45 - PENDONOR .

59 3 0
                                    

  Matahari sudah mulai terbenam, Langit sudah senja. Langit malam itu terlihat begitu terang karna di penuhi oleh cahaya bintang dan bulan.
Malam itu Britney sudah di pindah kan kedalam ruang rawat biasa. Sebetulnya daya tahan tubuh Britney masih belum cukup stabil untuk terlepas dari alat-alat medis di dalam ruang ICU, namun apa boleh buat jika sudah siuman seperti ini Britney paling tidak betah jika berlama di dalam ruang ICU lagi.

Monic, Arsen, dan Athalla sudah datang sejak sore tadi menjenguk Britney. tentu saja hal itu mampu membuat mereka tersenyum bahagia dan tak hentinya memeluk Britney untuk melepas rindu nya.

"Sayang, jaga kesehatan terus ya. Mama sayang kamu" ucap Monic sembari mencium kening Britney.

"Jangan bikin papa sedih lagi ya.."

"Jangan bikin gue galau lagi lo kak, pokonya harus janji sama gue lo gak boleh sakit lagi." Kini giliran Athalla yang angkat bicara.

"Iya mama, papa, thalla. Aku juga sayang kalian." Ucap Britney dengan senyuman hangat nya.

Tidak lama pintu ruang rawat Britney terbuka, sontak saja mampu membuat mereka menoleh ke arah pintu. Ternyata Mahesa dan suster Bella yang baru saja masuk kedalam ruang rawat Britney.

"Selamat malam Britney." Ucap Mahesa sembari tersenyum.

"Selamat malam dokter." Ucap Monic dengan hangat.

"Malam Mahesa." Jawab Britney tersenyum hangat sembari menatap Mahesa dengan teduh.

"Aduuuh dokter sama pasien Nih inget bukan pacaran." Sindir Athalla ketika melihat Mahesa dan Britney masih saling menatap dengan senyuman di bibirnya.

"Bilang aja kamu mau punya pacar kayak kakak kamu kan" ucap arsen dengan senyum meledek.

"Ih papa.."

"Aku periksa kamu dulu ya, masih ada yang di rasa sakit gak ?" Tanya Mahesa pada Britney sembari meletakan stetoskop itu di dada Britney.

"Engga ada kok udah semakin membaik" jawab Britney.

"Hebat!!!"

"Iya dong bukan Britney kalo gak mau berjuang buat sembuh." Ucap Britney semangat.

Melihat semangat Britney yang begitu menggebu mampu membuat Mahesa dan orang tua Britney tersenyum hangat sekaligus sesak di dadanya. Mengingat keadaan jantung Britney yang semakin parah dan tetap membutuhkan donor jantung secepatnya mampu membuat mereka meringis menahan. Sesak, sangat tidak adil rasanya, kenapa harus Britney yang mengalami ini ? Bagaimana hari-hari mereka jika tidak Britney nanti ?
Bahkan di keadaan seperti ini saja Britney masih bisa tersenyum tulus, seakan tuhan akan merubah takdir nya di hari esok, berharap Tuhan akan secepat nya memberi keajaiban untuk menyembuhkan jantung nya. Britney hanya bisa berharap dan terus berharap tangan Tuhan bergerak untuk menyelamatkan nyawa nya dari penyakit mematikan itu .

"Sayang, mama, papa, thalla pulang dulu ya. Besok kita pasti kesini lagi." Ucap Monic sembari mengelus puncak kepala Britney dengan lembut .

"Iya ma, udah malem juga besok kan kalian kerja, Athalla sekolah. Britney baik-baik aja kok di sini" ucap Britney

"Iya, kita pamit ya nak. Cepat sembuh anak papa.." ucap arsen sembari mencium kening Britney dengan hangat.

"Thank you daddy."

"Mahesa, jangan bosan ya untuk jaga Britney. Tante percaya sama kamu. Terimakasih ya" ucap Monic pada Mahesa dengan mata berkaca-kaca. Entah mengapa setiap keadaan seperti ini Monic selalu merasa sesak di dadanya, ia sungguh takut untuk kehilangan anak gadisnya.

MALAIKAT TANPA SAYAPTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang