29. Crying

1.4K 177 0
                                    

Sejak kejadian di sushi tei, Gaby memutuskan untuk langsung pulang dengan ojek yang kebetulan mangkal di depan pusat perbelanjaan. Gaby hanya ingin segera sampai ke rumah dan menangis sejadinya.

Dia sempat bertemu dengan Winwin yang ternyata mengejarnya sampai ke lobi, cowok itu berniat mengantarkannya pulang tapi Gaby menolak. Dalam keadaan yang seperti ini, ia tidak ingin bertemu dengan siapapun. Termasuk dengan Winwin.

Sesampainya di rumah Gaby langsung menuju kamarnya dan mengabaikan seruan Mama yang khawatir akan kondisinya saat ini, beliau pasti kebingungan melihat anak semata wayangnya pulang dalam keadaan mata sembab. Tapi Mama cukup mengerti untuk tidak mengganggunya saat ini dan membiarkan Gaby mengurung diri di kamar.

"Sumpah ya, lo tuh cewek paling murahan yang pernah gue ke--"

Kalimat itu kembali terngiang di kepala Gaby, membuat wajah yang belum sepenuhnya kering dengan air mata kembali basah dalam hitungan detik.

Gaby marah, kesal, dan juga kecewa pada Lucas. Tapi Gaby lebih benci pada dirinya sendiri yang bahkan tidak mampu membenci cowok itu selepas dari ucapan menyakitkan yang dilontarkannya beberapa jam yang lalu.

Apa sebenarnya yang dipikirkan Lucas, apa cowok itu tidak sadar bahwa ucapannya itu begitu menyakiti hati Gaby?

Mungkin di masa lalu dia terlewat sering mendengar kata hinaan dan tatapan merendahkan yang ditujukan padanya, tapi ucapan Lucas jauh menyakitkan dari itu semua, terlebih cowok itu adalah orang yang paling Gaby cintai setelah orang tuanya.

Tapi bagaimana bisa orang yang ia cintai justru orang yang sama yang menyakiti perasaannya.

Gaby ingin berteriak memaki Lucas, tapi nyatanya ia tidak mampu melakukan apapun selain menangis dan melampiaskan rasa kesalnya pada Teddy Bear yang sekarang tergeletak tak berdaya di lantai kamar. Boneka itu selalu menemani Gaby tidur setiap harinya, tapi mulai malam ini ia akan meminta Mama untuk menyingkirkannya.

Hingga tiga hari berlalu semuanya masih sama, rasa sakit setiap kali Gaby teringat ucapan kasar Lucas masih terasa, tapi kali ini ia tidak lagi menangis. Air matanya sudah kering, dan dia sudah terlalu lelah membuang tenaganya untuk menangis.

Tapi bukan berarti Gaby baik-baik saja, karena jauh di dalam hatinya ia masih menangis, tanpa air mata.

"Aku berangkat dulu" pamit Gaby dan menyalami tangan Mama, mereka baru selesai makan siang bersama, tanpa Papa karena beliau masih berada di kantor.

"Gaby" panggilan Mama menghentikan langkah Gaby yang berniat pergi, dia menoleh dan mendapati Mama memandanginya dengan sorot mata khawatir.

Sejenak Gaby merasa bersalah karena sudah membuat wanita yang begitu ia sayangi itu khawatir, tapi Gaby juga tidak sedang berada dalam keadaan ingin menceritakan keluh kesahnya pada siapapun.

Cukup lama Mama memandanginya tanpa suara, hingga suara klakson motor yang Gaby yakini milik ojek online yang barusan dia pesan sudah datang.

Mama tersenyum lembut dan berkata dengan suara pelan namun masih sampai ke telinga Gaby.

"Semangat"

Itu katanya, entah ditujukan pada Gaby yang hendak pergi ke kampus atau justru bentuk semangat atas masalah yang Gaby hadapi sekarang.

Yang pasti, Gaby hanya tersenyum membalas ucapan Mama lalu menutup pintu dan pergi ke kampus.

Setidaknya, sebentar saja Gaby ingin lupa dengan seseorang bernama Lucas Arya Bimasena.

