Setelah memeriksa Britney dengan telaten dan hati-hati , Mahesa kembali melingkarkan stetoskop di leher nya.
Britney masih menatap Mahesa dengan heran , apa ada dokter spesialis jantung yang semuda dia ? Apa mungkin kepintarannya seperti dokter Hendy yang sudah menangani nya dari ia masih balita ? Tapi ia tidak perduli yang penting diri nya bisa sembuh dengan siapapun dan bagaimanapun dokter yang akan mengawasi kesehatan nya."Kenapa kamu ngeliatin saya seperti itu ?" Tanya Mahesa menyadari sedari tadi di perhatikan oleh Britney
"Engga.." Britney mengalihkan pandangannya sedikit salah tingkah.
"Sudah ketangkep basah masih saja ngelak ya" cibir Mahesa
"Ih saya semakin yakin kalo anda itu bukan dokter beneran , pasti anda dokter gadungan kan, licik ya bisa masuk rumah sakit se-elit ini" ucap Britney dengan wajah polos nya sambil menatap Mahesa , membuat Monic dan suster Bella lagi-lagi menggelengkan kepala nya.
"Britney gaboleh ngomong kaya gitu nak, dokter Mahesa ini dokter yang dari siang tadi nanganin kamu waktu kamu anfal" ucap Monic lembut pada putri kesayangannya itu.
"Yasudah Bu setelah saya periksa tadi kondisi putri ibu ini sudah jauh membaik di banding tadi siang , semoga besok pagi sudah bisa kembali ke rumah ya , tapi ingat jangan capek-capek dulu" ucap Mahesa pada Monic dengan ramah
"Baik dokter terimakasih ya"
"Sama-sama , kalo gitu saya permisi ya Bu" ucap Mahesa beranjak meninggalkan ruang rawat Britney di ikuti oleh suster Bella .
***
Gema sudah tiba terlebih dahulu di kafe tempat ia janjian dengan Dava , sengaja malam ini ia memesan americano agar bisa mengusir rasa ngantuk nya , sambil menunggu Dava datang Gema sibuk dengan pikirannya sendiri, ia ingat kejadian sedari siang tadi sampai malam bersama Britney, sebelum nya ia tidak pernah sama sekali bisa mempunyai waktu berdua dengan Britney seperti tadi, perasaan nya kacau tidak tahu mau senang atau sedih mungkin perasaan itu sudah menjadi satu bahkan ada sedikit rasa kecewa juga karna menyadari Britney tidak akan pernah mungkin memiliki rasa pada nya .
Tiba-tiba saja pikirannya beralih pada kesehatan Britney , sampai malam ini gema masih belum tau hal apa yang sebenarnya terjadi pada Britney, Apa Britney sakit ?
Ingin rasanya untuk berhenti perduli pada Britney karna ia tau semakin ia perduli itu hanya semakin menyakiti diri nya sendiri, tapi rasanya untuk berhenti perduli sangat sulit bahkan gema sudah janji pada Britney untuk tidak akan meninggalkannya di saat Britney rapuh seperti tadi .
Tanpa sadar gema menjambak rambut nya sendiri seperti orang gila , kepalanya terasa mau pecah karna sibuk dengan pikirannya sendiri."Woi , lo kenapa Gem" Dava memukul pundak gema , ia bingung melihat tingkah temannya itu yang sedang menjambak-Jambak rambut nya sendiri
"Kapan lo dateng ?" Tanya gema bingung melihat Dava yang tiba-tiba sudah berada di samping nya .
"Gue dateng aja lo gak tau , kayak lagi Frustasi banget si lo" ucap Dava sambil menyeruput minum yang ia pesan tadi .
"Engga juga sih, biasa lah anak muda" ucap gema dengan santai nya .
"Alah ga bisa bohong lo di depan gue Gem , gue udah tau lo"
"Ya tapi gk Frustasi juga" ucap gema, Dava tertawa melihat tingkah temannya malam ini , seperti nya tadi dia yang bilang sedang penat pada gema tapi sepertinya malam ini gema terlihat lebih penat dari diri nya .
"Kayak nya tadi gue deh yang bilang kalo gue lagi penat makanya gue ngajak lo ngopi , tapi ternyata kayak nya lo lebih penat dari gue , muka lo kusut banget kayak benang layangan telap" ucap Dava sedikit meledek temannya itu
"Rese lo"
"Gue tau ni , pasti Britney lagi kan ?" Tebak Dava melirik gema sambil menaikan sebelah alis nya
"Tebakan lo emang gak pernah salah dav"
"Kenapa lagi tuan putri lo itu ?"
"Gue gak bisa berhenti perduli sama dia dav , semakin kesini ada aja hal yang bikin gue stay , setiap gue capek dan berniat buat berhenti tapi di saat itu juga takdir seakan ngirim gue buat bantu dia" ucap gema serius pada Dava
"Semakin lo perduli semakin lo nyakitin hati lo sendiri Gem" ucap Dava
"Gue paham itu"
"Sekarang hal apa lagi yang bikin lu tetap mau stay kaya gini ? Sedangkan Britney aja gak pernah sama sekali perduli sama lo"
"Britney sakit dav" jawab gema mampu mengalihkan pandangan Dava yang sedang sibuk dengan cemilan yang ia pesan tadi .
