Tidak seharusnya aku menyia-nyiakanmu.
Tidak seharusnya aku meninggalkanmu di saat kau membutuhkan ku.
Maafkan aku.
Aku menyesal.
Aku mencintaimu.
Musim dingin sudah datang. Salju sudah menutupi seluruh kota Seoul. Namun hal itu tidak menghalangi seorang pria berwajah manis untuk menunggu seseorang yang sangat ingin ditemuinya.
Pria manis bernama Im Changkyun itu mengeratkan mantel yang dikenakannya untuk menahan hawa dingin yang menusuk kulit.
Changkyun berulang kali melihat ponselnya, menanti kabar dari sang kekasih namun nihil. Tidak ada satu pun pesan maupun telpon dari kekasihnya.
"Kumohon datanglah Jooheon." Gumam Changkyun.
Changkyun tetap menunggu sampai langit berubah menjadi gelap. Pria manis itu sudah hampir tertidur jika saja ponselnya tidak berbunyi.
1 pesan masuk
Mine♡
Aku tidak bisa menemuimu.
Aku harus menemani Minhyuk.
19.01Changkyun tersenyum miris. Selalu seperti ini. Jooheon selalu mementingkan pria bernama Minhyuk itu.
Changkyun kesal. Changkyun ingin marah dan melampiaskan semua kekecewaannya tapi entah kepada siapa.
Akhirnya Changkyun hanya bisa menahan semuanya seorang diri. Merutuki kebodohannya sendiri dan tertawa miris sambil meraih amplop berlogo yang sedari tadi tergeletak di sampungnya.
"Aku yang salah. Aku yang bodoh."
Changkyun memeluk amplop itu dengan erat dan menumpahkan air matanya.
"Maafkan aku Jooheon-ah."
Changkyun menghabiskan sisa sorenya menangis di taman yang sepi itu. Hanya ini yang bisa ia lakukan untuk melampiaskan kesedihannya. Bagaimanapun, disini Changkyun yang salah. Dan Changkyun jelas saja tidak bisa berharap jika dirinya menjadi prioritas utama seorang Lee Jooheon.
Karena disini, Changkyun hanyalah simpanan Jooheon.
Changkyun terus saja menangis hingga dirinya lelah. Changkyun menghapus air matanya dan bersamaan dengan itu, cairan merah pekat menetes dari hidungnya.
Changkyun semakin tersenyum miris. Cintanya hanya bertepuk sebelah tangan dan sekarang takdir benar-benar mempermainkannya.
Changkyun hanya mengelap hidungnya seadanya dan berjalan pulang ke apartemennya. Yang ia butuhkan hanya mengistirahatkan tubuh, pikiran dan juga hatinya yang tidak mungkin bisa lagi disembuhkan.
"Aku benar-benar ingin menghajar si brengsek itu." Ucap Wonho, sahabat Changkyun yang sedari tadi sibuk mengganti kompres di kening Changkyun yang terbaring lemas di atas kasurnya.