Malamnya, Mark kembali berkunjung ke rumah Lucas, tapi kali ini tidak membawa nasi goreng seperti sebelumnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Malamnya, Mark kembali berkunjung ke rumah Lucas, tapi kali ini tidak membawa nasi goreng seperti sebelumnya.

Mark tidak menduga ia akan menemui Lucas sedang duduk di depan pagar rumahnya, cowok itu melirik ke pagar yang sedikit terbuka. Sempat mengira kalau temannya itu tidak bisa masuk ke rumah karena kehilangan kunci pagar, yang ternyata tidak.

Matanya memicing begitu menyadari kalau jari tengah dan telunjuk Lucas sedang mengapit sesuatu seperti... rokok?

"Ngerokok lagi?" Itu sapaan pertama yang ia lontarkan pada Lucas. Temannya itu hanya mendongak sebentar kemudian berdehem.

Sebenarnya sejak berpacaran dengan Gaby, Mark nyaris tidak pernah melihat Lucas merokok lagi. Sebab Gaby tidak menyukai laki-laki perokok, atau lebih tepatnya tidak tahan dengan asap rokok yang kerap kali membuatnya batuk. Jadi Lucas memutuskan untuk berhenti, tapi sekarang dia mengulangi kebiasaan lamanya. Makanya Mark sempat heran.

Tanpa sengaja dia mendapati sekitar lima bungkus rokok di tempat sampah tak jauh darinya, matanya kemudian berpindah pada kotak rokok dengan merk yang sama di sisi tubuh Lucas.

Matanya langsung membulat kaget begitu menyadari sesuatu.
"Astaga, lo niat bunuh diri apa?!" bentaknya meraih kotak rokok yang masih banyak isinya itu lalu melemparkannya ke aspal, menginjak rokok-rokok itu dengan sepatu converse yang ia gunakan. Tidak sampai hancur memang, tapi cukup membuat Lucas untuk tidak menggunakan rokok itu.

Lucas tidak mengatakan apa-apa, cowok itu hanya memandang kosong ke arah rokok yang sekarang berceceran di sekitar kakinya kemudian menyembunyikan wajahnya di antara lipatan lutut.

Hal itu sempat membuat Mark terperangah untuk sesaat, karena kalau dia tidak salah liat, setetes air mata sempat jatuh dari mata Lucas.

Cowok itu menangis, lagi.

Guncangan kecil dari bahu Lucas menyadarkan Mark kalau apa yang ia liat barusan bukanlah kesalahan, cowok itu benar-benar menangis dan ini kali pertama Mark melihat temannya menangis setelah hampir empat tahun mereka berteman

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Guncangan kecil dari bahu Lucas menyadarkan Mark kalau apa yang ia liat barusan bukanlah kesalahan, cowok itu benar-benar menangis dan ini kali pertama Mark melihat temannya menangis setelah hampir empat tahun mereka berteman.

Mark mendesah pelan sebelum ikut mendudukkan dirinya di samping Lucas.

"Bodoh. Gue bodoh banget"

Mark baru berencana membuka mulut saat suara Lucas kembali terdengar.

"Nggak seharusnya gue ngomong gitu ke dia, pasti sekarang dia benci banget sama gue"

Disampingnya, Mark tidak bicara apapun. Membiarkan Lucas mengutuk dirinya sendiri dengan kata-kata makian yang keluar dari mulutnya.

Mark mungkin tidak bertanya apa yang terjadi, tapi dia kelewat peka membaca situasi kalau temannya ini pasti sedang bermasalah dengan Gaby. Setidaknya itu yang Mark simpulkan meski lengkapnya ia tidak mampu menebak.

Sejujurnya dia bukanlah orang yang mampu memberikan kata-kata bijak untuk menenangkan temannya, Mark benar-benar tidak memiliki keahlian dengan itu.

Sehingga yang bisa ia lakukan hanyalah merangkul Lucas, menepuk pelan bahu temannya itu dan menegaskan bahwa 'ia berada disini untuk mendengarkan keluh kesahnya'.

Sehingga yang bisa ia lakukan hanyalah merangkul Lucas, menepuk pelan bahu temannya itu dan menegaskan bahwa 'ia berada disini untuk mendengarkan keluh kesahnya'

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Senin, 29 Juli 2019

With Love ❤️
-ApriLyraa-

[1] Boyfriend { Bobrok } ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang