mondy baru aja berangkat," Ujar Papa Mondy dengan raut wajah menyesal.

Raya diam tak bergeming. Sungguh. Rasanya ia tak sanggup untuk berdiri. Inikah akhir kisah cintanya bersama Mondy?

Mama Mondy meraih tangan Raya. Lalu digenggamnya tangan orang yang sangat dicintai putranya itu.

"Raya. Mama mau ngucapin Makasih atas suka ataupun duka yang kamu berikan buat Mondy. Terima kasih juga karena kalian memberikan kami kehadiran Viola. Ini bukan akhir perjalanan cinta kamu. Mungkin Mondy memang bukan jodoh kamu. Kamu harus bisa bangkit. Demi anak kamu. Memang sangat tidak mudah. Tapi lihat? Mondy juga berhasil bertahan selama kamu tidak ada," Ucap Mama Mondy.

"Iya, Ray. Jangan khawatir. Papa yakin kamu bisa bertahan. Dan,, Maafkan atas segala kekurangan kami saat menjaga, mendidik ataupun menyayangi kamu, Mondy maupun Viola. Dan Maafkan jika perjodohan kamu sama Mondy ini, hanya menyisakan luka tanpa bahagia buat kalian. Kami Minta maaf. Mungkin benar. Perjodohan ini, tak seharusnya terjadi," ucap Papa Mondy menyambung.

"Maksud.. maksud kalian apa? Kenapa kalian bicara kayak gitu?" Tanya Raya dengan segala kekuatan hatinya.

"Mungkin... Kita gak akan ketemu lagi(?)" Jawab Mama Mondy.

"Iya. Karena kamu juga akan pergi dari Indonesia bukan? Kamu juga mau ikut pergi sama suami kamu kan?" Lanjut Papa Mondy.

Bukan ini yang Raya inginkan. Raya hanya ingin bersama Mondy. Tapi ia juga tak ingin menyakiti orang lain. Sekarang apa yang harus ia lakukan? Mondy sudah tidak ada lagi disini. Al juga sudah mengatakan kalau dia sudah tidak mencintai Raya lagi.

Semuanya hancur dalam sekejap. Sekarang, tak ada pilihan lain. Ia harus menyimpan dalam dalam perasaannya sendiri. Dan satu-satunya tujuan untuk ia tetap bertahan adalah Viola. Setidaknya ia harus bisa menjadi Ibu dan Ayah yang baik untuk anaknya. Satu-satunya harta berharga yang Mondy tinggalkan untuk Raya.

Raya mengghapus air matanya. Lalu ia menatap kedua orang tua Mondy, "Mah,Pah. Raya cuma mau bilang satu hal sama kalian," ucap Raya lirih. Raya pun menatap mata mereka secara bergantian. Lalu ia tersenyum perih. "Dari dulu,, sebelum Raya pergi meninggalkan kalian, lalu selama 3 tahun kemudian, dan bahkan sampai sekarang. Detik ini. Raya sadar. Raya hanya mencintai satu Pria di dunia ini," ucap Raya. Kemudian ia melepaskan genggaman tangan orang yang tak lagi menjadi ibu mertuanya itu.

"Yaitu putra kalian," sambung Raya dengan suaranya yang pelan. Membuat mereka terdiam mendengarnya. Sedetik kemudian, Raya mengambil langkah mundur.

"Maafin Raya."

Setelah mengucapkan 2 kata itu, Raya berbalik dan berlari pergi meninggalkan mereka berdua.

"Pah.. apa.. ap.. apa yang Raya katakan? Kalau dia masih cinta sama Mondy, kenapa dia menikah lagi? Ck! Ada apa dengan anak itu?" Ucap Mama Mondy.

"Papa juga gak tau, Mah."

Karena bingung sekaligus kaget, mereka hanya mampu melihat Raya yang mulai menjauh.

......

Raya melangkahkan kakinya untuk menjauh dari area Bandara. Ia terus mengumpulkan kekuatan agar ia tetap bisa berlari.

Semua harapannya hilang. Harapan untuk bertemu dengan Mondy, maupun harapan untuk bisa bersama Mondy. Semuanya hilang.

Raya menghentikan langkah kakinya. Ketika ia sadar setetes demi setetes air mulai turun dari langit. Yang tak lama kemudian, air itu turun dengan derasnya.
Seakan langit tau. Keadaan hati Raya saat ini.

Raya mencoba menenangkan dirinya sendiri. Saat suara gemuruh petir dari langit mulai terdengar, Raya merasa takut hingga ia memejamkan matanya dan kedua tangannya menutup telinganya. Sungguh. Raya tidak suka ini.

Love Comes Too Late [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang