Dimulai?

4.6K 138 1
                                    

"Kak bangun kak," Rini menepuk-nepuk pundak Rina, ya Rina tertidur di sofa sepanjang malam.

"Hmmpph," Rina yang belum sadar hanya mengeluarkan dehaman saja.

"Kakk, siap-siap, kita mau ke tempat om Gerry," walaupun blm sadar, mendengar kalimat itu Rina langsung membangunkan tubuhnya menjadi duduk, "apa kamu bilang?,"

"Kita mau ke tempat om Gerry," Rini tau ini hal yg menyakitkan untuk kakaknya, tak heran jika melihat Rina kaget seperti ini.

"Jadi, kakak gak mimpi soal perjodohan itu?," Rini menggeleng dan langsung meninggalkan kakaknya itu sendirian.

"Bencana besar," gumam Rina, ia menuju kamarnya untuk membersihkan diri, apapun yang terjadi, harus dihadapi pikirnya.

Rina menuju ruang tengah, ia memakai pakaian yang diberikan mamanya, terlihat sangat cantik dengan dress putih selutut, ditambah ia memakan jepit bunga di rambutnya, namun mata sembabnya sedikit mengurangi kecantikan wajah Rina.

"Rin, udah siap?," Rino berbisik sambil merangkul bahu Rina, "ya siap gak siap bang, Rina bisa apa," balas Rina pasrah.

Rino menatap Rina dengan tatapan tajam, "lo gak mau kabur aja?"

Sontak Rina memukul mulut Rino, "lo kebanyakan nonton sinetron kayaknya," entah bagaimana Rino bisa memikirkan hal seperti itu?!

Perlu waktu 30 menit untuk sampai rumah Mr.Gerry, selama perjalanan hanya hening saja, sampai Mrs.Wintara memulai percakapan.

"Rina, kita akan adakan pernikahan ini dalam waktu cepat"

Rina terkejut bukan main, ia pikir ini cuma perjodohan agar terikat satu sama lain, Rina belum terpikir sampaj menikah.

"Apa ma? Aku kan masih sekolah ma, Masa udah nikah? Aku juga belum gapai cita-cita ku," ucapnya sedikit kecewa.

"Mau menunda sampai kapan Rin?, kamu tau om Gerry sudah divonis dokter bahwa umurnya tidak lama lagi, kalau masalah cita-cita, kamu bisa gapai setelah menikah, kamu bisa bersekolah seperti biasa, papa yakin David ngerti," Mr.Wintara mencoba untuk meyakinkan putrinya yang terlihat kecewa itu.

"Lalu, gimana dengan Rio pa?, aku gak sanggup kasih tau dia," Mr.Wintara tau bahwa Rio sangat menyayangi putrinya, Rina, dan juga sebaliknya.

"Abang yang bakal kasih tau," kali ini Rio membuka suaranya setelah menyimak percakapan orang tuanya dengan Rina.

Rina sangat menahan air matanya untuk tidak terjatuh, ia tidak tau bagaimana reaksi Rio jika mengetahui semua ini.

Mobil keluarga Rina terparkir di halaman yang luas dan indah, halaman yang ditanami rumput hijau membuatnya terlihat luas.

Mereka sudah sampai di rumah yang sangat besar dengan pagar yg menjulang tinggi, ya ini rumah Mr.Gerry.

Mr.Wintara memencet bel yang berada di sebelah pintu masuk, tak lama kemudian munculah sosok wanita paruh baya yg membukakan pintu, "Tuan Wintara?," Mr.Wintara hanya menjawab dengan anggukan.

"Sudah ditunggu bapak di kamar tuan," ucap seorang asisten rumah tangga di rumah ini.

Hati Rina berdegup kencang, ia seperti akan melaksanakan ujian kenaikan kelas, terima tak terima datang ke rumah ini, Rina hanya ingin menghormati om Gerry yang sudah sangat membantu keluarganya.

Gerry memang sedang sakit, namun ia di rawat di dalam rumahnya, memanggil dokter dan perawat ke rumahnya karena ia tak betah dengan bau rumah sakit yang identik dengan bau obat-obatan.

"Gerry," saat sudah memasuki sebuah kamar yg sangat besar dan di dominasi cat berwarna putih, Mr.Wintara menyapa sahabatnya itu.

"Wintara," balas Gerry dengan senyumannya, ia lalu memposisikan dirinya menjadi duduk dengan dibantu oleh perawatnya.

"Terimakasih sudah menyetujui permintaan ku," sepertinya Gerry sangat senang melihat keluarga Wintara datang.

"Rina," Rina yg merasa dipanggil langsung mengarahkan pandangannya ke sumber sura, "iyaa om Gerry," balasnya ketika mengetahui yg memanggilnya adalah Gerry.

"Maaf om terlalu terburu-buru memutuskan ini, pasti ini membuatmu terkejut, tapi percayalah David orang yg baik," Gerry merasa bersalah kepada Rina, namun ia hanya memercayai Rina untuk menjadi menantunya.

Orang tua Rina dan Gerry sedang asik mengobrol, bahkan mereka merencanakan pernikahan di gedung mewah dan lain-lain, mendengar percakapan itu, Rina hanya bisa meneguk ludahnya, ia terus memikirkan Rio.

- - -

"Li, Rina mana?," Rio menghampiri kelas Rina setelah bunyi bel istirahat, sejak tadi pagi ia tidak melihat batang hidung kekasihnya itu, bahkan Rina tidak mengirim pesan apapun sejak tadi malam.

"Eh Rio, iya nih, gw juga gak tau, gw telepon gak diangkat, gak biasanya Rina gak kasih kabar kayak gini, malah gw pikir Rina ngasih tau lo," tentu saja Lily juga heran, setelah pulang dari rumahnya kemarin, Rina memang tidak menghubunginya.

Bahkan tertera di aplikasi chat bahwa terakhir kali Rina melihat aplikasi itu saat jam 09.14 ya ketika ia pulang dri rumah Lily.

"Dia gak ngirim surat izin li?," tanya Rio penasaran, ia khawatir dengan Rina.

"Gw cek surat izin gak ada sih yo, mungkin karena mendadak, dia nelpon guru doang kali ya, gak ngirim surat izin," celoteh Lily, sebenarnya Lily juga khawatir dengan Rina, tidak bisa di hubungi, dan tidak membalas pesan-pesan darinya.

"Apa gw telepon bang Rino aja?," Lily langsung mengacungkan jempolnya untuk ide cemerlang Rio.

"Kenapa gak dari tadi sih?," ia baru kepikiran bahwa Rio pasti tau dimana Lily.

Sambungan terhubung.

"Bang Rino"

"Iya yo, kenapa?"

"Rina gk masuk sekolah kenapa ya bang?"

"Ada urusan yo, ntar gw kasih tau"

"Oh, iya bang, tpi Rina gak apa-apa kan?"

"Iya tenang aja, aman"

"Oke bang thanks ya"

Baru saja Rio ingin memutuskan hubungan, tapi dicegah dari orang yang jauh disana.

"Eh yo sebentar"

"Iya bang?"

"Nanti malam temuin gw di cafe deket rumah gw, gw mau ngomong hal penting"

"Oke siap bangg"

Sambungan terputus.

.
.
.
.
.
Baca terus ceritanya yaa^-^

PERJODOHANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang