BRAK!
"Arghh! Aku sudah tidak tahan lagi!!" Ucap sosok manis itu sambil mengacak-acak rambutnya setelah menggebrak meja.
"Kau sudah mulai gila ya Im Changkyun?"
Sosok manis bernama Changkyun itu mendongak dan langsung memasang wajah memelas.
"Wonwoo hyung~ rasanya aku ingin resign saja jadi sekretaris Lee sajangnim." Ucapnya dengan bibir cemberut yang hanya ditanggapi dengan wajah datar Wonwoo.
"Memangnya dia melakukan apalagi?"
Changkyun menegakkan duduknya. "Hyung tahu?? Tadi pagi tiba-tiba Lee sajangnim menelponku, menyuruhku memasak sarapan untuknya! Tidak boleh beli! Harus masakan rumah! Ugh! Aku ini sekretarisnya, bukan asisten rumah tangganya! Kenapa pula ia menyuruhku memasak?!" Sungut Changkyun.
"Dan juga, mulai besok aku harus memasakkan sarapan untuknya! Hyung~ aku melamar kerja disini sebagai tim design, bukan sebagai sekretaris maupun asisten rumah tangga." Rengek Changkyun dengan mata berkaca-kaca.
Changkyun memang lulusan design grafis. Dia melamar di Lee corp. Sebagai bagian dari tim design tapi malah mendapat jabatan sebagai sekretaris, hal yang sama sekali tidak ia pahami. Apalagi atasannya adalah CEO muda berhati dingin bernama Lee Jooheon.
Wonwoo menatap datar ke arah Changkyun. "Ya sudah, kalau mau mengundurkan diri, serahkan saja suratnya pada bagian HRD, jangan merengek disini. Buang-buang waktu saja."
Changkyun menatap tidak percaya ke arah Wonwoo yang melenggang begitu saja ke arah ruangan Jooheon.
"Wah! Aku bercerita panjang lebar dan hanya itu tanggapannya?? Beruntung sekali aku memiliki sepupu seperti dirinya! Huh!"
***
"Permisi, sajangnim."
Jooheon mengangkat kepalanya dan tersenyum kecil mendapati kekasih sahabatnya memasuki ruangannya.
"Wonwoo, ada apa kemari?"
"Ini, laporan keuangan seluruh cabang perusahaan untuk bulan ini."
Jooheon menerima map yang diberikan Wonwoo dan membukanya. "Kerjamu selalu rapi dan memuaskan, Wonwoo. Terima kasih."
"Baiklah, kalau begitu-"
"Ah, tunggu."
"Ya?"
Jooheon menggaruk tengkuknya canggung. "Apa Changkyun mengatakan sesuatu padamu?"
"Dia baru saja berkeluh kesah padaku."
"Benarkah?"
Wonwoo mengangguk. "Dia berkata ingin mengundurkan diri."
"Begitu ya?" Jooheon menunduk lesu. "Apa aku terlalu merepotkannya?"
"Jangan terlalu diambil hati. Anak itu hanya akan mengomel, tapi aku yakin dia tidak bersungguh-sungguh dengan niatnya mengundurkan diri." Ucap Wonwoo tersenyum tipis. "Lagipula, kenapa kau memintanya untuk memasak sarapan untukmu?"
"Eum, itu... Bibi Jang meminta ijin beberapa hari kedepan untuk datang terlambat. Bibi Jang harus mengantar cucu-nya ke sekolah sedangkan anak dan menantu bibi Jang bekerja di luar kota. Dan kau tahu sendirikan aku tidak pernah bisa makan masakan luar?"
Wonwoo mengangguk. "Lalu bagaimana dengan makan siang dan malam mu?"
"Makan siang tentu saja kulewatkan. Untuk makan malam, Bibi Jang tetap memasak seperti biasanya."
Wonwoo mengangguk lagi. "Kau tahu? Jika kau memang menyukai adik sepupuku itu, katakan saja padanya. Dia itu bodoh dalam hal percintaan dan tidak akan peka."