Tahun kembali berganti, namun bagi Mondy, segalanya tetap terasa sama. Raya masih tak ditemukan, dan cinta Mondy padanya masih setia bertahan. Namun, kali ini, Mondy mulai menyerah untuk mencarinya. Yang tersisa hanyalah doa yang selalu ia panjatkan, agar Raya kembali, atau paling tidak, agar ia bisa melihatnya sekali lagi, memastikan bahwa Raya baik-baik saja.
Di taman yang penuh dengan warna-warni cerah, Viola tertawa riang, bermain di bawah pengawasan Karin. Sementara itu, Mondy sedang sibuk dengan klien di rumah sakit bersama Boy, mencoba tetap menjalani keseharian meski batinnya rapuh.
"Tante, kok Ayah belum jemput Vio sih?" tanya Viola dari ayunan, suaranya terdengar merajuk.
Karin tersenyum lembut dan berjongkok di hadapan Viola. "Sebentar lagi, sayang. Ayah pasti jemput Vio kok. Eh, Vio laper ya?" Tanya Karin sambil menyodorkan snack ke tangan kecil Viola. "Makan dulu, ya."
"Tante Karin tahu aja!" Viola tersenyum lebar dan segera memakan snack tersebut dengan semangat.
Melihat senyum tulus Viola, Karin merasa hatinya sedikit tenang. Tapi di balik senyuman itu, ia teringat ucapan Boy tadi pagi sebelum mereka berangkat bersama Mondy.
Flashback on
"Mondy. Ayo, ini kita udah telat," ucap Boy, melirik jam di tangannya.
"Iya, iya, bentar," jawab Mondy, sambil menatap Viola. "Vio, tunggu disini sebentar ya sayang. Ayah sama Daddy Rey mau ke rumah sakit dulu," ucap Mondy, berusaha menjelaskan pada putrinya.
"Vio ikut aja," pinta Viola, penuh harap.
"Eh, jangan. Di rumah sakit kan banyak yang sakit. Nanti kalau sakitnya nular sama kamu gimana? Udah, mending kamu disini aja ya," ucap Mondy, penuh perhatian.
"Yaudah, bawa Vio ke rumah Mommynya Rey. Vio disana aja," ucap Viola, seolah sudah menemukan solusi.
"Yaaah... Mommy Rey-nya lagi nggak ada di rumah tuh Vio. Mungkin siang udah pulang. Kamu kesana siang aja ya," jawab Boy, berusaha membujuk.
"Yaudah. Vio sama Tante aja ya. Kita main di taman," ucap Karin, berusaha mengambil alih suasana.
"Boleh. Ayo deh, Tante," jawab Viola antusias.
Mondy tersenyum melihatnya, begitu juga dengan Boy, merasa lega karena Viola ditemani Karin.
"Udahlah, Mon. Udah saatnya Vio dapat Ibu baru," bisik Boy pada Mondy, namun masih dapat didengar oleh Karin.
"Ah. Lo ngomong apa sih?!" jawab Mondy, sedikit terkejut.
"Yaelah. Udahlah, ayo. Udah telat ini," ucap Boy, lalu pergi terlebih dahulu.
Flashback off
Karin kini menatap Viola yang tengah duduk di ayunan, mengayunkan dirinya perlahan sambil asyik makan cemilannya. Karin mulai berjongkok di hadapan Viola.
"Vio. Tante mau tanya boleh?" tanyanya lembut, penuh hati-hati.
Viola berhenti sejenak, menatap Karin dengan penasaran. "Tanya apa?"
Karin menelan ludah, sedikit ragu. “Kalau Vio dapat Bunda baru gimana?”
Viola mengernyit lalu menggelengkan kepalanya. "Vio nggak ngerti," jawabnya polos.
Karin tersenyum tipis, berusaha menjelaskan dengan suara selembut mungkin. "Maksudnya, Ayah kamu menikah lagi sama perempuan lain, dan dia bakal jadi Bunda kamu."
"Tapi Bunda Vio itu Bunda Raya," jawab Viola, seolah ingin menghentikan pembicaraan ini. Matanya menatap Karin tajam, menunjukkan kalau di pikirannya, hanya ada satu sosok 'Bunda'
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Comes Too Late [TAMAT]
FanfictionCast : ~Mondy Caesar Hito ~Raya Nurfitri Rahmadiana ~Revalina Putri ~Boy Wirawan ~Haykal ~Cindy ~Melly ~Megan ~Iyan Perhatian : Bisa saja muncul pemain baru dalam cerita. Punya pertanyaan? Anda bisa melontarkannya lewat kolom komentar pada salah sat...