"aww!"
Haikal meringis meratapi nasib bibirnya yang baru saja kena gaplokan pulpen hitam milik Gaby, cewek itu boleh aja keliatan pendiam dan kalem. Tapi kalau udah kesel ya bar-bar juga.
Mana ini bibir Haikal udah dower dari sononya, kena gaplokan pulpen pula. Bisa-bisa makin dower ntar.
"Jangan sembarangan kalau ngomong!"
"Kan gue cuman bercanda, konyol banget gue sampe ngegantiin posisi Eskarani di hati gue demi lo"
"Heh! Maksudnya apa nih?!" Gaby makin berasap, merasa kata-kata Haikal terdengar seperti merendahkan di telinganya.
"Bukan apa-apa, hehe" Haikal nyengir, memilih untuk tidak memperpanjang masalah saat tangan kanan Gaby yang menggenggam pulpen kembali terangkat. Haikal nggak mau dong kalau bibirnya kembali jadi sasaran karena sembarang bicara.
"Kelas mau dipake, keluar yuk cari tempat lain" kata Gaby saat beberapa mahasiswa dari lokal yang berbeda dengan mereka mulai memasuki kelas satu persatu.
Mata kuliah kedua akan dimulai kurang lebih setengah jam lagi, mau langsung masuk ke kelas tapi besar kemungkinan masih dipakai lokal lain. Alhasil Gaby memutuskan untuk pergi ke kantin dulu buat beli air sama roti soalnya kebetulan dia lapar, mana ntar bakal ada kelas hitung-hitungan, Gaby jadi susah mikir kalau lagi lapar.
Gaby pergi sendiri karena Haikal lebih memilih untuk duduk di pelataran kelas sekalian ngadem dan menikmati WiFi katanya.
Baru juga beberapa langkah masuk ke area kantin, Gaby justru tidak sengaja bertemu dengan Jena. Cewek itu langsung melambaikan tangan sesaat setelah menyadari kehadiran Gaby lalu menyuruhnya untuk mendekat.
"Tumben sendiri" tanya Gaby lalu menarik salah satu kursi untuk ia duduki.
Sejenak, ia lupa tujuannya kemari.
"Iya nih, Mark lagi ada kelas makanya nggak bisa nemenin"
Iya, Jena itu kalau kemana-mana selalu ngajak Mark. Entah pas di kampus ataupun di luar kampus. Pokoknya nempel mulu lah mereka berdua, udah terbiasa dari SMA kayak begitu. Jena memang hobi banget ngerecoki dan ngerepotin Mark, dan anehnya Mark mah nurut aja meski keliatan kadang muka-muka nggak ikhlasnya.
Gara-gara itu Gaby jadi curiga kalau Mark punya perasaan 'lebih dari teman' ke Jena.
"Oh iya, kebetulan ketemu lo disini. Gue mau ngasih sesuatu" Jena sibuk mengobrak-abrik tas ransel ukuran kecilnya itu, lalu menarik sesuatu berwarna coklat muda dari dalam sana sebelum menyerahkannya ke Gaby. "Dateng ya"
Mata Gaby menyipit mengamati sesuatu yang ia yakini adalah sebuah undangan pernikahan, hanya untuk dibuat melotot sesaat setelahnya.
"LO MAU MARRIED?!"
KAMU SEDANG MEMBACA
[1] Boyfriend { Bobrok } ✓
FanfictionBoyfriend Series #1 "By" "Hm?" "Jangan senyum gitu" "Kenapa emang?" "Senyummu seolah mengajak untuk berumah tangga." Start: 20 Januari 2019 End : 26 Februari 2020 Copyright ©2019 by ApriLyraa