END

4.4K 125 12
                                    

Perlahan titihan air mata keluar begitu saja dari kedua mata Rina dan David, dua insan yang baru saja menjadi orang tua, pasangan yang menikah beberapa bulan lalu dan sekarang sudah mempunyai bayi-bayi lucu.

Tentu saja mulai saat ini, menit ini dan detik ini tanggung jawab besar ada di pundak mereka masing-masing.

David mengukir senyumnya ketika bayi mereka diangkat oleh sang perawat, hatinya berdetak lebih cepat ketika mendengar suara tangisan kedua bayinya untuk pertama kali.

Ya, bukan hanya satu bayi, melainkan dua bayi, bisa dibayangkan betapa senangnya orang tua baru itu.

"Lihat, anak kita," bisik David di telinga Rina yang masih berusaha mengatur nafasnya, rasa sakit yang dialami ibu muda itu dikalahkan oleh rasa bahagianya.

Bahagia, ya bahagia, satu kata yang bisa mendeskripsikan perasaan Rina setelah perjuangannya selama 9 bulan dan beberapa jam lalu, rasa sakit yang tiba-tiba muncul, sakit pinggang, pegal, tidak bisa tidur dengan tenang, dan semua yang dirasakannya selama masa kehamilan benar-benar terbayarkan.

"Bayinya dimandikan dulu ya ibu," tiba-tiba lamunan itu dibuyarkan oleh sang perawat.

Rina mengangguk sambil menyeka air matanya.

Perawat membuka pintu untuk membawa bayi-bayi itu ke ruangan yang berbeda, juga mempersilahkan keluarga yang bersangkutan untuk masuk.

Terlihat dari wajah para orang tua, serta Rino, Lea, Rini, dan Lily bahwa mereka semua ingin menyelamati Rina dan David.

Seperti orang yang sangat antusias, mereka semua masuk dengan berlari kecil, "anaknya tampan seperti David dan cantik seperti Rina," ucap Mrs.Wintara karena sudah melihat sebagian wajah bayi-bayi itu saat mereka dibawa keluar.

Rina hanya bisa tersenyum, sungguh ia sangat bersyukur, selama detik-detik menegangkan itu, David selalu berada di sampingnya, memberinya kekuatan dan energi yang sudah hampir habis, mengelus kepalanya, menenangkannya, juga menciumnya.

Mungkin jika tida ada David, akan lebih susah melewati perjuangan tadi.

"Terimakasih, David," gumam Rina sambil menolehkan kepalanya ke arah sang suami.

"Aku yang harusnya beterimakasih, terimakasih karena sudah kuat dan sudah berjuang untuk melahirkan buah hati kita dan terimakasih karena sudah memberikanku bayi-bayi yang tampan dan juga cantik," jawab David tulus, tangannya beralih untuk menggenggam tangan Rina.

Di tengah-tengah kericuhan yang terjadi di dalam ruangan, Rina terdiam dan tak menghiraukan bertubi-tubi intograsi dari keluarganya.

"Rina, tadi jam berapa melahirkannya David?," tanya Mrs.Wintara.

Segera Rino menyenggol siku mamahnya, "mah, liat itu Rina diam aja, dia lagi kecapekan kayaknya, kita keluar dulu aja yuk, liat bayinya dimandiin"

Mrs.Wintara mengangguk, mereka semua hendak keluar, namun Rina menyadarkan lamunannya.

"Bang Rino," panggilnya lemas.

"Iya Rin?"

"Aku mau bicara"

Rino berbalik arah dan segera menuju nakas Rina.

Ntah apa yang ingin dibicarakannya saat masih kelelahan seperti ini, pikir Rino.

Rino mengambil duduk di sebelah kiri Rina.

"Apa aku harus keluar?," tanya David ketika melihat keadaan dan situasinya.

"Gak usah, disini aja"

Rina mengalihkan pandangannya kepada Rino, menarik nafas panjang dan menghembuskannya perlahan.

PERJODOHANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang