54. Goyah

1.2K 126 0
                                    

Entah untuk yang keberapa kalinya Gaby bersin pagi ini. Ia membersit hidungnya dengan tisu di atas meja makan, hidungnya memerah dengan wajah yang pucat.

Mama yang semula duduk berhadapan dengannya itu mencondongkan tubuh agar bisa menyentuh dahi Gaby yang panas. "Kan, demam. Udah deh mending kamu bolos aja kuliah pagi ini"

"Yah, Ma. Masa anaknya mau kuliah disuruh bolos?" kata Gaby dengan suara bindeng khas orang flu.

"Bukan gitu, tapi ini kan kamu lagi sakit"

"Nggak apa-apa, Ma. Hari ini kuliahnya cuman satu matkul kok, tiga sks pula. Sayang kalau nggak masuk, apalagi dosennya tuh sering banget absen"

"Tapi nanti selesai kuliah langsung pulang ya"

Gaby mengangguk, lagipula dalam keadaan tidak sehat begini mana berselera Gaby keluyuran kemana-mana.

"Yaudah aku berangkat dulu" Gaby mendekat, mencium punggung tangan Mamanya.

"Hati-hati. Taksinya udah dipesan?" Mama bangkit untuk membenarkan resleting jaket yang dikenakan Gaby.

"Udah, lagi nunggu di luar. Dah, Ma~"

"Payungnya jangan lupa dibawa!" Seru Mama saat Gaby sudah mencapai pintu.

"Nggak usah, nggak bakal hujan juga!" Jawab Gaby sambil melambaikan tangan sebelum tubuhnya hilang saat ia menutup pintu.

Haikal sudah dibuat terheran-heran sesaat setelah ia masuk kelas dan mendapati Gaby yang sedang menelungkupkan kepalanya di lipatan tangan, dan jangan lupakan jaket tebal yang digunakannya semakin membuat cewek itu kelihatan mencolok

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Haikal sudah dibuat terheran-heran sesaat setelah ia masuk kelas dan mendapati Gaby yang sedang menelungkupkan kepalanya di lipatan tangan, dan jangan lupakan jaket tebal yang digunakannya semakin membuat cewek itu kelihatan mencolok. Ia mendekat lalu duduk di kursi kosong samping Gaby.

"Ngapa lu?" Tanya Haikal sambil mengeluarkan permen kaki dari mulutnya.

Gaby nggak ngerespon, bikin Haikal diserang rasa khawatir. "Gab, masih hidup kan?"

"Berisik Kal, suara lo bikin kepala gue sakit!" sahut Gaby pelan namun masih bisa didengar cowok itu.

"Kenapa sih?" Haikal mendorong bahu Gaby, pelan aja sih tapi sukses bikin Gaby bangun dan memasang wajah kesal. Haikal langsung melotot, "Astaga, mirip mayat! Pucet banget muka lo, sakit?"

Abis ngatain gitu tangan Haikal terulur untuk mengecek suhu tubuh Gaby. "Panas," desisnya sambil menjauhkan tangan dari kening Gaby. "Sakit ya?"

"Menurut lo?" Gaby bertanya balik, jelas sekali terlihat kesal.

"Hehe, lagi sakit aja masih galak gitu. Mau permen?" Haikal ulurin permen kaki di tangannya.

"Ih, jorok Haikal. Itu bekas lo!"

"Eh, salah. Yang ini maksudnya" cowok itu nyengir sambil menyerahkan permen kaki yang masih terbungkus dari saku jaketnya. "Kalau lagi sakit lidahnya pasti pahit, mending makan permen. Apalagi makannya sambil liatin gue, manis pasti, hehe"

[1] Boyfriend { Bobrok } ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang