Lucas melangkahkan kakinya menuruni anak tangga, bahunya nampak turun dengan wajah cemberut. Dia sedang tidak berada dalam mood yang baik. Sejak marahan sama Gaby, Lucas jadi uring-uringan dan bawaannya pingin marah-marah mulu. Ditambah sekarang dia lapar.
Helaan napas berat ia hembuskan kala tak mendapati sesuatu pun yang dapat dimakan di dalam kulkas, biasanya kalau sudah begini maka Gaby-lah yang bertugas membelikan bahan-bahan makanan dan mengisi kulkasnya hingga penuh.
Mendadak Lucas kangen Gaby.
Matanya melirik jam dinding di ruang tamu, sudah menunjukkan pukul sembilan malam dan Lucas terlalu malas keluar rumah guna mencari sesuatu yang bisa dimakan. Ia kemudian merogoh saku celananya untuk mencari ponsel, berniat memakai jasa go-food jika saja suara bel pintu tidak menginterupsi.
"Ngapain?" Tanyanya tanpa selera begitu melihat orang yang begitu ia kenal berdiri di depan pintu.
"Asem banget itu muka" seloroh Mark yang main asal masuk ke rumah Lucas, lalu duduk santai di sofa sambil nyalain TV. Udah berasa kayak rumah sendiri.
Lucas merotasikan bola mata tapi nggak komentar apa-apa, sejenak dia lupa niat awal yang pingin mesan makan di go-food dan ikut duduk di sebelah Mark.
"Nih"
Mark mengulurkan plastik putih di depan wajah Lucas, kalau dari aromanya sih udah ketebak kalau itu makanan.
"Nasi goreng doang nih?" Komentar Lucas begitu buka pembungkus nasinya.
"Ya terus? Lo mau gue beliin makanan mahal dari restoran M sama lilinnya biar bisa sekalian candle light dinner gitu?"
"Nggak gitu juga!" Lucas menyanggah, geli sendiri dia bayangin candle light dinner-an bareng Mark. Marahan sama Gaby nggak bikin Lucas frustasi sampai harus belok dari kodratnya kali.
"Yaudah sih, masih mending gue beliin makanan." Begitu kata Mark sambil mainin remote TV.
"Tumben, lagi kena angin apa nih?" Lucas menyuap nasi gorengnya pake tangan, nggak pake sendok dan nggak cuci tangan juga.
Mark sampai mandang jijik temannya itu. "Cuci tangan dulu kek, jorok amat!"
"Nggak usah komen, gue laper ini dari siang belum makan."
"Miris gue liat lo, efek putus cinta sebegini banget." Mark berdecak sambil menggelengkan kepala. Mendadak dia teringat sesuatu.
"Tadi siang gue ketemu Winwin di perpus"
Lucas cuman diam, asik makan. Bikin Mark yang niatnya cerita malah jadi kesel.
"Dengerin gue nggak sih!"
"Telinga gue di depan mulut noh!" Seru Lucas sambil nunjukin telinganya pake jari. "Emang apa istimewanya sih lo ketemu Winwin di perpus!"
"Gue belum selesai cerita ya monyet!"
"Yaudah terusin"
"Terus waktu dia ke toilet ponselnya geter, ada chat LINE yang masuk. Lo tau dari siapa?" Mark sengaja menggantungkan kalimatnya meminta Lucas buat nebak.
"Emaknya kali" jawab Lucas santai
"Bukan bego! Tapi dari Gaby"
Uhuk!
Lucas langsung ngacir ke dapur buat nyari minum, saking paniknya karena tersedak Lucas jadi salah nekan tombol dispenser, alhasil dia langsung megap-megap karena bibir dan lidahnya terbakar gara-gara nggak sengaja keminum air panas.
Lucas langsung nekan tombol dispenser yang ice terus minum airnya hingga tenggorokannya tidak sakit lagi. Cowok itu kembali ke ruang tamu dengan Mark yang cengo ngeliatin dia.
"Ngapain Gaby ngechat Winwin?"
"Masalah foto Gaby yang diambil Winwin diam-diam, kalau diliat dari chat-nya sih keliatan banget kalau mereka udah akrab. Minggu lalu juga mereka ke pasar malam bareng"
Lucas nggak jawab, keliatan kayak lagi mikirin sesuatu.
"Winwin suka sama Gaby"
"Udah tau"
"Seriusan?" Mark ngeliatin Lucas pake mata bulatnya karena kaget, gimana bisa Lucas bilang kayak gitu dengan santainya.
"Keliatan dari matanya tiap kali liat Gaby." Jelas Lucas sambil natap nasi gorengnya yang tinggal sedikit itu tanpa selera. "Terus gue harus gimana Mark?"
"Kok tanya gue, ya baikan aja sana"
"Susah"
"Apa susahnya sih ketimbang bilang minta maaf doang"
"Kalau nggak dimaafin gimana?"
Mark ngedecak. "Yaudah sih, dicoba aja belum"
"Kalau udah dicoba tapi tetap nggak dimaafin?"
Rasanya Mark pingin mukul kepala Lucas pakai remote TV yang lagi dia pegang.
"Bodo ah!"
"Tapi gue masih rada kesal sih kalau ingat si bangsat itu" Lucas menopang dagunya dengan tangan.
"Bangsat mana?"
"Itu, teman cowoknya si Gaby. Kayaknya mereka lumayan akrab" Cowok itu menghela napas berat. "Susah emang punya pacar cantik, banyak yang deketin"
"Jadi gara-gara dia lo marahan sama Gaby?" Tebak Mark tepat sasaran.
Lucas ngangguk sambil nerusin makan nasi gorengnya yang tinggal dikit.
"Emang gimana ceritanya?"
"Gue nuduh dia suka sama Gaby, terus gue juga sempat nonjok mukanya waktu dia nganterin Gaby pulang"
"Kok lo tonjok sih?!"
"Ya abis gue kira dia mau nyosor cewek gue, makanya gue langsung emosi terus nonjok mukanya. Taunya cuman niupin mata Gaby yang lagi kelilipan" nada suara Lucas melemah di akhir kalimat.
"Kalau kayak gitu mah pantes Gaby marah, mending Gaby nggak usah maafin lo aja deh sekalian"
"Ah, Mark!" Lucas cemberut. "Nggak nafsu makan lagi gue"
Mark melirik sinis bungkus nasi goreng di atas meja.
"Nasinya udah abis bege!"
Mau sekalian promosi nih, baca yuk cerita ku yang baru. Lucas nya masih ada kok cuman dia jadi mantan disana 😅
Silahkan di cek dan dibaca ya, kalau bisa vote dan komen sekalian. Aku baru update part 1 nya :)
Minggu, 21 Juli 2019
With Love ❤️
-ApriLyraa-
KAMU SEDANG MEMBACA
[1] Boyfriend { Bobrok } ✓
FanfictionBoyfriend Series #1 "By" "Hm?" "Jangan senyum gitu" "Kenapa emang?" "Senyummu seolah mengajak untuk berumah tangga." Start: 20 Januari 2019 End : 26 Februari 2020 Copyright ©2019 by ApriLyraa