"Maaf, Pak. Bapak tunggu di sini saja. Biar kami yang menangani pasien," ucap seorang suster, menghentikan Mondy yang hendak masuk ke ruang UGD.
Mondy menggeleng, berusaha melawan. "Suster, tolong... selamatkan dia! Dia..." ucapnya dengan suara gemetar.
Suster itu menatap Mondy dengan penuh simpati. "Baik, Pak. Kami akan berusaha semaksimal mungkin. Mohon tenang," jawabnya, sebelum menutup pintu UGD.
Mondy terduduk di kursi ruang tunggu, mengacak rambutnya dengan frustasi. Bayangan kecelakaan itu terus berputar di kepalanya.
"Ayah... Bunda gak papa, kan?" tanya Viola, matanya berkaca-kaca.
Mondy sejenak lupa bahwa Viola ada di sana dan juga melihat kejadian tadi. Ia pun jongkok di hadapan Viola, mencoba menenangkan bocah kecil itu. "Doain Bunda ya, sayang."
Drrtt drrrtt drrrtt
Ponsel Mondy bergetar, panggilan masuk dari Reva. Dengan tangan gemetar, Mondy menjawab.
"Mon, gue udah di depan rumah sakit. Lo di mana?"
"Gue di depan ruang UGD. Lo ke sini sekarang," jawab Mondy singkat.
Tak lama kemudian, Reva datang berlari ke arah Mondy. Ia melihat Viola duduk dengan wajah kusut dan bingung.
"Lho? Gue kira Vio yang sakit. Kalau Vio ada di sini, terus yang dibawa ke sini siapa?" tanya Reva.
Mondy menghela napas dalam-dalam sebelum menjawab. "Raya."
Reva terpaku. "Raya? Tapi... kenapa?"
Mondy menggeleng dengan putus asa. "Ceritanya panjang. Yang jelas, sekarang gue butuh bantuan lo. Lo bawa piulang Vio, Re. Dia nggak bisa ada di sini. Dia masih kecil," ucap Mondy.
Namun, Viola menggeleng kuat. "Gak mau, Ayah. Vio mau di sini nunggu Bunda!"
"Sayang, kamu nggak bisa di sini lama-lama. Tolong ya, pulang sama Mommy Reva," bujuk Mondy.
"Gak mau!" tangis Viola semakin pecah, menatap Mondy dengan tatapan memohon.
Reva segera mendekat dan memeluk Viola. "U.. udahlah, Mon. Biarin Viola di sini untuk sementara."
Mondy menghela napas, mengalah. Viola akhirnya tenang di pelukan Reva, sambil sesekali menyeka air mata yang masih mengalir.
Saat itulah Al datang berlari, wajahnya penuh kekhawatiran. "Mondy! Gimana keadaan Raya?"
Mondy berdiri dan menatap Al yang datang setelah ia memanggil Al dengan ponsel Raya saat di ambulance tadi. "Al, dokter masih di dalam. Kita masih belum tau apa-apa," jawabnya singkat.
Al meremas rambutnya, terlihat putus asa. Pikirannya teringat bahwa Raya tengah mengandung anaknya. Dengan suara rendah, ia bergumam penuh penyesalan, "Ini semua salah gue... seandainya gue nemenin Raya, mungkin kecelakaan ini nggak akan terjadi."
Mondy menunduk, merasa bersalah. "Maaf, Al. Kalau aja gue lebih cepat lari ke arahnya..."
Reva yang melihat keduanya terpukul, justru Reva semakin bingung. "Tunggu, Al? Lo di sini?"
Mondy menoleh ke arah Reva sebelum akhirnya berkata, "Iya, Re. Raya sekarang sama Al, dan... dia lagi hamil."
Reva menatap Mondy dengan tatapan terkejut, tapi menahan diri untuk tidak menanyakan lebih lanjut. Ia mengerti bahwa saat ini bukan waktu yang tepat untuk memperjelas situasi yang rumit ini.
"Lebih baik kita berdoa buat Raya, semoga dia bisa melewati semua ini," ucap Al akhirnya, mencoba menguatkan dirinya.
Mereka pun duduk di kursi tunggu dengan penuh harapan, menanti dengan gelisah berita dari dokter.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Comes Too Late [TAMAT]
FanfictionCast : ~Mondy Caesar Hito ~Raya Nurfitri Rahmadiana ~Revalina Putri ~Boy Wirawan ~Haykal ~Cindy ~Melly ~Megan ~Iyan Perhatian : Bisa saja muncul pemain baru dalam cerita. Punya pertanyaan? Anda bisa melontarkannya lewat kolom komentar pada salah sat...