34. Mama

1.7K 170 0
                                    

Dari dulu rumah Lucas memang tidak begitu ramai karena hanya diisi berdua saja dengan Bunda, tapi tidak ada satu hari pun yang terlewat tanpa makan bersama. Sejak Bunda meninggal, Lucas hampir setiap hari makan tanpa ditemani siapapun.

Tujuh tahun berlalu seharusnya ia sudah terbiasa, tapi nyatanya sepi selalu terasa. Tidak heran kenapa ia selalu mengajak Gaby untuk makan bersama, entah itu diluar ataupun di kantin fakultas. Kadang sesekali numpang makan di rumah Gaby, apapun asal dia tidak makan sendiri.

Lucas benci merasa kesepian, karena rasa sepi selalu membuatnya teringat akan bunda. Ia tidak membenci Bunda yang meninggalkannya, tapi Lucas benci tiap kali mengingat bunda wanita itu tidak ada disini untuk bisa ia peluk seperti dulu.

Memang benar kata orang, fase tersulit saat ditinggalkan adalah ketika rindu menyapa tapi tidak lagi bisa berjumpa.

Tapi khusus untuk hari ini berbeda, Lucas memang tidak makan bersama Gaby maupun orang tuanya. Melainkan bersama Mama juga Hendery yang kebetulan juga ikut bersama.

Wanita yang Lucas panggil mama memang bukan ibu kandungnya, melainkan adik dari bunda Lucas.

Dari kecil Lucas memang cukup dekat dengan adik bundanya itu, sehingga tidak merasa canggung lagi saat wanita itu menyuruhnya untuk memanggilnya mama dan menganggap sebagai mamanya sendiri. Wanita berumur tiga puluh sembilan tahun itu yang sampai sekarang membiayai hidup Lucas.

Sering kali Lucas merasa tidak enak hati jika harus terus bergantung pada Mama, terlebih beliau juga memiliki kehidupannya sendiri. Mama menikah dengan seorang pengusaha asal Macau dan sekarang menetap disana, beliau juga memiliki dua orang anak. Satu anak laki-laki seumuran Lucas bernama Hendery, dan satunya lagi perempuan yang umurnya sekitar sepuluh tahun bernama Hailyn yang sayangnya tidak dibawa kemari.

Lucas dan Hendery tidak begitu dekat sebenarnya karena tiap kali Mama ke Jakarta Hendery jarang sekali ikut, hanya pernah beberapa kali saja bertemu.

Lucas tidak memiliki ayah. Setidaknya itu yang selalu dia katakan tiap kali ada yang menyinggung keberadaan laki-laki itu. Bunda tidak pernah bercerita tentang ayah, dan cenderung menghindari pembicaraan yang berkenaan dengannya. Bunda juga tidak punya foto ayah ataupun bukti keberadaannya.

Awalnya Lucas selalu bertanya pada bunda dimana sang ayah berada, namun raut murung bunda selalu terlihat tiap kali ia bertanya, hal itu buat Lucas jadi tidak tega dan berhenti menyinggung tentang Ayah.

Sampai sekarang, Lucas selalu menganggap kalau ia memang tidak punya ayah.

Lagipula, Lucas baik-baik saja tanpa Ayah.

"Lucas..."

Sapaan lembut mama buat Lucas tersadar dari lamunan.

"Ya, Ma?"

"Jangan melamun, dimakan nasinya"

Lucas berdehem sambil menyuap makanan buatan mama.

"Maaf mama baru bisa berkunjung sekarang, kerjaan banyak banget" katanya menatap Lucas dengan pandangan bersalah.

Lucas sangat mengerti, Mama adalah orang sibuk yang jangankan berkunjung ke Jakarta untuk menemuinya. Menikmati liburan bersama keluarga saja belum tentu bisa, sehingga Lucas tersenyum maklum menanggapinya.

"Nggak apa-apa, Ma. Aku ngerti."

"Kami akan menginap disini selama tiga hari, gimana kalau kita manfaatkan waktu tiga hari itu untuk berjalan-jalan? Menikmati waktu bersama" Mama memandang Lucas dan Hendery bergantian, wajahnya yang masih terlihat cantik diujung tiga puluhan itu nampak bersemangat sekali.

[1] Boyfriend { Bobrok } ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang