Hari demi hari berlalu dan Mondy masih belum menemukan Raya. Seolah Raya menghilang bak ditelan bumi, tak ada jejak yang tertinggal untuknya. Namun, meskipun semua itu, semangat Mondy untuk terus mencari tak pernah pudar.
Di balik rasa sakit dan penyesalan yang menghantuinya, ada Viola—putrinya yang selalu menantinya dengan harapan. Setiap kali Mondy melihat senyum Viola, rasa bersalahnya seolah tertampar, mengingatkan bahwa ia harus berjuang, bukan hanya untuk dirinya sendiri, tetapi juga untuk masa depan putrinya. Cintanya yang tulus kepada Raya menjadi bahan bakar yang menggerakkan langkahnya.
Mondy mengingat semua kenangan indah yang ia bagi bersama Raya, dan rasa cintanya yang mendalam tak pernah surut. Dengan hati yang dipenuhi harapan, ia melangkah maju, bertekad untuk menemukan Raya dan mengembalikan kebahagiaan yang sempat hilang dari hidupnya.
..
"Ayah, Vio masih mau main tauu.." ucap Viola manja pada Mondy yang tengah menyetirkan mobilnya. Memang Mondy baru saja menjemput Viola yang asyik bermain di rumah Reva.
"Sayang, kamu kan udah main dari pulang sekolah. Lagian ini udah sore. Kamu harus pulang dong," jawab Mondy.
"Ayah angcung pulang aja ndak ucah mput Vio dulu," ucap Viola.
Mendengarnya membuat Mondy tertawa kecil.
"Sayang, kan besok juga kamu ke sekolah. Nanti Main lagi kan?" Ucap Mondy."Tapi kata Ayah tadi besok Vio libul," ucap Viola.
"Ohh iya. Besok udah Weekend ya. Yaudah besok kita jalan-jalan sama Rey deh. Mau kan?"
Viola langsung terlihat bersemangat. "Mau. Yeee..." jawab Viola. Mondy tersenyum melihatnya.
"Oh iya. Gimana tadi sekolahnya?" Tanya Mondy.
"Emmh.." Viola mendadak diam dan menundukkan kepalanya.
"Lho Kenapa? Ada apa? Ada yang nakal sama kamu?" Tanya Mondy.
"Ayah. cemuanya pulang cama Bundanya. Vio aja yang ndak cama Bunda," ucap Viola.
Ciiiittt
Mendengar itu membuat Mondy mengerem mobilnya mendadak. Membuat keduanya terdorong ke depan.
"Em.. ma.. maaf sayang. Ayah gak sengaja. Kamu.. gak papakan?" Tanya Mondy. Viola yang terkejut hanya bisa menggeleng. Mondy pun berusaha tersenyum. Lalu ia kembali melajukan mobilnya."Emang Bunda temana sih Ayah?" Tanya Viola.
"Emm.." Mondy bingung harus menjawab apa.
"Bundanya udah pegi lama. Tenapa nda pulang?" Tanya Viola.
"Emm.. sayang. Kamu yang sabar ya. Bundanya lagi kerja di tempat yang jauh. Dia perginya lama," jawab Mondy berbohong lantas berusaha menunjukkan senyumannya.
"Tenapa bunda nda bilang? Bunda takut Vio itut ya? nda papa Vio nda itut asal Bunda bilang dulu," ucap Viola.
"Maafin Bunda ya sayang," ucap Mondy.
Viola hanya bisa diam. Karena sebenarnya juga Ia merindukan Raya."Udah ya. Jangan pikirin Bunda pulang kapan. Biar gak berasa," ucap Mondy mencoba menenangkan Viola sambil mengusap rambut Viola. Viola pun mengangguk.
Tak lama kemudian mereka sampai di rumah. Mereka pun turun dari mobil lalu Mondy menggendong Viola.
Saat hendak masuk kedalam rumahnya, Mondy tak sengaja melihat seorang Pria berjas hitam tengah berjalan menghampirinya. Mondy bingung. Siapa dia?
"Selamat sore. Apa benar saya berbicara dengan tn.Mondy?" Ucapnya.
"Ehm.. ya sendiri. Anda?"
"Saya Anton. Pengacara Ny.Raya," jawabnya.
Deg!
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Comes Too Late [TAMAT]
Fiksi PenggemarCast : ~Mondy Caesar Hito ~Raya Nurfitri Rahmadiana ~Revalina Putri ~Boy Wirawan ~Haykal ~Cindy ~Melly ~Megan ~Iyan Perhatian : Bisa saja muncul pemain baru dalam cerita. Punya pertanyaan? Anda bisa melontarkannya lewat kolom komentar pada salah sat...