"Sakit ?" Tanya Dava mengerutkan kening nya. "Sakit magh ? Pusing ? Flu ? Yaampun gue juga 2 hari lalu Flu tapi gak ada yang perduli" sambung nya kembali menyantap cemilan nya .
"Gue serius , feeling gue Britney sakit yang cukup fatal" ucap gema
"Ah itu perasaan lo aja kali , pasti gara-gara dia pingsan tadi kan ? Paling dia kecapean Gem jangan suka berfikir yang enggak-enggak dulu ah" mendengar ucapan Dava, Gema hanya diam entah apa lagi yang ia harus bicarakan agar dava yakin kalo Britney sakit , namun rasanya akan sia-sia karna gema belum punya bukti , tetapi ia yakin feeling nya ini tidak mungkin salah .
****
Malam telah berlalu , pagi ini Alana terlihat sedang sibuk membaca novel di taman belakang kampus nya , karna jam masuk kelas pertama masih cukup lumayan lama , maka alana habiskan waktu nya untuk melanjutkan membaca novelnya , Alana salah satu gadis yang sangat mencintai dunia Fiksi berbeda dengan Britney yang tidak terlalu suka membaca cerita khayalan seperti di novel-novel .
"Na,,"
"Gema ?" Ucap alana mendongak melihat ada gema tepat di depannya , segera ia menutup novel nya dan mempersilahkan gema untuk duduk di samping nya. "Ada apa ?" Sambung nya
"Gimana kondisi Britney ?" Tanya Gema yang kini sudah duduk persis di samping alana.
Mendengar pertanyaan Gema, alana mengerutkan kening nya karna yang ia tahu kemarin yang menemani Britney di ruang ICU itu diri nya bukan alana , lalu kenapa gema bertanya . "Loh Gem , kan yang kemarin di sana itu lo bukan gue"
"Lu ga ada komunikasi emang sama Britney ?" Tanya gema lagi
"Semalem sih gue sempat nanya keadaan dia , tapi katanya udah baik-baik aja, dan kalo bisa hari ini dia udah bisa pulang"
"Syukurlah" kali ini gema bisa sedikit bernafas lega .
"Perasaan lo masih belum berubah buat Britney Gem ?" Tanya alana memandang gema dengan pandangan serius .
"Setiap kali gue mau nyerah, takdir seakan mengantar langkah gue untuk terus ada di samping dia , walaupun gue tau kehadiran gue pun ga pernah di arepin sama dia" ucap gema dengan nada sendu nya , sikap gema 2 hari ini berhasil membuat Britney dan alana menggelengkan kepalanya tidak percaya , bertahun-tahun mengenal gema , baru ini gema menunjukan sisi serius nya . "Tapi na , gue sekarang gak akan ngarepin Britney untuk suka sama gue , gue mau terus jadi temen dia tanpa ada rasa risih ataupun ilfil karna perasaan gue , gue mau dia nyaman temenan sama gue , dan gue gak perduli gimana perasaan gue. Yang gue mau Britney baik-baik aja apapun dan gimana pun kondisinya" sambung nya kini berhasil membuat alana diam seribu bahasa , alana tidak menyangka orang yang selama ini selalu adu bicara dengan nya bisa bicara setulus ini , dengan raut wajah yang sebelum nya alana belum pernah lihat , gema kali ini benar-benar berubah , tidak lagi menujukan sikap konyol nya pada alana maupun Britney .
"Suatu saat jika emang udah takdir nya , Tuhan pasti bantu gerakin hati Britney buat buka hati ke lo Gem , kalopun engga, pasti Tuhan pasti punya lebih baik buat lo" ucap alana kini juga dengan Nada serius nya
Belum sempat gema menjawab perkataan alana , jam sudah menujukan pukul 08.30 tanda materi kuliah pertama akan segera di mulai , dengan cepat gema bangun dari duduk nya sebelum dosen masuk ke dalam ruang kelas nya terlebih dahulu .
"Udah lah nanti lagi bahas hal kaya gini , ke kelas yuk sebelum Mrs.Nadya masuk duluan" ucap gema mengajak alana bangun dari duduk nya dan di jawab anggukan oleh alana , mereka segera bergegas menuju ruang kelas nya untuk mengikuti materi pertama hari ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
MALAIKAT TANPA SAYAP
RomanceMalaikat tidak selamanya memiliki sayap . Contoh nya kamu.. mungkin bagi ku hanya kamu satu-satu nya malaikat berbalut jas dokter . Terimakasih telah merawat ku dengan penuh kasih sayang, sampai akhir tarikan nafas terakhir ku berhembus di dalam d...