"Bibi! Bibi masak apa? Baunya harum sekali??" Tanya Jooheon yang menghampiri bibi yang sudah bekerja di rumahnya selama 10 tahun itu dan terkejut mendapati seorang pemuda manis sedang berjongkok di belakang pintu dan bermain dengan anjing peliharaannya.
"Eh? Bibi, dia siapa?"
"Ah, tuan muda. Maaf, dia anak bibi, namanya Im Changkyun. Changkyun! Beri salam pada tuan muda."
Changkyun mengangkat wajahnya dan segera berdiri kemudian membungkukkan tubuhnya sedikit.
"Salam kenal hyung! Im Changkyun imnida!"
Lucu...
"Ah, iya tuan muda. Tidak apakan Changkyun ikut dengan bibi hari ini?"
"Tidak apa Bi. Oh ya, bibi masak apa?"
"Oh, ini. Bibi tadi membeli kepiting. Bukankah tuan muda pernah bilang beberapa hari yang lalu ingin makan kepiting rebus?"
Jooheon tersenyum. "Ah, terima kasih banyak bibi! Kalau begitu aku akan siap-siap dulu!"
Sepeninggalan Jooheon, Changkyun menghampiri sang ibu yang sedang sibuk mengaduk isi panci di atas kompor.
"Changkyun, setelah 10 menit, matikan kompornya ya. Ibu mau menjemur cucian."
"Ne!"
Changkyun kemudian duduk di meja makan dekat dapur dan meletakkan kepalanya di atas meja. Jujur saja, dia sangat mengantuk karena ibunya membangunkannya pagi buta untuk ikut ke tempat kerja sang ibu.
Changkyun menguap dan tak lama pemuda manis itu tertidur.
***
"Bau apa ini?? Astaga!!"
Ibu Changkyun segera berlari ke arah dapur dan segera mematikan kompor. Dilihatnya isi panci itu sudah setengahnya gosong dan tidak bisa diselamatkan.
Ibu Changkyun segera menghampiri pemuda manis yang tidur di meja makan itu dan memukuli punggungnya dengan brutal.
"Astaga! Kau ini! Ibu suruh matikan kompor saja malah ketiduran! Nanti tuan muda makan apa hah?!"
Changkyun yang diperlakukan seperti itu tentu saja kaget. "Astaga ibu! Iya iya maafkan aku."
Jooheon yang mendengar keributan dari dapur itu segera menghampiri.
"Bibi, ada apa?"
"Ah, tuan muda. Maaf, tapi kepiting rebus untuk tuan muda, hangus setengahnya karena Changkyun ketiduran dan tidak mematikan kompornya." Ucap ibu Changkyun tidak enak.
Jooheon melirik ke arah Changkyun yang berdiri sambil menundukkan kepalanya dan memainkan jari-jarinya, kemudian tersenyum.
"Bi, sebenarnya perutku agak tidak enak. Bisakah bibi buatkan bubur saja untukku?"
"Benarkah? Akan bibi siapkan."
Changkyun mengangkat wajahnya dan menatap Jooheon.
"Hyung..."
"Kau berhutang padaku. Nanti ikut denganku."
Changkyun memiringkan kepalanya. "Ikut kemana hyung?"
"Ke mall."
"Untuk?"
"Membersihkan lantai! Tentu saja untuk belanja." Ucap Jooheon sambil merotasikan bola matanya membuat Changkyun tertawa kecil.
"Hehehe, aku hanya menggodamu hyung. Baiklah kalau begitu."
***
Jooheon memberikan sebuah kantong belanjaan lagi pada Changkyun sedangkan pemuda manis itu sudah cemberut karena di tangannya sudah ada 3 kantong belanjaan dan sekarang menjadi 4.