Changkyun tidak pernah tahu, bahwa tulisan-tulisan yang selalu tersimpan rapi di dalam buku hariannya akan membawa petaka seperti ini.
Changkyun menundukkan kepalanya sambil menggigit bibir bawahnya.
"Jadi... selama ini hubungan kita tidak ada artinya bagimu?"
Changkyun menggeleng ribut. "B-bukan begitu..."
"LALU APA?!"
Changkyun terkesiap saat mendengar bentakan dari Lee Jooheon, pemuda yang selama ini tidak pernah membentaknya satu kalipun.
"Selama ini kau hanya memanfaatkanku untuk dekat dengan kakakku?? Lalu kenapa kau mau menjadi kekasihku eoh??"
"Joo, aku bisa jelaskan." Ucap Changkyun memelas sambil memegang tangan Jooheon namun segera ditepis oleh pemuda Lee itu.
"Buku harianmu itu sudah cukup menjelaskan semuanya, Im Changkyun! Kita akhiri saja semuanya."
***
Changkyun akui ia menyesali semua yang ia tulis dalam buku hariannya. Padahal semuanya itu hanya perasaan lampaunya untuk kakak kelasnya yang merupakan kakak tiri dari mantan kekasihnya.
Kwon Hyunbin.
Ya, Changkyun memang menaruh perasaan pada kakak kelasnya yang merupakan kapten tim basket tersebut dan dengan bodohnya, ia nekat mendekati adik tirinya demi mendapatkan informasi tentang Hyunbin dan juga agar bisa lebih dekat dengan pujaan hatinya itu.
Namun hatinya berkata lain, lama kelamaan, Changkyun merasa nyaman dengan keberadaan seorang Lee Jooheon di sampingnya. Ah, dan juga jangan lupakan kenyataan bahwa Hyunbin ternyata sudah memiliki kekasih dan Changkyun tentu saja tidak ingin menjadi perusah hubungan orang.
Changkyun menuangkan semua kisahnya itu ke dalam buku harian miliknya dan entah bagaimana caranya, Jooheon menemukan buku hariannya dan membaca isinya hingga membuatnya marah dan mengakhiri hubungan mereka. Padahal niatan awalnya, Changkyun akan membakar buku harian itu bersama dengan kenangan lamanya dan membuat kenangan baru bersama orang yang dicintainya saat ini.
Tapi Changkyun benar-benar tidak tahu harus berbuat apa. Bahkan untuk sekedar minta maaf pun, Changkyun tidak mampu karena ia yakin bahwa kesalahannya sangatlah fatal dan jooheon tidak akan semudah itu memaafkannya.
***
"Mau apa kau?"
Changkyun menegakkan tubuhnya saat suara yang amat dirindukannya itu terdengar.
"Jooheon-ah, aku-"
"Joo-ieee~"
Changkyun memandang sendu ke arah gadis yang baru saja datang dan dengan sangat mudahnya melingkarkan lengannya pada lengan Jooheon.
Yang membuat Changkyun semakin merasa terpuruk adalah kenyataan bahwa Jooheon sama sekali tidak menolak perlakuan gadis itu.
Melihat Changkyun yang hanya terdiam membuat Jooheon jengah.
"Menyingkirlah."
Changkyun menatap wajah Jooheon dengan nanar kemudian perlahan-lahan melangkahkan kakinya menjauh.
***
Hujan turun cukup deras, namun Changkyun tidak peduli meskipun tubuhnya sudah basah sepenuhnya. Changkyun hanya ingin menyembunyikan air matanya yang bercampur dengan derasnya air hujan. Hingga akhirnya Changkyun merasa cukup menumpahkan air matanya, ia pun baru berteduh di bawah halte yang sama sekali tidak ada orang disana.
Baru dirasakannya tubuhnya menggigil karena kedinginan, namun Changkyun tidak peduli. Yang ia inginkan hanyalah menghilangkan rasa sesak yang menghimpit dadanya itu.