Malam hari...
"Bunda?"
Suara kecil Viola memenuhi rumah. Viola baru saja pulang diantar oleh Boy, tapi Boy tidak mampir dan segera pergi. Mondy, yang sedang merenung di dalam kamarnya, mendengar panggilan putrinya dan langsung berlari menghampiri.
"Ayah dah pulang?" tanya Viola dengan mata polosnya setelah melihat Mondy berdiri di ambang pintu. Namun, tanpa menjawab, Mondy langsung meraih Viola ke dalam pelukannya, memeluknya erat, seakan takut kehilangannya.
"Ayah, ayah napa?" tanya Viola bingung sambil menatap Mondy. Tapi Mondy tetap diam, hanya memeluknya lebih erat.
"Ayah... Bunda mana? Bunda bilang cuma pegi bental. Kok lama? Vio nuguin Bunda," ucap Viola dengan suaranya yang mungil.
Mondy menutup matanya sejenak, menahan sesak di dadanya. "Iya, maaf ya, sayang," ucapnya pelan setelah sedikit melepaskan pelukan. Senyum kecil dipaksakan di wajahnya, meski rasa sakit tak bisa ia sembunyikan.
"Bundanya mana?" tanya Viola lagi, suaranya semakin lirih.
Mondy menarik napas dalam-dalam. "Bunda nggak ada di sini sekarang. Kamu sama Ayah dulu ya, sayang," jawab Mondy, berusaha tetap tenang.
"Tapi Bunda ke mana?" Viola mulai cemas.
Mondy menggigit bibirnya, mencoba menahan perasaannya yang terasa hancur. "Ayah juga nggak tahu, sayang. Tapi nggak apa-apa, kamu di sini sama Ayah ya?" jawab Mondy sambil kembali memeluk Viola, kali ini lebih lembut, penuh kasih sayang. Dadanya terasa semakin berat melihat kebingungan putrinya.
Viola melepaskan pelukan ayahnya lantas menatapnya sebentar, lalu menunduk. Cara Viola menunduk itu mengingatkan Mondy pada Raya. Hatinya terasa perih mengingat perpisahan dengan Raya yang baru saja terjadi, dan sekarang ia harus menghadapi kenyataan di depan putrinya.
"Kamu udah makan?" tanya Mondy pelan, mencoba mengalihkan perhatian.
"Udah," jawab Viola dengan suara kecil.
Mondy menghela napas lega. "Kalau gitu, sekarang kamu cuci tangan, cuci kaki, terus bobok ya," ucapnya lembut sambil membetulkan rambut Viola yang sedikit berantakan.
Viola menatapnya lagi dengan mata penuh pertanyaan. "Bundanya nda pulang?"
Mondy tersenyum meski hatinya hancur. "Hari ini Bunda nggak pulang, sayang. Tapi nggak apa-apa, kamu bobo sama Ayah ya?"
Viola kembali menunduk. "Iya," jawabnya pelan.
Mondy mengusap kepala Viola, lalu membimbingnya menuju kamar mandi untuk membersihkan diri sebelum tidur. Setelah itu, ia menemani Viola ke tempat tidur, menatap wajah kecil putrinya yang perlahan-lahan tertidur di pelukannya. Mondy tahu, kata-kata tidak cukup menjelaskan segalanya pada Viola. Tapi malam ini, ia hanya ingin memastikan Viola merasa aman, meski dunia mereka perlahan berubah.
Skip
Keesokan harinya...
Waktu menunjukkan pukul 06.25 Wib. Dan Mondy baru saja terbangun dari tidurnya.
"Lho? Udah jam segini?" Mondy pun bangun lalu mengucek matanya.
"Ck, Raya kenapa gak bangunin gue sih?" Dumelnya
"Ray? Raya?!!" Panggil Mondy. Namun tak ada jawaban.
"Ck, kemana lagi tu anak" Mondy pun berjalan menuju kamar mandi untuk membersihkan dirinya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Love Comes Too Late [TAMAT]
FanfictionCast : ~Mondy Caesar Hito ~Raya Nurfitri Rahmadiana ~Revalina Putri ~Boy Wirawan ~Haykal ~Cindy ~Melly ~Megan ~Iyan Perhatian : Bisa saja muncul pemain baru dalam cerita. Punya pertanyaan? Anda bisa melontarkannya lewat kolom komentar pada salah sat...