52 - TAMAN PEMAKAMAN.

36 3 2
                                    

"Iya maya.. kamu kenapa kok kaget gitu sih ?" Tanya Britney sembari memperhatikan raut wajah Mahesa .

"Enggak, aku kaget aja kamu mimpiin dia padahal kan kalian kenal baik belum lama." Ucap Mahesa masih fokus menyetir .

Britney terdiam sejenak sembari memukul-mukul dagu nya dengan jemari tangannya, seakan menujukan ia sedang berfikir . "Hm.. iya juga ya padahal aku kenal baik sama dia itu baru semenjak yang dia datang jenguk aku. Tapi aku juga gak tau kenapa, aku ngerasa kayak kangen banget sama dia. Aneh gak sih ?" Tanya Britney sembari menatap Mahesa dengan tatapan polos nya.

"Itu gak aneh, karna maya memang ada di dalam raga kamu sekarang ney. Ada sesuatu yang belum aku jelasin ke kamu tentang surat itu dan tentang siapa pendonor itu." Ucap Mahesa dalam hati nya dan mengabaikan pertanyaan Britney yang baru saja ia tanyakan.

"Mahesa ? Kok kamu malah bengong, ada apa sih ?" Tanya Britney sembari membuyarkan lamunan Mahesa .

Mahesa menepikan mobilnya ke tepi jalan. Tentu saja hal itu membuat Britney semakin bingung dengan sikap kekasih nya yang tiba-tiba aneh itu. Ada apa sebenar nya ? Tanya Britney berulang kali dalam batinnya.

"Loh ? Kamu ngapain berenti di sini ? Rumah aku masih lumayan jauh loh. Kamu mau ngapain ?" Lagi-lagi Britney bertanya kali ini dengan raut wajah bingung nya.

"Kamu mau ketemu maya ?" Jawab Mahesa kembali bertanya .

Britney mengernyitkan kening nya sejenak kemudian mengangguk . "Kamu tau maya di mana ? Oh iya pasti kamu tau rumah dia." Ucap Britney .

Mahesa mengangguk dengan seulas senyum tipis nya. "Aku antar ke rumah maya sekarang ya." Ucap Mahesa.

"Oke Ayuk."

Kemudian Mahesa kembali melajukan mobil nya tentu nya bukan rumah maya tujuan nya saat ini, melainkan rumah abadi maya yang sekarang lah tujuannya.

Setelah menghabiskan waktu selama hampir 25 menit akhirnya mobil Mahesa memasuki satu area yang bertuliskan "TAMAN PEMAKAMAN UMUM TANAH KUSIR" tentu saja hal itu membuat Britney lagi-lagi mengerutkan kening nya dengan bingung terlebih ketika ia melihat pemandangan kiri, kanan dan depan nya di penuhi oleh pemakaman umum yang tertata rapih.

"Mahesa ?" Ucap Britney yang masih memperhatikan jendela kiri mobil nya dengan pemandangan pemakaman umum itu.

"Apa sayang ?"

"Kamu mau ngapain ngajak aku kesini ?" Tanya Britney lagi.

Mahesa memarkirkan mobil nya di area parkir pemakanan, kemudian ia turun dari bangku pengemudi dan membuka kan pintu sisi kiri milik Britney. "Ayo sayang turun." Ajak nya setelah membuka pintu untuk Britney turun.

Dengan raut wajah bingung sekaligus perasaan yang tidak menentu Britney turun dari mobil . "Kita mau ngapain kesini ? Kamu bilang kamu mau ngajak aku ke rumah maya, tapi kok malah—

"Sstt.. udah sayang nanti kamu juga akan tau . Ayo" ucap Mahesa memotong ucapan Britney kemudian menggandeng tangan kekasihnya itu dan kemudian melangkah memasuki area pemakaman tersebut.

"Selamat sore pak, lagi di Bersihin ya makam nya ?" Tanya Mahesa dengan ramah menyapa bapak tua yang sedang membersihkan satu makam yang di tanam rumput hijau dengan rapih dan cantik.

"Sore mas .. iya nih mas saya lagi Bersihin makam nya neng maya, orang tua nya selalu titip pesan buat selalu di rawat makam anak nya ini. Maklum
Lah mas katanya anak satu-satunya ya , pasti di sayang banget." Ucap bapak tua itu.

Deg!!! Maya ? Apa Britney tidak salah lihat nama perempuan yang tertulis di atas batu Nisan itu ? "Maya Caroline"  dengan susah payah Britney mencoba mencerna apa yang sedang ia lihat saat ini di depan matanya.
Apa-apaan ini ? Sejak kapan maya meninggal ? Kenapa maya bisa secepat ini pergi padahal pertemanan mereka baru saja di mulai . Maya memang pernah berniat jahat dan bahkan pernah merendahkan Britney secara terang-terangan namun semua hal itu sudah Britney maafkan, justru Britney ingin sekali menjalin persahabatan dengan maya saat ini, tapi kenapa kenyataannya jadi seperti ini ? Tidak, Britney masih tidak mengerti dengan ini semua, kenapa Mahesa tidak pernah cerita apapun tentang hal ini padahal Mahesa tau tentang kepergian maya ini. Ada apa sebenarnya ? Tak ada habisnya Britney melontarkan pertanyaan di dalam kepalanya. Kenapa bibir nya terasa sangat kelu untuk melontarkan pertanyaan-pertanyaan itu secara langsung ?

"Oh Hehe, iya pak makasih ya selalu rawat makam teman saya ini." Ucap Mahesa pada pak tua itu.

"Iya sama-sama mas Yasudah kalo gitu saya permisi dulu ya mas . Mas nya silahkan kalo mau ziarah."

"Baik pak terimakasih ." Ucap Mahesa kemudian membiarkan pak tua itu berlalu meninggalkan area pemakaman maya.

"Hei sayang kenapa bengong ? Gak baik bengong di kuburan." Ucap Mahesa ketika menyadari sedari tadi Britney hanya mematung menatap batu Nisan maya dengan raut wajah yang sudah tidak bisa di artikan.

"Ini apa-apaan Mahesa ?" Tanya Britney .

Mahesa tersenyum tipis sembari mengelus punggung Britney dengan lembut. "Katanya kamu mau ketemu maya kan ? Ini rumah maya yang baru ney." Ucap Mahesa dengan lembut.

Sontak saja Britney menatap Mahesa dengan tatapan kaget sekaligus tidak mengerti. "Kenapa kamu gak pernah cerita kalo maya udah gak ada ?" Tanya Britney.

"Bukan nya aku gak mau cerita ney, tapi aku belum nemuin waktunya yang tepat buat cerita karna kemarin kamu kan masih sakit . Maafin aku ya bukan maksud aku gak mau cerita sama kamu, tapi aku rasa ini emang waktu yang tepat buat kamu tau semuanya." Ucap Mahesa .

"Kenapa maya meninggal ? Maya gak sakit kan ? Apa dia kecelakaan ? Atau apa ? Kenapa mendadak gini ?" Tanya Britney lagi.

Mahesa tersenyum getir kemudian ia mengeluarkan secarik surat dari dalam saku nya. "Kamu akan tau semuanya melalui surat ini. Ini surat terakhir yang maya titip ke aku buat kamu. Kamu boleh baca sekarang." Ucap Mahesa sembari memberikan surat itu pada Britney .

Dengan perasaan yang tidak menentu Britney menerima surat itu dan segera membuka nya .
Kata demi kata, mulai Britney baca secara perlahan .
Tentu saja Britney merasakan ada godam yang saat ini menikam dadanya ketika ia tau jika maya lah yang berkorban untuk menyerahkan jantung nya .
Britney menutup mulut nya dengan sebelah telapak tangan nya ketika membaca hampir keseluruhan tulisan yang ada di dalam surat itu . Ia merasa begitu sesak, rasanya ingin menangis pun tidak bisa. Ia benar-benar seperti terbangun dari mimpi nya.

Reflek ia memegang dadanya, merasakan debaran jantung nya bergetar begitu cepat tapi ini bukan rasa sakit seperti dulu. Ini perasaan yang sangan tidak bisa di artikan.

"Ja... jadi ? Jadi aku hidup dengan jantung maya ?" Tanya Britney dengan suara gemetar sembari menatap Mahesa dengan mata yang mulai berkaca-kaca.

Mahesa mengangguk . "Iya sayang. Maya adalah pendonor yang selama ini kamu pertanyakan . Maya gak benar-benar pergi, maya hidup di dalam raga kamu." Ucap Mahesa.

"Astaga!" Ucap Britney sembari membekap mulut nya kembali, air matanya menetes satu persatu membasahi kedua pipinya.
Britney menjatuhkan tubuh nya tepat di samping makam maya. Ia mengelus batu nisan itu dengan lembut, air mata masih terus membasahi pipi mulusnya. Ia merasa benar-benar tidak percaya dengan kenyataan yang saat ini ada di hadapannya .

"May, Gue gak tau harus bilang apa.
Gue bener-bener kehabisan kata-kata sampe gue bingung, gue harus apa saat ini . Kenyataan ini bener-bener bikin gue kaget.
Kenapa lo ngelakuin ini buat gue may ? Dengan cara apa gue bisa nebus apa yang udah lo kasih buat gue ini ? Gue rasa terimakasih pun gak akan cukup, tapi cuma itu yang bisa gue ucap saat ini. Makasih maya, makasih. gue gak tau gimana nasib gue kalo gak ada lo, gue gak tau apa gue masih bisa bertahan hidup atau engga kalo lo gak nolong gue. Tapi gak pernah sedikitpun terbesit di otak dan Fikiran gue kalo elo yang bakal nolong gue, gue gak pernah mimpi akan hal ini may, terimakasih sekali lagi.
Gue janji, gue akan selalu jaga jantung ini, sekarang hidup gue adalah hidup lo juga. Gue gak akan menyia-nyiakan apa yang udah lo korbanin buat gue. Gue janji akan selalu jadi yang terbaik demi hidup yang lebih baik .
Beristirahat dalam damai ya may.
Tuhan pasti beri tempat yang terbaik buat lo."
Ucap Britney sembari mengelus batu Nisan maya dengan lembut. Kini perasaannya sudah mulai tenang walaupun rasa shock masih melanda perasaannya saat ini .


PS : isi surat maya ada di Part 46 ya di judul "TULISAN DI DALAM SURAT"
Thankyou Happy reading:)

MALAIKAT TANPA SAYAPTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang