Lee Jooheon bukanlah penyuka atau penikmat kopi, tapi entah akhir-akhir ini ia sangat suka dengan minuman berwarna coklat dan beraroma khas itu.
Kopi yang dibuat oleh barista manis di cafe dekat kantornya itu terasa sangat enak bagi Jooheon.
Jadi sebenarnya yang Jooheon sukai itu, kopinya atau baristanya?
Pernah satu kali, teman kantornya, Hyungwon, menanyakan hal itu pada Jooheon dan pria bermarga Lee itu dengan polosnya mengatakan. "Tentu saja baristanya!"
Sadar sudah keceplosan, Jooheon merutuki dirinya yang terlalu bodoh karena terpancing dengan umpan Hyungwon.
"Kau mau kukenalkan pada Changkyun?"
Jooheon menatap bodoh ke arah Hyungwon. "Changkyun? Nugu?"
Hyungwon ingin sekali mengumpati sahabatnya ini, tapi dibatalkan niatnya karena bagaimanapun Jooheon masih atasannya di kantor.
"Barista manis yang kau sukai itu namanya Changkyun, Im Changkyun, dasar Jooheon bodoh!"
Bukannya marah karena dihina oleh Hyungwon, Jooheon malah tersenyum konyol. "Jadi namanya Im Changkyun ya?"
"Eh! Tapi bagaimana kau bisa mengenalnya??"
Hyungwon memutar bola matanya dengan malas. "Dia temanku yang sebenarnya ingin kukenalkan padamu bulan lalu, tapi kau menolaknya mentah-mentah."
Jooheon membulatkan matanya. "Jinjja?? Ahhhh! Jika tahu temanmu semanis Changkyun, aku tidak akan berpikir 2x untuk mengajaknya kencan."
"Sudah kukatakan bahwa Changkyun manis saat itu. Aku bahkan ingin menunjukkan fotonya padamu tapi kau malah mengungkit mantan kekasihmu itu!"
Jooheon hanya memasang cengiran tidak bersalahnya.
"Jadi bagaimana? Mau kubantu untuk mendekatinya tidak?"
Jooheon menggeleng, membuat Hyungwon terheran, namun sedetik kemudian tersenyum haru mendengar jawaban Jooheon.
"Aku akan mendekatinya dengan usahaku sendiri!"
Hyungwon memutar bola matanya dengan malas. Ia jengah dengan kelakuan sahabatnya yang satu ini. Baru beberapa menit yang lalu Jooheon menolak bantuan Hyungwon untuk mendekati Changkyun, namun sekarang pemuda Lee itu malah merengek pada Hyungwon.
"Hyungwon-ah! Aku bingung harus melakukan apa~"
"Datang saja seperti biasa, pesan kopi dan ajak dia berkenalan."
"Kau mengatakannya seperti semudah membalikkan telapak tangan saja."
"Hyungwon-ah~ ayolah bantu aku~"
Hyungwon menatap jengah pada Jooheon yang terus saja merengek.
"Sepertinya beberapa menit lalu ada yang berkata bahwa ia akan mendekati Changkyun dengan usahanya sendiri." Cibir Hyungwon membuat Jooheon memasang cengiran khasnya.
"Itu kan mendekati, tapi aku butuh bantuanmu untuk memperkenalkanku padanya, sisanya akan kulakukan sendiri. Tolong aku ya, jeballllll~"
Hyungwon mendengus pelan. "Tidak gratis!"
"Tentu! Apapun yang Hyungwon inginkan~"
"Kenaikan gaji!"
"Call!"
Hyungwon berdecak. "Beruntungnya aku mempunyai pimpinan perusahaan sepertimu!"
"Akan kuanggap itu sebagai pujian, Chae Hyungwon yang tampan. Sekarang ayo kita ke cafe!"
"Astaga! Hyungwon lihatlah! Changkyun sangat manis!"
Hyungwon mendecih pelan, jengah akan kelakuan berlebihan Jooheon, walaupun memang Hyungwon akui, Changkyun terlihat sangat manis hari ini.
"Astaga! Astaga! Kurasa jantungku bisa melompat keluar dari tempatnya."
"Kau berlebihan Joo! Mau sampai kapan kita hanya mengintip dari sini??"
Ya benar, keduanya hanya mengintip dari balik tanaman hias yang tidak jauh dari cafe milik Changkyun.
"Sabar dulu! Aku masih berusaha menenangkan jantungku!"
"Tenangkan juga otakmu itu!" Cibir Hyungwon kesal. Gara-gara Jooheon ia tidak bisa menghabiskan waktu dengan kekasihnya.
"HAH! Hyungwon ayo masuk!"
Hyungwon tersenyum miring kemudian mengikuti Jooheon dari belakang. Begitu memasuki pintu cafe yang beruntungnya sedang sepi itu, Hyungwon mendorong Jooheon kemudian berteriak dengan lantang.
"IM CHANGKYUN! ADA YANG MAU BERKENALAN DENGANMU!"
Setelah itu Hyungwon melarikan diri dari sana, diiringi dengan umpatan Jooheon dan Changkyun yang tersenyum di balik meja kasirnya.
Jooheon kemudian menatap Changkyun dan tersenyum canggung sambil mengusap tengkuknya.
"Maafkan Hyungwon."
Changkyun menggeleng kemudian tersenyum manis. "Tidak apa. Kau ingin memesan sesuatu? Ice Americano dengan 3 sendok gula?"
Jooheon membulatkan matanya. "Wah, kau tahu pesananku?"
Changkyun hanya tersenyum sebagai jawabannya. "Duduklah, akan kubuatkan dulu minumanmu, hyung."
Jooheon menurut dan mengambil tempat duduk favoritnya. Terletak di ujung ruangan, tepat di sebelah jendela dan duduk menghadap meja kasir karena dengan begitu ia bisa memandangi Changkyun sampai puas.
Jooheon menunggu namun harus dihadapkan kekecewaan saat seseorang mengantarkan minuman pesanannya.
"Silahkan dinikmati, tuan."
Pegawai di cafe itu kemudian undur diri dan Jooheon menatap minuman yang ada di hadapannya dengan bibir dimajukan. Namun matanya menangkap sesuatu di bagian belakang gelas miliknya itu dan mampu mengembalikan senyuman konyol milik Lee Jooheon
"Jangan memaksa minum kopi jika tidak suka. Aku sudah buatkan minuman lain.
Semoga kau suka.Bagaimana jika kita pergi jalan-jalan hari ini?
Jika kau setuju, hubungi aku.
+821002xxx-ICK"
END