Minggu

5.7K 153 3
                                    

"Hoooaaammm," Rina merentangkan tangannya, mengerjap-ngerjapkan matanya, mencoba membuka matanya dengan sempurna.

Rina mengarahkan pandangannya ke segala arah, biasa saja, sama seperti hari-hari biasa, tidak ada yang berbeda.

"Hari ini ngapain ya," gumam Rina pelan, sepertinya ia masih setengah sadar.

Dengan langkah gontai Rina berjalan menuju ke ruang makan, disana sudah ada Rini duduk di kursinya.

"Wih udah rapih aja kamu, mau kemana?," tanya Rina, tidak biasanya pagi-pagi gini Rini sudah rapih.

"Rini mau kerja kelompok"

Rina menatap Rini dengan seksama, sepertinya Rini berbohong.

"Mau kerja kelompok apa main?," wajah Rina yang menyeramkan saat bertanya membuat Rini menurunkan pandangannya.

"Iya main"

Rina sudah tau gelagat bohong adiknya, "kamu ini dari kecil udah pinter bohong, diajarin siapa?"

"Diajarin abangnya yang ganteng dong," tiba-tiba Rino datang.

Rino menuju meja makan dengan senyum sumringahnya, "Rini ini mencontoh abangnya Rin, dia pinter, bisa milih panutan yang bagus"

"Idih, nyontoh bang Rino mah sama aja kayak masuk ke jurang tau gak?," kejam Rina.

"Buset ya kali masuk ke jurang"

"Aduhhh pagi-pagi gini anak-anak mamah udah ribut aja, kenapa sih?," Mrs.Wintara yang tiba-tiba datang membuat semuanya terdiam, disusul Wintara di belakangnya.

"Gapapa mah, gapapa kan Rin?," tanya Rino yg diarahkan kepada adik-adiknya.

Rina mengacungkan jempolnya, "oh iya gapapa mah, kita kan akur kayak teletubbies"

"Kalo gitu, BERPELUKAN," ucap Rini lantang.

Akhirnya mereka semua berpelukan tidak terkecuali Wintara, papah RIN.

RIN adalah sebutan untuk ketiga saudara kandung ini, agar tidak repot (Rino, Rina, Rini) cukup bagus untuk langsung memanggil mereka bertiga.

Mereka memulai sarapan dengan keheningan, sampai Wintara memulai percakapan.

"Gimana sekolah kalian?," tanyanya sambil menyuapkan makanan masuk ke mulut.

"Kuliah Rino baik-baik aja pah"

"Sekolah Rina juga baik-baik aja," sambung Rina.

Harusnya sekarang giliran Rini menjawab, tetapi dia hanya diam saja.

"Rini? Gimana?," tanya Wintara.

Seketika semua pandangan menuju ke arah Rini.

"Rini mau ngomong sesuatu"

"Ya?"

"Rini kena kasus pah, mah, bang Rino, kak Rina," ucap Rini mantap, ia meneguk ludahnya setelah mengatakan kalimat itu, butuh keberanian yang besar untuk Rini mengakui kesalahannya.

"Coba ulang," suruh Wintara.

"Rini kena kasus pah"

Rina membelalakkan matanya, "HAH? Kasus apaan?"

"Pertama-tama Rini pengin minta maaf sama mamah sama papah karena Rini punya pacar"

"Kedua, Rini bolos sekolah sama kawan-kawan, loncat pagar dan ketahuan, ketahuan guru, akhirnya Rini masuk BK"

"Kejadian ini udah seminggu yang lalu dan Rini ga berani ngomong karena Rini tau pasti papah sama mamah bakal marah besar"

"Hukumannya cuma dipajang di depan lapangan saat upacara dan bersihin toilet"

PERJODOHANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang