Part 42

1.1K 133 13
                                    

"Raya!!"

Mondy tiba-tiba datang ke ruang rawat Reva dan langsung memanggil Raya dengan wajah panik membuat semua orang melihat Mondy sambil terheran heran.

"Ada apa?" Tanya Raya bingung.

"Ehh?" Mondy sendiri bingung melihat Raya yang baik-baik saja. Malah tadi ia tengah terlihat senang.
"Sialan. Kayaknya gua dibohongin nih."

"Kenapa sih Mon? Kok kayak panik gitu?" Tanya Iyan.

"Nggak... nggak kok. Tadi cuma.. lho? Re. Lo udah lahiran?" Ucap Mondy ketika melihat Boy menggendong Putranya. Dan Reva mengangguk sebagai jawaban.

Mondy terlihat lega. Lalu ia pun berjalan mendekati Boy untuk melihat bayinya.
Mondy tersenyum sambil memegang pipi bayinya.

"Oh iya. Namanya?" Tanya Mama Reva.

"Nama? Hmm... karena dia merupakan anugrah dari Tuhan, maka namanya Reynand Evano Wirawan," jawab Boy.

"Nama yang bagus," jawab Mama Reva.

"Aaaa..... jadi pengen punya baby juga," ucap Melly.

"Untung bentar lagi," ucap Mondy sambil terus mengusap pipi bayi Boy dengan telunjuknya.

"Apa Mon? Kurang kenceng lo ngomong," ucap Iyan.

"Iya deh yang bentar lagi punya baby juga," ucap Cindy.

Raya memperhatikan Mondy yang terlihat senang melihat Bayi Reva dan Boy. Ia pun memegang perutnya.
"Mondy kayaknya seneng banget. Jadi pengen liat reaksi dia kalau anak kita udah lahir. Nak.. semoga kamu sehat terus ya."

Skip

Keesokan harinya, Raya sudah diperbolehkan pulang dari rumah sakit dengan syarat tidak boleh terlalu kecapekan dan harus menjaga pola makan yang teratur. Saat Raya dan Mondy memasuki rumah, Raya menghela napas lega.

"Agh. Akhirnya pulang juga," ucap Raya, lalu menatap Mondy. "Oh iya, Mon. Pas gue di rumah sakit, lo beresin rumah kan?"

"Iya, iya, tenang aja," jawab Mondy sambil mengangguk.

"Bagus. Kalau gitu, gue ke kamar dulu," ucap Raya sambil berjalan ke arah tangga.

Namun, Mondy yang baru menyadari itu langsung menghentikan langkah Raya. "Eh Ray, tunggu," ucap Mondy sambil memegang tangan Raya.

"Kenapa?" tanya Raya, bingung.

"Lo kan lagi hamil nih. Masa bulak-balik naik turun tangga? Kan bahaya juga. Nah, karena itu, gue udah nyiapin kamar kita di bawah. Gue udah pindahin barang-barang kita ke kamar lain," jawab Mondy dengan serius.

"Yaudah. Dimana kamarnya?" tanya Raya.

"Di sana," jawab Mondy sambil menunjuk sebuah kamar. Raya pun berjalan menuju kamar itu.

Cklekkk.

Setelah pintu terbuka, Raya terkejut melihat kamarnya. "Mondy..!" panggil Raya, dan Mondy segera menghampirinya.

"Kenapa?" tanya Mondy, penasaran.

"Kasur kita gak lo pindahin? Kalau pakai yang ini, jadinya kita tidur satu ranjang dong," ucap Raya.

"Ohmm.. bukan gitu. Gue—"

"Oh, gue ngerti. Jadi lo tidur di atas dan gue di sini? Hmm.. oke," ucap Raya lalutersenyum.

Love Comes Too Late [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang