31 - KHAWATIR

50 4 0
                                    

Britney semakin mengernyitkan kening nya ketika mendapati Mahesa dan Monic tertawa geli memandang nya, ia tidak mengerti dimana letak lucu nya hingga berhasil membuat ibu dan kekasih nya itu terkekeh geli seperti ini .

"Kamu lucu ya kalo lagi salah tingkah , pipi nya balapan sama warna apel USE" ujar Mahesa

"Gak usah Malu sama mama , kamu udah besar udah berhak untuk pacaran . Mama setuju kalo kamu dekat sama dokter Mahesa" Monic melebarkan senyum nya .

"Ah mama jangan bikin Britney jadi kayak orang gila gini dong" ucap nya kini pipinya semakin merona .

"Tante tenang aja ya , saya janji akan menjaga Britney . Saya gak akan menyakiti dia sekecil apapun itu. Dan maaf kalo belakangan ini Britney suka pulang telat karna pergi sama saya, tante tenang aja saya gak ajak Britney kemana-mana selain membuat dia senang" Mahesa kini memandang Monic dengan serius , sesekali ia melirik Britney yang mematung tanpa bersuara .

"Tante percaya sama kamu , jaga anak tante ya. Kamu sekarang salah satu alasan Britney bahagia . Makasih ya Mahesa" Monic tersenyum bahagia begitu juga dengan Mahesa .

"Yasudah kalo gitu saya pamit pulang ya udah malem , makasih tante buat waktunya" ujar nya sembari bangun dari duduk nya diikuti oleh Monic dan Britney .

"Sama-sama , lain kali main kerumah lagi ya"

"Iya tante" kini pandangan nya beralih menatap gadis kesayangannya . "Ney aku pulang ya , kamu istirahat . Jangan lupa diminum obat nya" ujar nya sembari mengacak puncak kepala Britney pelan.

Britney mengangguk pelan sembari tersenyum "makasih ya, hati-hati di jalan."

"Assalamualaikum"

"Waalaikumsalam"

Tidak lama sedan berwarna putih itu berlalu meninggalkan halaman rumah Britney. Saat itu juga Monic dan Britney masuk kedalam rumah entah mengapa hati Britney begitu terasa senang, hari ini ia cukup merasa bahagia, bahagia  yang sebelum nya belum pernah ia rasakan . Ia tidak tahu bagaimana cara nya berterimakasih pada Tuhan atas semua kebahagiaan yang menerpa kehidupan nya saat ini . Rasa nya sudah sangat malu jika ia harus selalu mengeluh tentang kehidupannya yang sejak dulu ia rasa tidak adil . Setelah tahu kehidupan gema yang ternyata tak kalah pahit dari hidup nya membuat ia tersadar jika kehidupan tidak ada yang sempurna . Di tengah ketidak sempurnaan  yang ia rasakan tiba-tiba saja takdir mempertemukan ia dengan laki-laki yang begitu berarti saat ini untuk diri nya, laki-laki itu yang sudah berhasil melengkapi ketidak sempurnaan hidup nya .

"Ney.." ucapan itu berhasil menghentikan langkah kaki Britney yang baru saja ingin menaiki anak tangga rumah nya .
Britney menoleh , memandang Monic yang berdiri di hadapannya dengan senyuman hangat nya , senyuman yang paling Britney suka dari ibu nya itu .

"Iya ma ?"

"Mama senang" Ucap nya dengan lembut.
Britney masih diam , entah harus bicara apa ia tidak tahu . Rasa bahagia itu berhasil menguasai diri nya . Namun bukan bahagia yang harus ia nikmati dengan sumringah atau tingkah heboh . Melainkan rasa bahagia yang berhasil membuat nya menjadi haru , tidak menyangka jika ia bisa merasakan cinta di hidup nya yang jelas sangat berbeda dari gadis-gadis lain yang sebaya dengan dirinya .
Di saat gadis seumur nya sedang asik menikmati masa mudanya dengan bahagia di luar sana dengan bersenang-senang berpesta , tak kenal lelah , tak kenal takut , dan sebagainya . Sedangkan Britney ia hanya menghabiskan waktu dengan berkuliah dan belajar dirumah . Namun setelah mengenal Mahesa kehidupan nya seakan berubah begitu saja , ia lebih merasa hidup , ia lebih merasa lengkap , dan ia merasa beruntung .
Hanya satu do'a nya saat ini , Ia tidak ingin kebahagiaan nya ini hanya bersifat sementara . Tuhan pasti sudah bosan mendengar doa nya setiap kali ia meminta agar bisa hidup berpuluh-puluh tahun lagi bersama cinta pertama nya . Mahesa bukan sebatas dokter untuk nya , melainkan melalui Mahesa ia tahu jika malaikat tidak selalu memiliki sayap.

MALAIKAT TANPA SAYAPTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang