Mahesa mengajak maya untuk mengobrol di ruangan nya. Entah apa yang ingin maya bicarakan lagi, sebetulnya ia tidak terlalu perduli, namun jika itu menyangkut Britney sebisa mungkin ia mencoba dengarkan.
"Jadi lo mau ngomong apa ?" Tanya Mahesa masih terdengar dingin .
"Gue mau minta maaf, maafin gue karna gue semuanya jadi kaya gini." Ucap maya dengan sungguh. Bisa Mahesa lihat di raut wajah maya benar-benar ada penyesalan.
Belum sempat Mahesa menjawab ucapan maya tiba-tiba saja perhatian nya beralih pada ponsel nya yang berdering mendandakan ada 1 panggilan masuk. Dengan cepat Mahesa melihat nama kontak yang terpajang di layar ponsel nya raut wajah nya seketika berubah, raut wajah nya kembali sendu.
"Hallo" ucap Mahesa dengan suara berat nya.
"Dokter Mahesa sudah dimana ? Kita sudah nunggu 2 jam tapi dokter belum datang juga. Takut makanan nya nanti jadi dingin dok." Ucap seorang laki-laki di sebrang telfon . Laki-laki itu yang sudah berkerja sama untuk membantu persiapan kejutan yang rencanakan Mahesa untuk Britney sore tadi .
Mahesa menghela nafas nya dengan berat, dadanya kembali terasa sesak. Bukankah seharusnya saat ini ia sedang berbahagia ? Tapi takdir seakan membolak-balikan kenyataan bayangan Bahagia itu terganti oleh air mata.
"Dokter ? Masih denger saya kan dok ?" Lagi-lagi suara laki-laki itu terdengar di telfon.
"Iya. Saya gak jadi datang kesana karna ada urusan mendadak. Kamu urus saja acara itu seterah mau gimana. Payment nya tetap saya yang bayar." Ucap Mahesa kemudian mematikan sambungan telfon itu.
Setelah sambungan telfon itu sudah benar-benar mati ia meletakan ponsel nya di atas meja kerjanya. Bisa maya lihat raut wajah Mahesa seakan menujukan isi hati dan perasaan nya saat ini.
"Mahesa, gimana keadaan Britney ?" Tanya maya lagi.
"Koma." Jawab Mahesa singkat.
"Tapi Britney masih bisa di selamatkan kan ?" Tanya maya lagi.
"Kenapa lo jadi sok perduli gitu sama Britney ?" Tanya Mahesa dengan tatapan tajam nya.
"Demi Tuhan gue nyesel udah jahat sama dia, Dan kejadian ini itu semua karna gue. Gue perempuan, sejahat-jahat nya gue, gue tetap punya perasaan, bahkan perasaan perempuan itu lebih lembut dari apapun. Gue bisa ngerasain kalo Britney emang yang terbaik buat lo. Gue emang cinta sama lo tapi Britney lebih berhak atas perasaan lo. Dan gue sadar keadaan gue saat ini, bahkan orang tua gue pun belum tentu masih mau anggep gue sebagai anak nya." Ucap maya sembari menundukkan kepalanya.
"Berhenti buat menyalahkan dan merendahkan diri lo sendiri." Ucap Mahesa .
"Maafin gue, Sa" suara maya terdengar kembali lirih .
"Gue udah maafin lo, bahkan dari dulu gue udah maafin lo. Tapi maaf kalo untuk kembali.." seketika Mahesa menghentikan ucapan nya
"Gue ngerti, dan gue gak akan maksa hal yang gak berhak gue dapetin. Gue tau Britney satu-satu nya perempuan yang pantes buat lo" maya menatap mata Mahesa dengan lekat. "Gue mohon perjuangin dia, gue yakin lo bisa." Sambung nya.
"Gue minta do'a lo"
"Pasti."
"Permisi dokter" ucap suster Bella sembari membuka pintu ruangan Mahesa. Sontak membuat maya dan Mahesa menatap ke arah nya. "Maaf saya ganggu"
"Ada apa, sus ?" Tanya Mahesa.
"Orang tua Britney menunggu di depan." Jawab suster Bella.
"Mahesa, gue pulang dulu ya. Besok gue akan datang lagi untuk jenguk Britney." Ucap maya sembari bangkit dari duduk nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
MALAIKAT TANPA SAYAP
RomanceMalaikat tidak selamanya memiliki sayap . Contoh nya kamu.. mungkin bagi ku hanya kamu satu-satu nya malaikat berbalut jas dokter . Terimakasih telah merawat ku dengan penuh kasih sayang, sampai akhir tarikan nafas terakhir ku berhembus di dalam d...