Pelangi Violetta

5.5K 313 168
                                    

Pagi ini suasana sangat cerah, sama seperti suasana hati seorang gadis cantik berusia 17 tahun yang kini sudah siap dengan seragam sekolah putih abu-abunya. Namanya Pelangi Violetta. Gadis cantik dengan mata sipit, bulu mata lentik, bibir tipis, serta pipinya yang chubby itu memberikan kesan menggemaskan dan menarik pada dirinya.

"Selamat pagiiii!" sapa Pelangi saat sampai di ruang makan untuk sarapan bersama.

"Pagi La, gimana sekolah kamu?"
tanya Rani, ibu Pelangi.

"Baik kok, Mam," Pelangi meletakkan tas sekolahnya dikursi samping ia duduk.

"Pelangi, nanti kamu berangkat sendiri saja ya, Papi ada meeting pagi. Nggak keburu kalau harus mengantar kamu dulu," Reno, Ayah Pelangi berujar dengan nada lembutnya.

" Yaah Pi, Pelangi maunya bareng Papi," Pelangi cemberut menunjukkan protesnya.

Reno hanya menghela napas melihat kemanjaan anak satu-satunya itu.

"Jangan manja Pelangi, kamu sudah besar," Reno melanjutkan sarapannya.

Inilah Pelangi, gadis manja dan ceria yang apa adanya. Jika gadis lain lebih suka berangkat sekolah menggunakan mobil mahal hadiah dari orangtuanya, kemudian bergaya dan bersaing untuk ketenaran, namun Pelangi tidak. Meskipun ia anak orang berada namun ia lebih suka berangkat bersama ayahnya. Entah apa yang membuatnya begitu. Mungkin memang karena sifat manja yang melekat pada dirinya.

Pelangi gadis biasa disekolahnya. Meskipun termasuk cantik, ia lebih suka hidup tenang bersama orang terdekatnya. Ia tidak butuh dikenal banyak orang. Pelangi tidak butuh ketenaran.

Pelangi telah sampai disekolah. Ia menuruni mobil mini Cooper nya setelah berhasil memarkirkannya dengan sempurna. Ia lebih suka antar-jemput daripada berangkat sendiri. Jangan tanyakan kemana sopir pribadi ayahnya. Ayah Pelangi memang sedang tidak memiliki sopir pribadi. Mungkin ia akan merekrut seorang sopir kalau sudah dirasa cocok. Reno sangat perhitungan, ia tidak akan mengambil pekerja sembarangan, walaupun hanya
seorang sopir.

"Pelangii!" seru Lauren, sahabat Pelangi sambil berlari mengejar Pelangi yang baru keluar dari area parkir.

Teriakan cempreng itu memang sudah sangat dihafal oleh Pelangi. Lauren adalah sahabatnya dari SMP.

"Gila La, lo budek banget sih. Dari tadi gue panggil-panggil tau," Lauren mengatur napasnya yang ngos-ngosan sehabis mengejar Pelangi.

" Lah, Apa salah gue? orang enggak denger kok," Pelangi mengerutkan keningnya.

"Yeee.. Dasar CCB! Cantik-cantik Budek," Lauren berujar dengan nada meledek.

"Daripada lo, JJB! Jelek-jelek Bau."

Pelangi menoyor kepala Lauren kemudian lari sambil tertawa menuju kelasnya, kelas 11 IPA 1 SMA Wira Dharma.

"Pelangi ih! Awas lo ya, gue tebas pala lo entar," Lauren berteriak mengajar Pelangi.

Entah ada apa dengan hari ini, pagi-pagi Lauren sudah mengejar Pelangi dua kali. Mungkin setelah ini ia akan meminta Pelangi untuk mentraktirnya tiga porsi Mie ayam spesial saat istirahat nanti untuk mengganti tenaga sarapannya yang habis untuk kejar-kejaran.

Pelangi masih lari di koridor kelas 11 sambil tertawa menuju kelasnya dengan tidak  memperhatikan jalan didepannya. Kemudian tanpa sengaja, ia menabrak seseorang dengan keras sampai ia terjatuh di lantai. Minuman yang dibawa seorang laki-laki itu ikut jatuh dan sedikit mengenai seragam miliknya dan juga milik Pelangi. Namun laki-laki itu tidak terjatuh. Mungkin karena dirinya terlalu kuat terhadap hantaman tubuh Pelangi.

Pelangi merasa sakit pada pantatnya yang refleks terduduk di lantai dengan sangat keras saat jatuh tadi. Namun laki-laki yang ditabraknya itu sama sekali tidak ada niatan untuk membantunya. Para siswa yang kebetulan ada disana hanya melihat kejadian itu. Sama sekali tidak membantu Pelangi. Mereka hanya memberikan tatapan iba dan takut melihat kejadian itu. Tunggu dulu, takut? Mengapa harus takut?

Terimakasih yang udh baca, vote dan comment ya... Biar aku lebih semangat dan kerja keras lagi. Maaf kalo masih pendek.

JANJI PELANGITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang