30 - MEMINTA RESTU?!

44 5 0
                                    

"Kak gema ? Kok bengong ?" Ucapan itu berhasil membuyarkan lamunan gema, ia kembali memandangi ponsel nya yang masih berdering dan nama "mama" masih terpajang disana . "Kak kok gak di angkat ?" Lagi-lagi Arabell membuka pembicaraan .

"Hm.. iya sebentar ya gue angkat dulu" ucap gema akhirnya menggeser Tombol slide answer di ponsel nya , dan meletakan benda pipih itu di telinga kanan nya .

'Hallo'

'Gema akhirnya kamu angkat telfon mama juga sayang'

'Ada apa ?' Ucap gema pelan namun dingin.

'Mama sakit nak..' terdengar suara wita sedikit bergetar , entah apa yang terjadi gema tidak tahu sudah cukup lama ia lepas komunikasi dengan ibu nya itu. Namun mendengar kabar ini gema sedikit cemas . Sebenci apapun ia dengan wita , namun ia tetap lah ibu kandung nya , ibu yang telah melahirkan nya. Jika tidak ada wita, gema tidak mungkin ada di dunia ini . Namun jika ia ingat kejadian beberapa tahun lalu , tentang bagaimana perilaku wita terhadap nya rasa sakit hati itu muncul lagi .

'Gema , mama harap kamu bisa jenguk mama nak. Mama kangen' gema masih termenung sejenak , sampai akhirnya tanpa ia sadari ia menganggukan kepalanya.

'Sakit apa ?' Tanya gema masih dengan nada bicara dingin , walaupun jauh di dalam hati nya ia merasa khawatir sekaligus cemas .

'Mama kena pembengkakan usus nak' ucapan itu lagi-lagi berhasil menohok hati gema. Entah mengapa ia merasa begitu takut , lagi-lagi ia takut kehilangan orang yang penting baginya karna penyakit yang berbahaya . Sebenci apapun gema pada wita , namun rasa khawatir itu tidak bisa ia sembunyikan , ia masih begitu perduli pada ibu kandung nya .

'Kirim alamat rumah sakit nya , nanti malam gema kesana . Gema mau pulang , masih di kampus' ucap nya berbohong dan saat itu juga gema memutuskan sambungan telfon nya , ia tidak ingin lebih banyak mendengar suara wita yang terdengar begitu bergetar .

Setelah sambungan telfon benar-benar terputus , gema kembali meletakan ponsel nya kedalam saku jaket nya dan matanya kembali beralih menatap Arabell yang masih berdiri di samping nya .

"Kamu gak masuk dari tadi ?" Tanya gema pada Arabell .

"Aku kan tadi nanya Ka gema mau mampir atau engga , tapi Ka gema ngangkat telfon dulu"

"Gue langsung pulang ya , ada keperluan . Lain kali pasti gue mampir." Ucap gema tersenyum tipis pada Arabell, dan di jawab anggukan oleh Arabell .

"Hati-hati ya kak, jangan ngebut" ucap Arabell lembut.

"Bye Bel" gema segera menarik gas motor nya , berlalu meninggalkan halaman rumah Arabell dengan pikiran kacau .

Apa lagi ini Tuhan ? - gumam nya dalam batin .

Dengan kecepatan di atas rata-rata gema terus mengemudikan motor nya , menyalip sana-sini , tidak perduli dengan bunyi klakson kendaraan lain yang memperingati dia. Ia seakan menulikan telinga nya tidak perduli apapun yang ada di sekitar nya Fikiran nya hanya satu , ingin cepat sampai dirumah untuk membasuh tubuh nya di bawah siraman shower , dan segera bergegas menuju rumah sakit tempat ibu nya dirawat, lagi-lagi saat pikiran nya kalut seperti ini ia teringat satu orang gadis yang selalu mengerti dia , siapa lagi jika bukan Britney.

********

Setelah merasa cukup puas menikmati pemandangan gunung serta daun-daun teh yang tertata rapih di area pegunungan . Britney dan Mahesa segera bergegas untuk kembali pulang. Lagipula awan sudah menghitam, walaupun jarum jam masih menujukan pukul 19.30 tapi rasanya badan Britney sangat lelah , ingin segera bertemu tempat tidur .
Mahesa mengendarai mobilnya dengan kecepatan stabil, untung saja jalan raya puncak malam itu tidak macet.

MALAIKAT TANPA SAYAPTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang