Mahesa membulatkan kedua matanya ketika mendengar ucapan yang baru saja maya lontarkan. Jujur saja ia kaget mengapa dia di salahkan atas kehamilan maya saat ini? Ia bahkan tidak tahu apa-apa , mengenal laki-laki itupun tidak. Apa benar maya beberapa hari ini baik hanya karna ada maunya ? Mahesa menggelengkan kepalanya tidak mengerti. Sedangkan maya masih menunduk, air matanya masih berjatuhan membasahi ke-dua pipinya.
"Maksud lo gimana ?" Tanya Mahesa bingung. "Maya lihat gue, apa maksud lo ngomong kayak gitu ? Kenapa gara-gara gue ?" Sambung Mahesa berhasil membuat maya kembali memandangnya .
Maya menghapus sisa air matanya yang masih membasahi pipinya, ia menghela nafasnya dengan kasar dan kembali memberanikan diri untuk memandang Mahesa yang kini menatap maya dengan sorot mata tajam nya sekaligus raut wajah bingung nya. "Malam itu gue stress banget, gue stress pas tau lo pacaran sama pasien lo sendiri. Gue kira gue masih punya kesempatan buat sama lo, awal nya gue gak mau nyerah, sampai akhirnya gue nemuin Britney di rumah sakit gue udah tegasin ke dia kalo lo cuma milik gue tapi ternyata itu gak mempan. Lo tetap milih dia, gue stress banget gue galau , gue kesel , semuanya campur aduk. Akhirnya gue pergi ke kelab, gue mabuk dari sore sampe tengah malem. Terus —
"Oke gue paham gak usah di lanjutin" potong Mahesa sebelum maya selesai menceritakan . "Lo kenapa bodoh jadi cewek ? Astaga maya tapi nasi udah jadi bubur." Sambung Mahesa.
"Gue nyesel."
"Nyesel lo terlambat"
"Gue harus apa ? Ayah sama ibu gue belum tau hal ini, gue takut" ucap maya dengan sendu .
"Lo harus temuin cowok itu" jawab Mahesa tegas .
"Gue takut" terdengar suara maya semakin lirih.
"Atur waktunya gue bantu lo ketemu sama dia." Ucap Mahesa memutuskan .
"Lo beneran ?" Tanya maya sedikit antusias.
"Iya. Yaudah gue mau tengok Britney lagi" ucap Mahesa sembari bangun dari duduk nya.
"Mahesa tunggu" ucapan maya berhasil mengurungkan niat Mahesa untuk bergegas meninggalkan nya. "Kenapa Britney gak bangun-bangun ?" Sambung nya.
"Kondisi Britney kritis may, keadaan jantung nya udah bener-bener parah. Britney butuh donor jantung" jelas Mahesa membuat maya menganga.
"Donor jantung ?" Ulang nya bertanya .
"Iya, dan gue gak tau dimana bisa nemuin donor jantung yang pas buat dia. Gue udah berusaha minta tolong sama rekan-rekan kerja gue di luar rumah sakit tapi emang belum ada. Yaudah gue ke ruangan dulu." Akhirnya Mahesa bergegas meninggalkan kantin dan juga maya yang masih mematung di tempat.
********
Gema menghentikan motor nya tepat di depan gerbang rumah Arabell. Tanpa di minta Arabell turun dan berdiri di samping gema saat ini.
"Kak, makasih ya" ucap Arabell seraya tersenyumGema mengangguk dan tersenyum tipis. "Sama-sama"
"Kakak mau mampir dulu ?" Tanya Arabell
"Gak usah nanti kan gue jemput lo lagi."
"Oh oke kak."
"Yaudah gue balik dulu ya, nanti kalo gue jemput lo gue kabarin." Gema kembali menyalakan mesin motor nya dan memakai helm nya.
"Iya kak hati-hati ya.."
"Bye." Gema berlalu meninggalkan Arabell dengan motor Gede nya.
Arabell tak henti nya tersenyum, ia tidak menyangka bisa sedekat ini dengan senior nya yang banyak di gandrungi kaum hawa di kampusnya. Ia fikir awalnya gema akan mengabaikan dia seperti siswi-siswi lain yang sudah terlebih dahulu mengejar-ngejar gema. Tapi ternyata gema sangat merespon dia dengan baik.
Namun kini Harapan di hatinya semakin besar. Apa salah jika Arabell berharap gema bisa menjadi kekasih nya ? Ia takut kecewa tapi jauh di dalam hatinya ia yakin gema tidak akan tega menyakiti hati perempuan. Setelah puas senyum-senyum sendiri seperti orang tidak waras ia langsung masuk kedalam rumah nya untuk bersih-bersih tubuh nya, ia tidak sabar menunggu malam, menanti gema menemani nya ke acara ulang tahun teman nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
MALAIKAT TANPA SAYAP
RomanceMalaikat tidak selamanya memiliki sayap . Contoh nya kamu.. mungkin bagi ku hanya kamu satu-satu nya malaikat berbalut jas dokter . Terimakasih telah merawat ku dengan penuh kasih sayang, sampai akhir tarikan nafas terakhir ku berhembus di dalam d...