52. Difficult Choice

1K 127 4
                                    

Gaby mendengus menutup kembali tirai yang sebelumnya sempat ia buka untuk mengintip

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Gaby mendengus menutup kembali tirai yang sebelumnya sempat ia buka untuk mengintip. Lucas masih berdiri disana, di depan pagar rumahnya sejak satu jam yang lalu dan mengancam tidak akan pulang sebelum Gaby menemuinya.

Yang benar saja, dipikir Gaby bakalan luluh gitu?

Nggak!

Gaby nggak perduli mau sampai malam Lucas berdiri di depan pagar juga nggak bakal dia mau keluar.

"Kenapa lagi sih, berantem?"

Mama yang sejak tadi memperhatikan tingkah putri semata wayangnya itu bertanya.

Gaby mengedikkan bahu, "Ya, gitu"

"Masalah apa kali ini?"

"Gitulah, Ma. Intinya yang namanya Lucas Arya Bimasena itu super duper ngeselin! Aku benci dia!"

"Huss.. nggak boleh gitu. Coba disamperin dulu anaknya, mana tau dia mau jelasin sesuatu"

"Nggak ah, nggak ada yang perlu dijelasin. Aku nggak perlu ketemu dia"

"Tapi kasian loh udah satu jam dia nunggu di luar, mana sebentar lagi mungkin bakal turun hujan"

Apa yang Mama bilang memang benar, karena sejak tadi Gaby mendengar suara gemuruh yang terus bersahutan serta awan hitam dan udara dingin yang terasa di kulit.

Gaby kembali menyibak sedikit tirai untuknya mengintip, sudah dia duga Lucas masih berada disana, hanya mengenakan kaos putih dan celana jeans. Cowok itu juga hanya membawa motor merahnya dibanding mobil.

"Bodoh! Udah tau mau hujan malah bawa motor, nggak pake jaket pula" decak Gaby merasa kesal sendiri.

Mama yang sedang asik membaca majalah fashion di ruang tamu itu menggelengkan kepalanya heran. "Kalaunya khawatir mending disamperin sana"

"Aku nggak khawatir!" Gaby menoleh cepat ke Mamanya sebelum akhirnya buang muka setelah menyadari wanita itu tertawa.

"Kamu itu nggak bisa bohongin mama, terbaca jelas dimuka kamu kalau kamu itu sebenarnya khawatir sama Lucas"

"Nggak, Ma!"

Helaan napas Mama tunjukkan sebagai respon mungkin sudah lelah mendebat Gaby, "Oke, terserah" wanita itu meletakkan majalahnya di atas meja, sebelum pergi ke kamarnya Mama berkata pada Gaby. "Payung ada di belakang pintu"

"Buat apa?"

"Siapa tau pas hujan kamu berubah pikiran"

Gaby yang mengerti maksud Mamanya itu lantas berdecak sebal, "aku nggak bakal berubah pikiran!" serunya karena Mama sudah naik ke lantai dua rumahnya.

"Ish!" Gaby hentakkan kakinya ke lantai sambil tangannya terlipat di dada.

Gaby kesal, tapi juga tidak bisa bohong kalau dia memang khawatir. Terlebih hujan sudah mulai turun sekarang, dan Lucas dengan kebodohannya yang tidak terbatas itu masih betah berada di sana. Kali ini duduk bersandar ke pagar rumah.

[1] Boyfriend { Bobrok } ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang