33 - GELISAH

44 5 0
                                    

"Hai" sapa nya dengan tatapan menerawang . Britney mengangkat kepalanya untuk balas menatap perempuan yang kini berdiri tegap di hadapannya . Dengan rasa bingung ia bangun dari duduk nya menjejerkan posisi nya berhadapan dengan perempuan tersebut, perempuan yang berhasil menyita rasa penasarannya karna sudah membawa-bawa nama kekasih nya .
Dengan ragu ia memberanikan diri untuk membuka mulut nya. "Maaf, anda kenal sama saya ?" Tanyanya britney dengan ragu .

Perempuan yang di hadapannya hanya tersenyum sinis, memperhatikan Britney dari ujung kaki sampai ujung kepalanya. "Kenalin gue maya, calon istri dokter Mahesa" ia mengulurkan tangannya .
Bukannya menerima jabatan tangan maya Britney justru menatap maya dengan raut wajah tidak percaya, ia tidak mengerti dengan perempuan yang ada di hadapannya saat ini .
Britney menyipitkan matanya , raut wajah nya sungguh tidak bisa di baca.

"Kok diem ? Lo pasien nya Mahesa kan ? Gak boleh sombong sama calon istri dokter lo sendiri" ucap maya lagi dengan penuh percaya diri semakin membuat Britney bergidik tidak mengerti .

"Maaf, anda salah orang sepertinya. Sudah jelas saya pacar dari dokter Mahesa" ujar Britney .

Maya semakin menyeringai, memandang Britney dengan tatapan rendah. "Mahesa gak mungkin mau sama cewek penyakitan kaya lo , jangan mimpi . Dari pada lo penuh halu mending lo fokus sama penyakit lo atau banyak-banyak berdo'a sebelum lo mati nanti. Kan penderita jantung umur nya gak mungkin panjang. Ups!" Ujar maya sembari menutup mulut nya dengan telapak tangannya. "Maaf ya gue kalo ngomong emang suka jujur." Sambung nya lagi masih memandang Britney dengan remeh.

Britney yang mendengar celotehan dari mulut maya menggelengkan kepalanya, emosi nya naik begitu saja . Ia semakin tidak mengerti dengan perempuan yang ada di hadapannya saat ini . Dengan susah payah ia menahan emosi nya , menahan amarah nya di dalam dada, walaupun hal itu sangat di larang untuk penderita kelainan jantung seperti dirinya . Ia tidak perduli sekalipun setelah ini penyakitnya kembali kambuh.

"Lo itu harusnya sadar diri, lo penyakitan , lo sekarat! Dan lo gak pantes buat Mahesa , udah jelas orang tua Mahesa mendukung hubungan gue sama Dia, bahkan sebentar lagi kita akan menikah . Dan lo" jari telunjuk nya mengarah ke arah Britney . Maya menunjuk Britney dengan tatapan tajam nya . "Lo cuma di jadiin mainan, sedangkan gue ? Gue yang di jadiin istri dan masa depan buat Mahesa . Karna gue beda sama lo , gue gak penyakitan kaya lo . Lo itu cuma bisa nya Nyusahin , jangan kebanyakan berharap buat di seriusin sama Mahesa . Oke ?" Ujar nya menekan nada bicaranya agar bisa di cerna baik-baik oleh Britney .

Ke-dua bola mata Britney memanas begitu saja. ia tidak tahu harus bicara apa pada perempuan asing yang ada di hadapannya saat ini . Bahkan Britney tidak kenal sama sekali dengan maya , namun kenapa bisa-bisa nya maya mengatakan kata-kata yang begitu menusuk pada nya ? Bahkan Mahesa tidak pernah sama sekali cerita tentang maya pada dirinya . Sebenarnya ada apa ? Apa yang Mahesa sudah sembunyikan dari dirinya ? Apa mungkin yang di lontarkan maya itu benar ? Apa mungkin Mahesa sejahat itu pada dirinya ? Semua Pertanyaan itu terputar di kepalanya . Ia tidak tahu harus berbuat apa saat ini selain menggelengkan kepalanya tidak percaya .

"Udah ya gue cabut , buang-buang waktu buat ngobrol sama orang penyakitan kaya lo . Bye!" Ujar nya sembari melambaikan tangan pada Britney dan berlalu begitu saja .

Setelah maya benar-benar berlalu dari pandangannya Britney kembali duduk dengan lemas, tulang-tulang di kaki nya terasa lunak begitu saja . Dada nya terasa sesak , kepalanya mendadak sakit memikirkan setiap kata yang keluar dari mulut maya tadi . Tanpa ia sadari bulir air mata nya menetes satu persatu di pipinya namun dengan cepat ia menghapus nya dengan jemari tangannya .

"Sayang maaf ya aku lama" muncul Mahesa menghampiri Britney yang sedang duduk menunduk . "Sayang , ayo mama udah nungguin dirumah" sambung nya .
Britney masih diam menunduk , ia tidak tahu harus menunjukan raut wajah seperti apa di hadapan Mahesa saat ini . Mendadak ada rasa benci di hatinya pada Mahesa jika mengingat tiap ucapan yang keluar dari mulut maya tadi .

MALAIKAT TANPA SAYAPTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang