19. Haikal vs Lucas

1.7K 177 9
                                    

Sesuai kesepakatan kemarin, Gaby pergi ke perpustakaan bersama Haikal juga Iksa untuk mencari bahan referensi makalah setelah kelas pertama mereka berakhir.

Gaby merasa bersyukur karena mendapat team yang bisa diandalkan, sebab terkadang beberapa teman kelompoknya sama sekali tidak membantu. Tidak jarang Gaby yang mencari referensi, mengetik dan mem-print dia lakukan semuanya sendiri. Sedangkan anggota yang lain hanya membantu dananya saja.

Itulah yang bikin Gaby lebih menyukai tugas personal dibanding kelompok. Toh, percuma tugas kelompok dia juga yang ngerjain sendiri.

Sekelompok dengan Haikal dan Iksa benar-benar membantu, mereka tanggap dan memiliki inisiatif sendiri tanpa harus Gaby minta. Hal sederhana saja seperti membawa laptop, sebab Gaby lupa membawa benda yang satu itu dan untungnya Iksa membawanya sehingga setelah mendapat bahan referensi mereka bisa langsung mengetik.

Mereka memutuskan untuk mengerjakan di perpus saja, awalnya Gaby ingin menolak karena dia memang tidak begitu menyukai tempat-tempat ramai yang bikin dia jadi susah fokus. Tapi karena tidak enak menolak jadi ya dia nurut aja, lagian lebih hemat waktu juga dibanding mereka harus mencari tempat lain.

Haikal dan Gaby bertugas mencari bahan materi dari buku yang mereka dapat, total ada delapan buku dan masing-masing memegang empat buku. Sedangkan Iksa yang bertugas mengetik.

Makin siang keadaan perpustakaan semakin ramai, beberapa orang yang tidak kebagian tempat duduk terpaksa harus duduk di lantai. Keadaan ini membuat kepala Gaby semakin pusing, inilah alasan kenapa dia tidak menyukai tempat yang ramai. Rasanya sesak dan oksigen di sekitarnya seolah menipis.

Entah karena mengerti keadaan Gaby yang nampak tidak nyaman atau justru karena merasakan hal yang sama, Haikal memutuskan untuk menyudahi kerja kelompok ini. Lagipula mereka masih punya waktu enam hari sebelum makalah diberikan ke dosen, begitu katanya.

"Coy coy, kelas kita dimajuin nih jadi jam dua siang!" Seru Iksa saat mereka baru saja keluar dari perpustakaan.

Gaby menghirup napas banyak-banyak setelah merasa sesak di dalam sana.

"Dua puluh lima menit lagi dong." Sahut Haikal yang baru saja mengecek arloji di pergelangan tangan. "Yah, padahal gue belum makan siang." sambungnya dengan nada kecewa.

"Makan aja dulu, telat dikit juga nggak jadi masalah kan? Daripada lo pingsan di kelas yang ada ngerepotin anak-anak." Balas Gaby santai sambil memasukkan buku perpus yang dia pinjam ke dalam tas.

"Kalau gitu..." Tau-tau Haikal udah melingkarkan lengannya di leher Gaby. "Temenin gue makan ya?"

"Kal, lepasin ih!" Protes Gaby sambil mukul lengan Haikal, tapi cowok itu malah menggeret Gaby menuju kantin kampus yang letaknya nggak jauh dari perpus. Sedangkan Iksa ngekor di belakang sambil cengar-cengir bukannya bantuin.

Sialan emang.

"Mau makan apa?" tanya Haikal waktu mereka udah di depan stand makanan.

"Ayam geprek sama es teh, Kal."

"Gue nanya Gaby, bukan lo!"

Iksa mencebikkan bibir sambil menggerutu.

"Mau makan apa?" Ulang Haikal sambil ngeliat ke Gaby.

"Lepasin dulu ini, kecekek gue!"

"Oh iya ya, maap." Haikal melepaskan tangannya dari leher Gaby, tapi tetap merangkulnya.

"Samain kayak Iksa aja deh." Jawabnya.

"Oke."

Setelah memesan mereka mencari meja yang kosong, jam makan siang seperti ini kantin penuh dan bakalan sulit mencari tempat duduk yang kosong. Untunglah mereka menemukan satu meja yang cukup menampung enam orang yang letaknya agak ke pojok.

[1] Boyfriend { Bobrok } ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang