Suasana kampus pagi itu terlihat ramai seperti biasanya. namun berbeda dengan gema, gema justru merasa hari ini begitu sunyi, iya sunyi tanpa ada kehadiran gadis ceria seperti Britney.
Pagi itu Gema lebih memilih menyendiri di taman belakang kampus tanpa di temani oleh Alana dan Dava.
Entah mengapa setelah Alana menceritakan tentang penyakit britney gema merasa begitu terpukul. Kenapa Tuhan tidak pernah membiarkan dia hidup tanpa rasa dan beban pikiran ?"Hm.. kak gema ?" Ucapan itu berhasil membuat gema mengangkat dagunya dan menatap seorang gadis yang ada di hadapannya saat ini. "Ma-maaf Kak aku ganggu. Tadi aku nyari kakak ke kelas gak ada, Kata Ka Dava kakak di sini" sambung nya.
"Ada apa, Bel ?" Tanya gema.
"Hm, tadi nya aku mau minta temenin. Tapi kayanya kakak lagi ada masalah ya ? Gak jadi deh kak.. maaf ya kak" ucap Arabel menggaruk tengkuk nya yang tidak gatal.
"Temenin kemana ?"
"Ke pesta ulang tahun temen SMA aku kak"
"Di ?" Gema menaikan sebelah alisnya.
"Hotel Dharmawangsa" jawab arabel.
Gema menghela nafasnya dengan berat sembari menimang-nimang antara menerima ajakan arabel atau sebaik nya tidak .
"Kalo kakak gak bisa gak usah aku ngerti kok kalo kakak lagi ada masalah, maaf bukannya sok tau tapi—
"Gue temenin." Potong gema sebelum arabel menyelesaikan ucapannya.
"Serius ?" Arabel membulatkan matanya dengan sempurna, rasa nya ia ingin berteriak melampiaskan bahagianya namun itu tidak mungkin.
"Iya. Kapan acaranya ?" Tanya gema masih dengan wajah datarnya.
"Nanti malam kak jam 7"
"Yaudah nanti gue jemput."
"Oke kak nanti aku tunggu dirumah ya. Kalo gitu aku ke kelas dulu, bye kak" arabel melangkah kan kaki nya meninggalkan gema.
******
"Britney masih belum bangun juga, ren. "ujar Mahesa dengan lesu. Percayalah ia hanya tidur 3 jam itupun dirumah sakit, tidak menyempatkan waktu untuk pulang kerumah, rasanya begitu tidak tenang jika harus meninggalkan Britney dirumah sakit dalam keadaan koma seperti ini.
Reno yang menatap rekan kerja nya itu menghela nafasnya. ini bukan pertama kali nya mereka menghadapi pasien dalam keadaan koma seperti Britney, tapi mengapa kali ini rasanya begitu terpukul ? Terutama untuk Mahesa, sudah tidak terhitung berapa banyak pasien nya yang bahkan tidak tertolong hanya karna penyakit jantung nya, namun ia biasa saja, ia merasa sudah sebaik mungkin memberi penanganan untuk pasien-pasien nya tapi tetap saja jika Tuhan tidak menghendaki dokter tidak bisa apa-apa . Berbeda dengan kali ini, Mahesa benar-benar memutar otak nya mencari cara lain untuk bisa menyembuhkan kekasih nya itu, namun tetap saja Britney tidak akan sembuh jika tidak mendapat donor jantung secepatnya, hal itu yang membuat kepala Mahesa pusing tak karuan ."Lo lebih baik pulang dulu , biar Britney gue yang jaga. Liat penampilan lo udah kayak dokter gadungan." Ucap Reno.
Mahesa bangun dari kursi kerja nya dan kembali menatap Reno. "Kalo ada apa-apa sama dia, langsung kabarin gue ya." Ujar nya sebelum meninggalkan ruang kerjanya.
"Iya lo tenang aja." Ucap Reno dan akhirnya Mahesa bergegas meninggalkannya .
Saat hendak keluar dari ruang kerjanya, tiba-tiba saja langkah kaki Mahesa terhenti. Bukan kah lebih baik dia menemui Britney dulu di dalam ruang ICU ? Iya, Mahesa sungguh merindukan sosok ceria dari gadis itu, bahkan baru satu hari Britney koma saja Mahesa sudah sangat merindukannya.
Dengan senyum tipis nya, Mahesa memasuki ruang yang penuh steril itu. Sengaja ia tersenyum, dia tidak mau Britney melihat raut wajah sedih nya, padahal sesedih apapun Mahesa saat ini Britney juga tidak akan lihat bukan ?

KAMU SEDANG MEMBACA
MALAIKAT TANPA SAYAP
RomanceMalaikat tidak selamanya memiliki sayap . Contoh nya kamu.. mungkin bagi ku hanya kamu satu-satu nya malaikat berbalut jas dokter . Terimakasih telah merawat ku dengan penuh kasih sayang, sampai akhir tarikan nafas terakhir ku berhembus di dalam d...