Sebuah mobil tidak terlalu mewah itu berhenti di depan lobby hotel ternama bintang lima. Pintu belakang mobil itu terbuka dan menampilkan seorang pria tinggi dengan pakaian casual dan dandanan yang biasa-biasa saja. Tidak seperti tamu hotel bintang lima pada umumnya yang berdandan rapi, pria ini hanya mengenakan kaus oblong dan juga celana jeans yang robekan di kedua lututnya.
Para pegawai di hotel itu menatap pria yang baru saja datang dengan tatapan yang seakan mengatakan :
"Apa dia tidak salah tempat?"
"Apa dia mampu membayar di tempat semahal ini?"
Pria itu nampak tidak terganggu dengan bisik-bisik para pegawai dan dengan santai terus berjalan ke arah restoran yang terletak di lantai 2 dan duduk di meja yang terletak di tengah-tengah ruangan.
"Saya ingin memesan hidangan pembuka hingga penutup yang paling mahal disini. Ah dan juga berikan minuman yang tidak beralkohol yang paling mahal disini." Ucap pria itu tanpa melihat buku menu.
Pelayan dihadapannya memandang pria itu dengan tatapan bingung. Sejujurnya, pria di hadapannya ini... errr... pelayan itu ragu apakah pria dihadapannya ini sanggup membayar pesanannya? Apalagi yang diminta harganya bisa dikatakan sebulan gajinya dan dia baru saja bekerja di hotel ini. Salah-salah bisa dia yang disuruh mengganti apabila pelanggan di hadapannya ini melarikan diri tanpa membayar.
"Eum..."
Pria itu menatap pelayan yang sedang menundukkan kepalanya sambil memilin jarinya.
"Tenang saja Im Changkyun-ssi. Aku akan bayar apa yang kupesan."
Pelayan bernama Im Changkyun itu segera mengangkat kepalanya dan menatap pelanggannya itu, merasa tidak enak karena mencurigai pelanggan seperti ini.
Changkyun memasang senyum manisnya kemudian membungkukkan badannya, persis seperti apa yang diajarkan selama masa training-nya.
"Baiklah tuan, mohon ditunggu untuk pesanannya. Terima kasih."
Changkyun undur diri dari sana diiringi senyuman tipis dari si pelanggan.
"He's cute..."
"Silahkan." Seorang pelayan mengantarkan pesanan milik pria itu dengan nada ketus. Meletakkan piring juga asal-asalan.
Pria itu tetap dengan tenang mengamati.
"Apa ini?"
Pria itu menatap nota yang diletakkan oleh pelayan itu.
"Tagihannya tuan."
"Aku bahkan belum menyentuh makananku dan kalian sudah memberikan tagihan tanpa diminta?"
Pelayan itu memberikan tatapan datarnya. "Ini sudah kebijakan dari hotel dan juga standar hotel bintang lima." Nadanya terdengar meremehkan, membuat pria itu menyeringai tipis kemudian mengambil sesuatu dari kantung celananya.
Sebuah black card.
Pria itu melemparkan kartunya di atas meja sedangkan pelayan yang melayaninya itu memicing, mencurigai bahwa kartu berwarna hitam itu mungkin adalah hasil curian.
"Kenapa Choi Minji-ssi? Apa kau juga mengira bahwa kartu ini adalah hasil curian?" Tanya pria itu dengan tenang sambil melipat kedua tangannya di depan dada. Matanya melihat ke sekeliling restoran dan mendapati semua tamu yang ada di sana sedang menatap ke arahnya. Begitu juga pelayan mungil bernama Im Changkyun sedang menatap cemas ke arahnya.