Rina mengotak-atik ponselnya, siang ini matahari begitu terik sehingga ia tak berniat pergi keluar rumah.
Setelah selesai mengecek beberapa sosial medianya, tangan Rina beralih mengambil remot tv, sepertinya hari ini ia akan menonton drama Korea terbaru yang sedang ramai diperbincangkan di berbagai situs media.
Baru saja ingin memencet tombol on pada remot tv nya, tiba-tiba perut Rina terasa sakit, Rina menjatuhkan remot tv yang sedang ia pegang, "ahhh," ringisnya sambil memegang perut bulat nan besar itu.
"Bi-bii tolong," teriak Rina, namun ia baru ingat bahwa bibi sedang pergi membelikan buah alpukat untuknya.
Rina panik, tidak bisa berpikir apa-apa selain menahan rasa sakit yang berasal dari perutnya ini, dengan susah payah, ia meraih telepon genggam yang berada di atas nakas.
Segera Rina menghubungi David, suaminya.
Namun di luar dugaan, bukan David yang menjawab melainkan suara operator, berulang kali Rina mencoba menelepon, tetap saja ponsel David dikabarkan tidak aktif.
Rina menangis, tidak tahu harus berbuat apa.
Pilihan terakhir adalah menelepon mantan kekasihnya.
Dengan ragu-ragu, Rina mencari nomor ponsel Rio.
"Maaf David, ini demi anak kita," lirih Rina sambil memencat tombol call.
Panggilan terhubung
"Ri-Rio tolong hiks"
"Rin? Rina? Kamu kenapa?"
"Perut aku hiks hiks"
"Kenapa Rin? Kamu mau ngelahirin?"
"Tolong"
"Oke oke jangan panik, aku kesana sekarang"
Panggilan terputus
Rina meringis kesakitan di atas kasur, ia meremas bantal,guling, sprei, apapun itu untuk mengurangi rasa sakit ini hingga tak lama kemudian Rio datang.
Rio membopong tubuh Rina dan membawanya ke rumah sakit terdekat.
- - -
David keluar dari ruang rapat, menurutnya keputusan yang diambil sudah tepat, jadi takkan ada penyesalan di lubuk hatinya, ia tersenyum bangga.
Sebelum masuk ke ruangannya, pria bertubuh kekar itu menghampiri sekretarisnya, "bawakan secangkir kopi ke ruanganku," ucap David yang langsung dijawab anggukan oleh sang sekretaris, "iya pak"
David masuk ke dalam ruangannya, duduk di kursi yang sangat nyaman itu, ah iya David harus mengaktifkan ponselnya lagi setelah rapat selesai.
Segera David merogoh saku celananya, lalu menghidupkan ponselnya, tentu saja ia mematikannya agar tidak mengganggu acara rapat penting siang ini.
Ponsel hidup, menampilkan layar dengan beberapa notifikasi telepon yang tak terjawab.
David membelalakkan matanya ketika tahu bahwa Rina sudah meneleponnya berulang kali.
Banyak pertanyaan yang muncul di benak David, ada apa? Apa Rina akan melahirkan? Kenapa dia menelepon sebanyak ini?
David mencoba menghubungi Rina namun ia tak menjawabnya, tetapi David tak kehilangan akal.
KAMU SEDANG MEMBACA
PERJODOHAN
RomanceBagaimana rasanya dijodohkan dengan lelaki asing? Yups, sedih dan berat, Rina bingung, tidak bisa menolak tapi tidak mau menerima, pasalnya ia juga sudah memilik pacar di SMA. Lalu bagaimana? Perjodohan tetap terjadi. Ketika kedua insan dipersatukan...