Part 36

1.3K 148 36
                                    

Mondy berlari mengejar Raya. Kali ini ia ingin melarang Raya pergi dan membiarkan istrinya istirahat di rumah.

"Ray tunggu!" Raya pun berhenti. Mondy menghampirinya.

"Ray. Kayaknya lo gak usah kerja kerja lagi deh. Udah di rumah aja. Gue bisa kok menghidupi lo dan anak kita nanti," ucap Mondy setelah ia berhasil mengejar Raya yang ingin pergi bekerja.

"Lho? Kok tiba-tiba bahas ini lagi sih? Lo kan udah izinin gue," ucap Raya bingung.
"Udah siang lho ini. Lo gak akan telat ke kantor? Paling nggak, mandi dulu sana."

"Pokoknya lo gak usah kerja lagi ya. Lo harus banyak banyak istirahat. Gue liat belakangan ini lo sibuk. Gue gak tau apa lo bener-bener istirahat," ucap Mondy.

"Mondy udah tenang aja. Gue gak kecapean kok," ucap Raya.

"Ray. Hari ini gue gak akan ke kantor. Lo juga harus diam di rumah. Ya? Gue pikir lebih baik lo di rumah aja. Lo gak usah kerja lagi ya," ucap Mondy
"Pokoknya lo gak boleh kerja lagi!"

"Dih. Nggak ah gamau. Gue juga mau kerja," jawab Raya menolak.

"Gak boleh!"

"Gak mau, Mon."

"Nggak, Ray. Please gak boleh."

"Kenapa? Duh, Mon. kok lo bahas ini lagi sih? Gue kan udah bilang. Gue bosen tau kalau dir--"

"Ray, please. Jangan mancing emosi gue. Udah lo nurut aja, ini juga demi lo. Demi anak kita juga," potong Mondy.

"Mond, lo kenapa sih? Kemarin lo udah izinin sekarang malah larang gue kayak gini. Dan apa lo bilang? Mancing emosi lo? Lo sadar gak kalau lo sendiri yang mancing emosi? Maksudnya, gue liat lo kemarin baik-baik aja ngizinin gue kerja, tapi sekarang lo malah berubah pik---"

"RAYA LO GAK NGERTI!!!"

Raya terkejut ketika Mondy tiba-tiba membentaknya. Mata Mondy memancarkan kemarahan. Membuat Raya sedikit ketakutan dan ciut.

"Ray. Lo lupa sama anak kita? Atau Lo gak peduli sama anak kita?" Mondy bertanya dengan menekankan pertanyaannya. Membuat Raya diam menatap Mondy tak percaya.

"Kalau tiap hari lo berangkat pagi-pagi pulang malam terus, gak ada bedanya sama kalau kita cerai, Ray. Sama-sama jarang ngobrol. Sama-sama jarang ketemu. Kalau gini Buat apa kita lanjutin pernikahan kita?"

Raya masih diam tak bergeming. Ia tak menyangka Mondy bisa membentaknya lagi. Bahkan mengatakan kalimat seperti itu.

"Sekarang terserah! Gue udah gak mau peduli lagi!" Ucap Mondy lalu pergi meninggalkan Raya.

Tes

Air mata Raya pun menetes. Mendengar Mondy yang ingin tak peduli lagi dengannya. Juga, Mondy sempat membentaknya hanya karna Mondy tak ingin Raya pergi.

...

Mondy berjalan menuruni anak tangga dengan tas kantor di tangannya. Ia telah siap untuk pergi ke kantornya.
Ketika ia melewati ruang makan, ia melihat Raya yang tengah duduk sambil menundukkan kepalanya. Mondy hanya melihatnya dari sana.

Menyadari kehadiran Mondy, Raya pun langsung melihat kearah Mondy. Lalu ia berlari menghampiri Mondy.

"Mondy. Maafin gue. Gue gak akan kerja lagi kok. Maafin gue ya," ucap Raya.

Mondy melihat mata Raya yang terlihat berkaca-kaca dan pipinya yang basah akibat air matanya. Raya baru saja menangis. Mondy menyadarinya.

"Gausah. Kalau pengen kerja yaudah sana," Ucap Mondy datar yang lalu pergi meninggalkan Raya sendirian.

Love Comes Too Late [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang