Bruk!
"Huwaaaaaaa~"
Suara tangisan bocah itu menarik perhatian Changkyun. Changkyun melihat ke segala arah dan menemukan seorang bocah sedang terduduk sambil menangis dan memegangi lututnya yang terluka. Changkyun langsung saja menghampiri bocah itu dan berjongkok di hadapannya.
"Hey, kenapa?"
"Huwaaaaaa~" bocah itu masih tetap menangis membuat Changkyun semakin bingung. Changkyun kemudian memperhatikan pakaian bocah itu dengan seksama kemudian tersenyum.
"Hey, jika kau terus menangis seperti ini nanti Pikachu juga akan ikut sedih."
Bocah itu segera berhenti menangis dan menatap Changkyun dengan tatapan polosnya.
"Benarkah?"
Changkyun tersenyum kemudian mengangguk dengan semangat kemudian tangannya terulur untuk menghapus sisa air mata di wajah bocah itu.
"Nah, kalau begini Pikachu pasti akan senang."
"Tapi- tapi, lututku sakit, hyung." Bocah itu kembali terisak.
"Ah, biar hyung obati ya." Changkyun menurunkan ranselnya dan mengeluarkan botol air serta kotak obat yang memang selalu dibawanya kemana-mana.
"Namamu siapa? Kenapa bisa di sini sendirian?" Tanya Changkyun sambil mulai membersihkan luka di lutut bocah itu dan menempelkan plester di sana.
"Perkenalkan, namaku Lee Haechan. Tadi Jooheon hyung ke sini bersamaku tapi dia tiba-tiba menghilang." Jelas bocah bernama Haechan itu.
Jooheon? Lee Haechan? Jangan bilang...
"Apa yang kau lakukan pada adikku?"
Changkyun menoleh ke arah sumber suara dan matanya membulat.
"Jooheon hyung!!"
Ternyata benar...
Lee Jooheon...
Mantan kekasihnya...
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
"Haechan ayo pulang." Ajak Jooheon tapi Haechan menggelengkan kepalanya kemudian mengeratkan genggamannya pada tangan Changkyun."Haechan mau main dengan Changkyun hyung."
"Lee Haechan!" Changkyun terkejut mendengar bentakan Jooheon dan yang pasti Haechan juga ikut terkejut. Bocah itu kembali terisak pelan.
"Jooheon hyung jahat! Haechan benci Jooheon hyung!!" Kemudian bocah itu melepaskan genggamannya dari Changkyun dan berlari ke arah taman bermain yang sepi di dekat sana.
Jooheon mengusap wajahnya dengan kasar kemudian hendak mengejar adiknya itu tapi sebuah tangan menghentikan langkahnya.
"Aku akan membujuknya. Kau tunggulah disini."
Tanpa menunggu jawaban, Changkyun segera berlari mengejar Haechan.
"Haechan..." Changkyun berjongkok di hadapan Haechan yang sedang menangis sambil memeluk lututnya di bawah sebuah pohon rindang.
"Huwaaa, Jooheon hyung jahat! Haechan benci Jooheon hyung!"
"Hei, Haechan tidak boleh bicara seperti itu. Jooheon hyung pasti sedih kalau Haechan membencinya." Changkyun mengusap pelan rambut Haechan.
"Haechan hanya ingin bermain dengan Changkyun hyung tapi kenapa Jooheon hyung membentak Haechan seperti itu?" Haechan masih saja terisak sambil memeluk lututnya.
"Haechan." Changkyun kemudian mengubah posisi jongkoknya menjadi duduk di atas tanah dengan menyenderkan punggungnya ke batang pohon kemudian mengangkat tubuh Haechan dan mendudukkannya di atas pangkuannya.